Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Simphony Temali Sir Mac Aroni

24 September 2024   09:15 Diperbarui: 25 September 2024   00:51 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koleksi pribadi Input sumber gambar

Simphony Temali Sir Mac Aroni

Oleh: Ipon Semesta


Di tangan seniman Mac Aroni, Jerami padi, pelepah batang pisang, lini alang-alang, dan serat tumbuhan lainnya, bisa menjadi karya seni 3 dimensi yang mengagumkan. Bidak-bidak satwa purusa karya Mac Aroni serupa juluran lidah imajinasi, saling-silang berlarat-larat, lini jerami, lidah-ludah dari kumpulan binatang yang terbilang. Koloni fauna itu seolah sedang berkemah dalam ruang 4 X 4 M, menanti biduk Nuh yang akan menyelamatkannya dari bahtera. 

Konsep usungan karya-karya Mac Aroni serupa "Amsal Satwa Purusa" yang merupakan presensi kata sifat dalam bahasa Sansekerta, sebab dalam bahasa Sansekerta tak dikenal jenis kata sifat yang terasing dari sifat lain atau lingkungannya. Kata sifat merupakan "proses" yang ditangkap oleh persepsi inderawi terhadap informasi yang diterima dan dibaca. Selalu ada jalan baru untuk inovasi seni, bukan?

Kebudayaan bukan semata soal "artefak", tetapi sejak Epik Gilgamesh dituliskan pada 12 tabula di Babilonia (sekira 3200 tahun lalu), orang sudah menyadari bahwa kebudayaan pada intinya adalah perihal kemampuan berpikir dengan benar dan itu bisa tercermin dalam kemampuan menulis atau mencipta karya seni dengan benar.

Mac Aroni mencoba menggunakan metafora jenis fauna dalam karya tali-temalinya, yaitu: Badak. Hewan langka itu bisa ditafsirkan sebagai metafora kekuasaan riil politik yang mencengkram politik, kesenian,dan kebudayaan sejak lama. Namun, sosok Badak itu bisa juga ditafsirkan sebagai perilaku buruk.

Mac Aroni membuat konsep seninya sendiri. Seperti konsep estetika Zen di Jepang tentang segala hal yang tak sempurna dalam kesempurnaannya, fana dalam keabadiannya, dan tak selesai dalam kelengkapannya. Konsep berkesenian Mac Aroni tak bisa ditafsirkan hanya sebagai konsep estetika tentang segala hal yang tak sempurna, tak abadi, dan tak lengkap. Konsep seni Mac Aroni adalah seni tentang segala yang paradoks untuk mencapai simphony pada lirik putik harmoni purusa.

Pemahaman tentang estetika Mac Aroni tak bisa dimulai dari asimetri, tetapi mesti dimulai dari simetri. Asimetri harus diletakkan sebagai bagian dari simetri. Ketaksempurnaan adalah wujud dari kesempurnaan. Ketakabadian adalah wujud dari keabadian. Dan ketaklengkapan adalah wujud dari segala yang selesai.

Memaknai Mac Aroni dalam konteks "Seni". Seni Mac Aroni bukan seni tentang segala hal yang rapuh, rusak, dan hancur. Karya seni Mac Aroni adalah estetika tentang simphony dan harmoni, kesatuan dari idealitas dan realitas, yang di dalam dan yang di luar, yang fana dan yang baqa, konstruksi dan dekonstruksi.

di sudut tiang yang lain, patung yang terbuat dari jerami batang padi beridiri lesu, mengering dan kusam. Satu karya patung Mac Aroni 25 tahun silam. Patung yang menyosok putri duyung itu seperti sebuah ironi. Senarai larik puisi epik. Bait larik puisi Mac Aroni dalam diam meskipun putri duyung itu setia menemaninya dalam banyak kondisi eksternal. Patung-patung sentuhan lambung Mac Aroni mengajak ke pembicaraan mendalam. Lebih silam, membincang patung putri duyung dari jerami padi itu seperti melihat kembali patung Venus dari Willendorf yang ditemukan pada tahun 1908 di satu desa yang ada di dekat kota Krems. pada akhir masa paleolitik, atau awal epipaleolithic, sekitar 11.000 tahun lalu. Patung berbentuk "abstraksi" tubuh perempuan. Patung yang kini tersimpan pada Museum Naturhistorisches di Wina, Austria.

