Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sisi Fiktif Identitas

1 Februari 2025   09:57 Diperbarui: 1 Februari 2025   09:57 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Dalam konteks sosial, seseorang dengan identitas fiktif mungkin menggunakan manipulasi untuk meningkatkan status atau pengaruhnya. Ini bisa termasuk menyebarkan rumor, memfitnah orang lain, atau memanfaatkan jaringan sosial untuk keuntungan pribadi.

Bagi individu yang menciptakan identitas fiktif, dampaknya bisa sangat merugikan. Mereka mungkin mengalami stres, kecemasan, dan perasaan tidak autentik karena terus-menerus mempertahankan persona yang tidak nyata. Selain itu, ketika kebohongan mereka terbongkar, mereka bisa kehilangan kepercayaan dan hubungan yang telah dibangun.

Korban perilaku manipulatif sering kali mengalami kerugian emosional, finansial, atau sosial. Mereka mungkin merasa dikhianati, dipermainkan, atau dieksploitasi. Dalam kasus yang parah, manipulasi dapat menyebabkan trauma psikologis jangka panjang.

Identitas fiktif dan perilaku manipulatif dapat merusak fondasi kepercayaan dalam masyarakat. Ketika orang tidak dapat membedakan antara yang nyata dan yang palsu, hubungan sosial menjadi rapuh, dan kolaborasi menjadi sulit. Hal ini dapat menghambat kemajuan sosial dan menciptakan lingkungan yang penuh kecurigaan.

Sisi fiktif identitas dan perilaku manipulatif adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Identitas fiktif sering kali menjadi alat untuk menutupi kebenaran atau mencapai tujuan tertentu, sementara perilaku manipulatif adalah cara untuk mempertahankan identitas tersebut. Keduanya memiliki dampak yang merugikan, baik bagi individu yang terlibat maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.

Dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh media sosial dan pencitraan, penting untuk menyadari bahaya identitas fiktif dan perilaku manipulatif. Seseorang perlu mendorong kejujuran, transparansi, dan keautentikan dalam hubungan interpersonal dan profesional. Dengan memahami dan mengatasi fenomena ini, seseorang dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan penuh kepercayaan, di mana setiap individu dapat tumbuh dan berkembang tanpa perlu menyembunyikan diri di balik topeng fiktif.

Ipon Semesta -- Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Kampus Tabalong - Jelang Valentine's Day 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun