[caption caption="Anak-anak, harapan bangsa di masa depan"][/caption]
Adegan itu menunjukkan dua orang anak kecil umur sekitar 4 atau 5 tahun. Seorang di antaranya laki-laki, seorang lagi wanita. Sang lelaki kecil menunjukkan penisnya yang belum lagi berkembang sempurna. Dengan wajah girang dan senyum lebar, penis kecil itu didorongnya ke teman wanitanya yang juga seperti tersenyum lebar, geli dan sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.
Dada saya seperti dihantam palu godam. Ada yang berdebum, nyeri dan mual melihat adegan itu. Apalagi tak lama kemudian kedua anak kecil itu melakukan gerakan seolah-olah sepasang pria dan wanita yang sedang berhubungan badan. Saya mual semual-mualnya. Tak tahan, adegan itu saya tinggalkan. Rasa nyeri di dada berkelindan dengan rasa marah yang nyaris tak tertahankan.
*****
Adegan itu sempat menghebohkan dunia maya. Video pendek berisi sepasang anak kecil yang kalau tak salah ingat berseragam TK mempertontonkan adegan yang benar-benar belum pantas mereka lakukan. Bagaimana mungkin anak sekecil itu bisa meniru dengan fasih adegan persetubuhan yang seharusnya belum mereka kenali? Lebih parah lagi, adegan itu direkam oleh orang dewasa yang terus saja memberi instruksi sambil tertawa-tawa.
Saya benar-benar tidak mengerti apa yang ada dalam kepala si orang dewasa yang merekam adegan itu. Alih-alih mencegah, dia malah mengarahkan seolah-olah adegan itu adalah adegan biasa, adegan permainan yang melibatkan anak-anak kecil dan karenanya pantas untuk ditertawakan dan membuat geli.
Benar-benar orang sakit!
Video asusila yang melibatkan anak-anak itu memang seperti alarm yang berbunyi keras dalam kepala kita. Meski marah dan sedih luar biasa, saya sadar kalau itu adalah realitas di Indonesia saat ini. Isu pornografi menjadi isu yang makin menghangat di Indonesia. Sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka. Bahayanya makin terlihat, bukan hanya untuk para dewasa tapi juga anak-anak yang perlahan mulai terpapar. Bukan hanya sebagai korban tapi bisa juga sekaligus sebagai pelaku.
Menurut data yang dipublikasikan KPAI, sejak tahun 2011 hingga 2014, jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online di Indonesia telah mencapai jumlah 1.022 anak. Secara rinci dipaparkan, anak-anak yang menjadi korban pornografi online sebesar 28%, pornografi anak online 21%, prostitusi anak online 20%, objek cd porno 15% serta anak korban kekerasan seksual online 11%.
Sayang saya tidak menemukan data yang menyebutkan berapa jumlah anak-anak yang menjadi pelaku aksi-aksi pornografi. Tapi saya yakin, jumlahnya juga mencengangkan. Di dunia mayapun sudah beredar banyak sekali materi pornografi yang melibatkan anak-anak sebagai pelakunya. Salah satunya video yang saya ceritakan di awal tadi.
Data-data di atas tentu saja sangat menakutan, bukan hanya bagi orang tua di Indonesia tapi juga bagi siapapun yang berharap banyak terhadap kehidupan bangsa ke depannya. Apa yang bisa diharapkan dari anak-anak yang sedari kecil sudah terbiasa dengan hal-hal berbau pornografi? Bayangkan berapa banyak masa depan yang menjadi kabur karena kegandrungan generasi mudanya pada praktik-praktik pornografi yang menyimpang.
Data dari BKKBN yang diambil dari laporan Bappenas tahun 2013 menyebutkan kalau Proyeksi jumlah balita dan anak pada tahun 2015 adalah 47,4 juta jiwa, sementara itu proyeksi jumlah remaja pada tahun 2015 adalah 66 juta jiwa atau sekitar 27% dati total jumlah penduduk (Bappenas, 2013). Jumlah itu adalah jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit. Masa depan bangsa ini bergantung pada remaja dan anak-anak yang hidup di hari ini.
[caption caption="Pembangunan Keluarga"]

Kegandrungan pada pornografi yang menyimpang sangat potensial merusak masa depan anak-anak dan remaja kita. Di usia muda mereka sudah bisa kehilangan harapan dan kejayaan di masa depan. Jumlah kehamilan yang tak diharapkan akan bertambah, imbasnya mereka akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri. Penyakit menular seksual atau bahkan HIV AIDS juga akan terus menggerogoti mereka, membuat mereka kehilangan kesempatan untuk menggali potensi yang seharusnya berguna bagi bangsa ini.
Di sisi moral, kegandrungan pada pornografi yang menyimpang ini juga tentu memberi dampak negatif yang besar. Anak-anak dan remaja yang menjadi korban atau bahkan pelaku tentu sangat sulit untuk bisa diharapkan membawa bangsa ini ke haluan yang benar di masa depan. Para korban akan kehilangan kepercayaan diri, butuh terapi dan usaha keras untuk membangun kembali semua yang sudah rusak itu. Sementara para pelaku tentu akan terus terjebak pada kelakuan tak pantas mereka.
*****
Keluarga sebagai unit terkecil dari sebuah bangsa adalah benteng paling utama dalam membentengi anak-anak dari pornografi yang membawa dampak negatif. Orang tua punya peranan penting untuk menyadarkan mereka bahaya di balik pornografi yang terlihat menggoda itu. Memang tidak mudah, apalagi untuk anak-anak remaja yang sedang tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Modal dasar yang paling berharga tentu saja adalah kemauan orang tua untuk membangun komunikasi dengan anak-anaknya. Dengan bekal pengetahuan yang cukup, orang tua seharusnya bisa menjadi lebih dari sekadar orang tua tapi sekaligus menjadi teman dan pendengar yang baik. Bukan jamannya lagi anak-anak dan remaja dikerasi atau dilarang tanpa penjelasan tentang maksud larangan itu. Apalagi sekarang jamannya internet, apa saja bisa didapatkan di sana dengan mudah.
[caption caption="Harganas 2015"]

Menjadi orang tua di jaman sekarang memang tidak mudah. Tantangannya makin berat. Bahaya-bahaya yang puluhan tahun lalu terbayangkan saja tidak, sekarang sudah jelas di depan mata. Tapi, tak ada yang tak mungkin. Memang butuh kerja keras berlipat ganda untuk membangun keluarga yang sekaligus juga berarti membangun bangsa.
Kita butuh revolusi pengetahuan, revolusi dalam metode mendekati anak dan membangun keluarga. Di ujung semua itu ada revolusi mental yang jika dilaksanakan dengan konsisten bisa menjadi modal besar di masa depan.
Anak-anak harus dijauhkan dari pornografi, demi masa depan mereka, masa depan keluarga dan masa depan bangsa ini.
Mudah-mudahan saja Hari Keluarga Nasional 2015 (Harganas 2015) bisa jadi momentum tepat untuk mengembalikan keluarga sebagai tempat terbaik untuk anak-anak bangsa, tempat terbaik membangun masa depan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI