Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Patung Asmat

11 Oktober 2024   10:43 Diperbarui: 11 Oktober 2024   10:45 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patung-Patung Spiritual

Totalitas dan apresiasi penatah Amrus Natalsya kepada patung-patung kayu suku Asmat atau dikenal dengan sebutan "bis" yang berarti roh atau benda yang memiliki nilai spiritual sangat beralasan. Patung-patung Asmat dalam pandangan Amrus adalah ikatan antara karya seni rupa dan spiritual, yang berkaitan erat dengan animisme sebagai penghormatan dan hubungan kekal kepada roh para leluhur. Patung-patung Asmat digunakan sebagai media dalam upacara adat dan pemujaan leluhur, sebagai penjaga roh nenek moyang dan sirkulasi alam yang dikuasa roh-roh leluhur. Saksi bisu sejarah dan budaya dari yang nyata seperti sinar matahari hingga suara-suara burung yang mengisi endapan malam, sunga-sungai hutan berikut isinya. Patung-patung Asmat yang terbuat dari kayu bakau sering kali menggambarkan sosok nenek moyang atau hewan-hewan yang memiliki nilai spiritual. Kisah-kisah leluhur terpahat di sana, penuh dengan petualangan dan kebijaksanaan. Warna-warna yang ditorehkan dalam tatahan, seperti merah, hitam, dan putih sebagai simbol daging, kulit, dan tulang, menciptakan simpul kedalaman hubungan manusia dan alam.

Bukan hanya di Indonesia, di Swabia, Jerman (sebelum 1489), patung-patung kayu juga digunakan sebagai media ritual pemujaan. Patung Magus Afrika yang terbuat dari kayu maple yang menggambarkan figur ketiga raja dari kelompok pemujaan itu merupakan ciri khas patung Gotik akhir di Swabia. Patung Magus Afrika tiga raja dari kelompok pemujaan sejak 1952 itu menjadi koleksi The Choisters dan di pamerkan di The Met Choisters. Di kota dan tempat yang sama (koleksi 1991), terdapat juga patung kayu yang menyerupai altar mini. Patung kayu dibuat sekira 1490 itu menggambarkan subjek perempuan. Patung kayu menyosok Santa Anna sedang menggendong putri kecilnya-Perawan Maria, dan cucunya, Yesus, di tengah. Di bagian bawah terdapat gambar wajah Yesus, yang diyakini telah tercetak secara ajaib pada kerudung Santa Veronica tepat sebelum Penyalibannya.

Patung-patung kayu koleksi The Choisters lainnya adalah Perawan dan Anak. Patung kayu linden karya seniman Jerman Master Rabenden (1500-1530) dibuat di kota Chiemgau, Bavaria Hulu, Jerman 1510. dikoleksi The Choisters, 1987. Patung kayu "Perawan dan Anak" itu awalnya disatukan oleh Santa Anna yang sedang duduk, ibu sang Perawan, untuk membentuk Kekerabatan Suci, sebuah kelompok yang mewakili tiga generasi Keluarga Kudus. Skala kelompok tersebut menunjukkan bahwa kelompok ini berasal dari bagian bawah, atau predella, dari sebuah altar. Patung Predella secara tematis memperluas subjek altar utama di atasnya, yang, dalam kasus ini, mungkin telah didedikasikan untuk sang Perawan.

Patung kayu linden lainnya koleksi The Choisters 1956. Patung kayu "Kelahiran Sang Perawan" dibuat di Franconia Bawah, Jerman sekira 1480. Patung yang menggambarkan Santa Anne berbaring di ranjang bersalin dengan Perawan Maria yang dibedong berasal dari bagian bawah (predella) altar Gotik akhir yang didedikasikan untuk Santa Anne di gereja paroki di Ebern. Setelah altar diganti pada 1703, karya ini kemudian direstorasi. Bagian kaki tempat tidur, kepala tempat tidur, dan papan belakang dipotong . Patung itu kemudian ditempatkan pada rangka yang berbeda, seperti dua malaikat yang berlutut di depan anak yang dibedong, memegang mahkota di atas kepalanya. (Sisa-sisa sayap malaikat kanan terlihat jelas.) Bekas luka bakar dari lilin yang terlihat di sepanjang tepi depan menunjukkan bahwa patung tersebut berfungsi sebagai gambar pemujaan.

Patung kayu linden lainnya koleksi The Choisters 1960 adalah "Santo Roch dan Malaikat" karya seniman master of the Biberach Holy Kinship (abad 16). Patung kayu dibuat di kota Swabia, Jerman pada 1520 itu diukir dengan sangat teliti menggambarkan Santo Roch yang sedang mengangkat jubah, sementara malaikat kecil yang sayapnya hilang, mengoleskan salep pada bisul di kaki Santo Roch. Wajah Santo yang lelah dan lesu menimbulkan kesedihan yang mendalam dari sang malaikat. Pemahat menaruh perhatian yang besar pada anatomi bentuk, terutama dalam penggambaran struktur tulang yang mendasari wajah dan tangan serta artikulasi urat nadi dengan sangat cermat.

Beranjak ke Jawa, terdapat patung-patung yang menghiasi rumah-rumah adat. Salah satu yang paling terkenal adalah patung Loro Blonyo, sepasang patung pengantin Jawa yang melambangkan keselarasan, keberuntungan, dan keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga. Patung ini sering digunakan dalam upacara pernikahan, dipercaya membawa berkah dan kebahagiaan bagi pasangan yang menikah. Patung Loro Blonyo menggambarkan Dewi Sri dan Dewa Wisnu, simbol kemakmuran dan kesuburan. Dalam setiap ukiran, terdapat sentuhan magis yang membuat mereka seolah-olah hidup. Mengajak merenung mencari makna hidup yang lebih dalam. Patung kayu (Loro Blonyo) bukan sekadar benda mati, diposisikan sebagai penjaga cerita, saksi bisu sejarah dan budaya Indonesia.

Patung Asmat, Loro Blonyo dan patung-patung yang terdahulu di Swabia, Jerman, meskipun berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, namun masing-masing memiliki peran penting sebagai simbol spiritual dalam masyarakat mereka. Mencerminkan kepercayaan, nilai-nilai, dan estetika yang unik dari komunitas yang menciptakannya. Patung Asmat, Loro Blonyo: simbol spiritual dari Indonesia. Patung kayu Asmat lebih berfokus pada hubungan manusia dengan alam dan siklus kehidupan, sementara patung-patung kayu dari Swabia Jerman lebih berfokus pada narasi-narasi keagamaan dan penghormatan terhadap tokoh-tokoh penting dalam tradisi Kristen. Keduanya menunjukkan bagaimana seni dapat menjadi medium untuk mengekpresikan nilai-nilai spiritual dan kepercayaan yang mendalam dari masyarakat yang menciptakannya, serta menunjukkan bagaimana seni dapat menjadi jembatan antara dunia material dan spiritual.

Ipon Semesta - Ketua Persegi (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

11 Oktober 2024-jelang setengah abad Pasar Seni Ancol

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun