Sosok yang mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil
Ahmad Alim di dalam buku berjudul "Islamisasi Ilmu Pendidikan" memaparkan Ulil Albab terdapat dalam Al-Quran sebanyak 16 kali yang tersebar dalam berbagai surat dan ayat antara lain:
(Q.S. Al-Baqarah 179, 197 dan 269), (Q.S. Ali-Imran 7, dan 190), (Q.S. Al-Maidah 100), (Q.S. Yusuf 111), (Q.S. Ar-Ra`d 19), (Q.S. Ibrahim 52), (Q.S. As Shad 29 dan 43), (Q.S. Az-Zumar Ayat 9, 18, dan 21), (Q.S. Ghafir 54), dan (Q.S. At-Thalaq Ayat 10).
Dikotomi keilmuan dalam pendidikan Islam, antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum (Barat) menimbulkan persaingan di antara keduanya.
Islam tidak pernah mendikotomikan (memisahkan dengan tanpa terikat) antara ilmu-ilmu agama dan umum. Semua ilmu dalam Islam dianggap penting asalkan berguna bagi kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu perlu ada rekonseptualisasi, reformulasi, reformasi, rekontruksi yang bertujuan untuk menata kembali kurikulum, proses, tujuan, dan aktualisasi.
Konsep Ulil Albab relevan jika diimplikasikan dalam dunia pendidikan Islam. Segi-segi yang diperlukan dalam penerapan konsep Ulil Albab dalam dunia pendidikan Islam, antara lain:
Pertama, segi landasan ideologis. Pendidikan Islam dibangun atas dasar tauhid.
Kedua, segi tujuan pendidikan. Pendidikan Islam diarahkan untuk melahirkan manusia yang memiliki karakter Ulil albab, cerdas secara fikr dan dzikr sehingga mampu mencerna ilmu Allah, baik yang kauniyah (alam semesta) maupun qauliah (wahyu).
Ketiga, segi kurikulum. Kurikulum pendidikan Islam mengintegrasikan antara akal dan wahyu. Akal tidak berdiri sendiri, wahyu tidak berdiri sendiri, keduanya saling menguatkan dan bersinergi.
Keempat, segi metodelogi. Metodelogi pendidikan Islam menggunakan metode tadabur, yaitu mengintegrasikan antara zikir dan pikir pada setiap pelajaran, tanpa memisahkan dengan istilah pendidikan umum dan agama sehingga terjadi internalisasi nilai-nilai adab yang utuh.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ali-Imran: 7: