Nah! Menurut hipotesis saya, khusus bagi mereka yang masih antipati dengan kehadiran AI, tak perlu kuatir dan ketar-ketir akan segera terjadinya bencana peradaban manusia dan harus mewaspadai kehadiran AI, karena faktanya dalam waktu dekat tidak akan terjadi. Para pakar kecerdasan buatan saat ini tahu bahwa untuk mewujudkan teknologi "super dewa" susahnya bukan main---bahkan hampir mustahil. Mungkin butuh puluhan atau ratusan tahun lamanya untuk mentransformasi
sebelum manusia dapat menemukan satu sistem epistemologi di luar sistem biner. Karena sistem itu---epistemologi baru di luar sistem biner---adalah sistem kreatif, maka sistem tersebut haruslah berupa sistem terbuka, bukan sistem tertutup seperti yang ada dalam metabahasa program komputer sekarang. Proses berpikir manusia, yang mau ditiru oleh teknologi kecerdasan buatan itu, bukan cuma soal memori (data) dan prosesor saja, tetapi juga soal sistem logika untuk menentukan suatu keputusan. Sistem pengambilan keputusan dalam bahasa logika sekarang masih "primitif" dalam konteks epistemologi, karena hanya mengandalkan pada empat kriteria kebenaran yaitu: korespondensi, koherensi, pragmatisme, dan ucapan performatif (performative utterances). Keseluruhan sistem epistemologi itu masih monistik, dalam arti hanya dapat menerima satu kebenaran saja dalam satu kondisi, dan tak dapat menerima kebenaran dari kontradiksi sebagai kebenaran yang plural.
Itu baru dalam konteks berpikir, belum dalam konteks "mencipta"---seperti mencipta teori sains baru atau mencipta puisi---yang membutuhkan kreativitas. Misalnya, bagaimana algoritma pemrograman untuk model berpikir Einstein sewaktu memutuskan menggunakan temuan geometri non-euclidis dari Reimann menjadi basis dari teori relativitas umum. Oleh karenanya, hipotesis saya-bencana peradaban manusia tidak akan tercipta sebelum manusia dapat menemukan satu sistem epistemologi baru di luar sistem biner, epistemologi keserentakan, epistemologi presensionis yang memungkinkan komputer bisa berpikir kreatif---bisa mencipta puisi seindah puisi surealis "The Heights of Macchu Picchu'" karya Pablo Neruda, penyair komunis dari Chili, yang meraih penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1971***
Ipon Semesta - Ketua PERSEGIÂ
19 Oktober 2024, Jelang 50 tahun Pasar Seni AncolÂ
*Catatan -- 25 Diksi Estetik Yang Ada di KBBI
Merapah - Menjelajah, Mengembara
Kalpasastra - Tuntunan untuk menggapai cita-cita
Elusif - Sukar dipahami atau diartikan; sukar diidentifikasi
Menjeremba - Mengulurkan, menjulurkan (untuk mencapai sesuatu); menggapaiÂ
Dersik - Desir (bunyi angin dsb)Â