Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AI Mengancam Kreativitas?

19 Oktober 2024   16:13 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:58 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tangkapan dari program AI Art Generator BingInput sumber gambar

Nah! Menurut hipotesis saya, khusus bagi mereka yang masih antipati dengan kehadiran AI, tak perlu kuatir dan ketar-ketir akan segera terjadinya bencana peradaban manusia dan harus mewaspadai kehadiran AI, karena faktanya dalam waktu dekat tidak akan terjadi. Para pakar kecerdasan buatan saat ini tahu bahwa untuk mewujudkan teknologi "super dewa" susahnya bukan main---bahkan hampir mustahil. Mungkin butuh puluhan atau ratusan tahun lamanya untuk mentransformasi

sebelum manusia dapat menemukan satu sistem epistemologi di luar sistem biner. Karena sistem itu---epistemologi baru di luar sistem biner---adalah sistem kreatif, maka sistem tersebut haruslah berupa sistem terbuka, bukan sistem tertutup seperti yang ada dalam metabahasa program komputer sekarang. Proses berpikir manusia, yang mau ditiru oleh teknologi kecerdasan buatan itu, bukan cuma soal memori (data) dan prosesor saja, tetapi juga soal sistem logika untuk menentukan suatu keputusan. Sistem pengambilan keputusan dalam bahasa logika sekarang masih "primitif" dalam konteks epistemologi, karena hanya mengandalkan pada empat kriteria kebenaran yaitu: korespondensi, koherensi, pragmatisme, dan ucapan performatif (performative utterances). Keseluruhan sistem epistemologi itu masih monistik, dalam arti hanya dapat menerima satu kebenaran saja dalam satu kondisi, dan tak dapat menerima kebenaran dari kontradiksi sebagai kebenaran yang plural.

Itu baru dalam konteks berpikir, belum dalam konteks "mencipta"---seperti mencipta teori sains baru atau mencipta puisi---yang membutuhkan kreativitas. Misalnya, bagaimana algoritma pemrograman untuk model berpikir Einstein sewaktu memutuskan menggunakan temuan geometri non-euclidis dari Reimann menjadi basis dari teori relativitas umum. Oleh karenanya, hipotesis saya-bencana peradaban manusia tidak akan tercipta sebelum manusia dapat menemukan satu sistem epistemologi baru di luar sistem biner, epistemologi keserentakan, epistemologi presensionis yang memungkinkan komputer bisa berpikir kreatif---bisa mencipta puisi seindah puisi surealis "The Heights of Macchu Picchu'" karya Pablo Neruda, penyair komunis dari Chili, yang meraih penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1971***

Ipon Semesta - Ketua PERSEGI 

19 Oktober 2024, Jelang 50 tahun Pasar Seni Ancol 

*Catatan -- 25 Diksi Estetik Yang Ada di KBBI

Merapah - Menjelajah, Mengembara

Kalpasastra - Tuntunan untuk menggapai cita-cita

Elusif - Sukar dipahami atau diartikan; sukar diidentifikasi

Menjeremba - Mengulurkan, menjulurkan (untuk mencapai sesuatu); menggapai 

Dersik - Desir (bunyi angin dsb) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun