Islam sudah ada di Buton sejak tahun 933 H atau 1527 M. Â Lokasi yang terletak di salah satu jalur lintas dagang dari Jawa ke Maluku, membuat proses Islamisasi mudah diterima. Agama Islam diperkenalkan dengan tidak membedakan status sosial dalam masyarakat.
Perubahan ketatanegaraan Buton dari Kerajaan menjadi Kesultanan dimulai tahun 1541 M. Mulai saat itu para calon sultan yang hendak diajukan harus memahami pengetahuan Islam. Untuk lebih memudahkan pengetahuam agama Islam, maka beberapa Sultan menuangkan karya tulisnya.
Dari Manuskrip yang ditemui dalam masyarakat Buton dapat diketahui bahwa tradisi tulis-menulis ini dimulai pada masa pemerintahan Sultan Dayanu Ikhsanuddin pada tahun 1597-1631 M.
Gambar di atas merupakan salah satu lembar salinan manuskrip kitab sholawat yang berjudul Dala'il al-Khayrat atau Dalaail u'l Khayraat Wa Shawaariq u'l Anwaar Fee Zikri Salaat Alan Nabiyyi'l Mukhtar.
Ditulis oleh seorang Sultan pada Kerajaan Islam Buton, Sulawesi Tenggara yang hidup di peralihan abad ke 19. Pengarang asli dari manuskrip tersebut adalah Muhammad Sulaiman al-Jazuli ash Shadhili, seorang Sufi Maroko Shadill dan Cendekiawan Islam.
Kitab sholawat Dala'il al-Khayrat ditulis dalam bahasa Arab menggunakan kertas Eropa. Teks ini ditulis dengan diakritik, dalam bahasa Arab disebut harakat atau tasykil dan terdapat rubrikasi menggunakan tinta merah sebagai penekanan suatu kalimat. Manuskrip ini berjumlah 32 halaman dengan jumlah baris pada setiap halaman rata-rata 9 baris.
Adapun isi dari manuskrip ini berisi kompilasi sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, seni membaca dan zikir Dala'il al-Khayrat sering dilantunkan dengan menyesuaikan irama dan rentak kolaborasi dengan irama lagu yang disampaikan.
Manuskrip kitab sholawat Dala'il al-Khayrat berasal dari daerah Baubau Sulawesi Tenggara. Tersimpan oleh koleksi masyarakat atas nama La Ode Zaenu. Manuskrip tersebut telah digitaliasi oleh Digital Repository of Endangered and Affected Manusripts in Southeast Asia (DREAMSEA).
Berakhirnya Kesultanan Buton
Berakhirnya Kesultanan Buton pada tahun 1960 M telah meninggalkan banyak manuskrip. Pada saat sekarang ini manuskrip Buton dalam jumlah terbesar berada pada keluarga Abdul Mulku Zahari.
Terdapat berbagai tema termasuk sejarah, bahasa, Islam, hukum, hikayat, silsilah, surat dan primbon. Mansukrip tersebut ditulis dalam berbagai bahasa yaitu bahasa Arab, bahasa Melayu atau Indonesia, bahasa Jawi, bahasa Wolio, bahasa Belanda dan sebagainya.
Karena kesenangannya menulis, Abdul Mulku Zahari mendapat warisan untuk memelihara berbagai jenis arsip dan manuskrip kerajaan. Jabatan Abdul Mulku Zahari yang terakhir sebagai pembantu utama atau semacam asisten pribadi Sultan Falihi.
Asal Muasal Kitab Sholawat Dala'il al-Khayrat
Suatu ketika Syekh Muhammad Sulaiman al-Jazuli ash Shadhili berkehendak ingin menunaikan sholat. Maka beliau segera bergegas untuk mengambil air wudu. Ketika itulah beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya, maka beliau berputar-putar di sekitar sumur dalam keadaan bingung karena tidak menemukan alat untuk menimba air.
Tiba-tiba datang seorang anak kecil perempuan menghampiri beliau. Anak kecil itu berkata, "Siapakah Anda" Syekh Muhammad Sulaiman al-Jazuli memperkenalkan diri kepada anak kecil tersebut. Lalu anak itu berkata, "Anda adalah orang yang terpuji karena kesholehan."
Anak perempuan itupun berusaha untuk mencarikan alat agar Syekh Muhammad Sulaiman al-Jazuli mendapatkan air dari dalam sumur untuk berwudhu, akan tetapi anak perempuan tersebut tidak kunjung mendapatkan alat yang dicari.
Akhirnya setelah kesana kemari tidak berhasil, tiba-tiba dia meludah ke dalam sumur. Sungguh di luar dugaan, air sumur itu meluap hingga ke permukaan tanah. Syekh Muhammad Sulaiman al-Jazuli terkejut. Setelah berwudu, beliau berkata kepada anak perempuan itu, "Aku angkat tangan kepadamu, dengan amal apakah engkau meraih kedudukan tinggi ini."
Anak perempuan itu tertegun sejenak, lalu dia menjawab, "Dengan memperbanyak sholawat untuk orang yang apabila dia berjalan di padang belantara, binatang buas akan mengibas-ibas ekornya," yang dia maksud adalah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Mendengar jawaban itu, Syekh Muhammad Sulaiman al-Jazuli bersumpah untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang sholawat untuk Nabi Muhammad SAW. Maka lahirlah kitab Dala'il al-Khayrat. Kitab yang berisi macam-macam sholawat yang sangat masyhur dan banyak dibaca oleh umat Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H