Hal yang menarik dari patung putri duyung adalah terjadinya perubahan signifikan dari bentuk figur patung putri duyung sebelumnya, yaitu kecenderungan untuk menjadi abstrak. Bentuk wajah, tangan, kaki yang terbungkus menyerupai sirip besar, dan payudara mulai ditinggalkan, cenderung merosot, kendor meski tak tercantum expired datenya. Yang tersisa adalah kecenderungan "melebih-lebihkan" pada bagian pinggul. Abstraksi bentuk pada patung putri duyung bentuk lengkung kurva dibuat sangat dinamis dan memiliki tingkat kerumitan geometris yang tinggi bila hendak dirujuk kepada konsep geometri modern. Patung ini juga menunjukkan bahwa kecenderungan Mac Aroni telah berpikir abstrak namun sangat anatomis ketika mencipta.

Mac Aroni hidup dalam momen artistik dari hari ke hari, melukiskan batinnya yang ia persepsikan pada alam, binatang, dan figur di sekelilingnya, di bawah sadarnya dan Ia ekspresikan ke dalam kanvas dan tali temali. Saat melukis atau membentuk jerami tangkai padi, kulit batang pisang, lini alang-alang, serabut eceng gondok, serabut kelapa, Ijuk dan pelbagai jenis tumbuhan yang terlebih dulu dipilin menjadi tali temali kemudian menganyamnya membentuk pelbagai hewan. Ia terserap ke dalam momen artistik itu dengan utuh. Ia tak memikirkan yang lain, hanya karya seni yang memenuhi batinnya. 

Ia hidup dalam bentuk dan warna. Ke mana pun matanya memandang hanya karya seni yang ada, hanya presensi dari keindahan yang sungguh-sungguh nyata. Ia hilang ke dalam karya seninya, di dalam belantara estetik. Momen artistik itu, adalah jatidirinya. Ia tak butuh jatidiri lain di luar dirinya. Dan ketika selesai, ketika seluruh energinya habis, seperti pelita yang kehabisan minyak, ia pun memutuskan meniup sendiri sisa api di sumbu pelita batinnya. Seniman memang tak abadi, tak sempurna--tapi adakah manusia yang sempurna, kecuali dalam mitos dan pikiran sendiri? Karya seni mungkin abadi, seniman "tidak".

Di dalam seni pada umumnya, orang bisa mencuri teknik, tapi tak mungkin mencuri momen estetik. Teknik bisa dipelajari, tapi momen estetik hanya bisa dimasuki ketika batin sadar sepenuhnya. Kesadaran manusia ada di dalam alam semesta. Kesadaran adalah struktur ruang-waktu.

Pikiran hanya sebuah gerak yang mengalir tanpa henti, yang muncul dalam aneka bentuk karya seni, bahkan juga di dalam konsep dari morfem "penuh" atau "kosong" itu sendiri. "No-mind" atau "sunyata" di dalam konsep Zen, bukan berarti berhenti berpikir, tetapi melampaui pikiran dan tak terikat selubung pemikiran, dan itu berarti menyadari bahwa pikiran memang tak punya substansi, tak punya "diri" yang solid, tak punya "cogito", tetapi terus-menerus bergerak, bersiklus, mengalir, kreatif, bermain.

Rahasia dari seluruh "Seni" ada dalam Kitab Vigyan Bhairav Tantra, sebuah kitab yang ditulis 5000 tahun lalu di Kashmir. Kitab ini-karya sastra, sama seperti jalan spiritual, adalah perluasan dari fungsi-fungsi inderawi. Seluruh indera (termasuk pikiran) sesungguhnya bersifat Kosmik, tak terpisahkan dari alam semesta. Setiap indera adalah jalan menuju jatidiri, keesaan, kehadiran serentak dari segala sesuatu yang ada--presensi! Semua pemusik, pelukis, pematung, penari, dan sastrawan kelas dunia menyadari "Rahasia Agung" ini.

Satwa lebih dulu ada ketimbang aksara (masih bisa disangkal). Misalnya larik puisi Chairil Anwar "Aku binatang jalang dari kumpulannya terbuang" begitu juga pada pelbagai suku yang belum mengenal aksara, Binatang telah ada jauh sebelum aksara dan tanda baca diperkenalkan ke dalam kebudayaan suku. Jadi, bukanlah aksara yang memunculkan kebudayaan, tetapi para binatang--tepatnya manusia berperilaku binatang. Maka, mulai saat ini, jangan meremehkan binatang. Karena tanpa binatang tak bakal ada kebudayaan.

Mac Aroni seperti melakukan rumus 'Seni' nya sendiri. Mac Aroni 'Berpikir Paradoks' terkait pendalaman tematik kepada karya-karya tali-temalinya. Keajaiban seni Mac Aroni muncul dari "lompatan". Lazimnya menggunakan rumus: kecil ke besar, kumpulan satwa purusa dalam Kemah Nuh. Kabir, penyair sufi India pernah mengungkap kebalikannya. Namun, Kabir dan Mac Aroni, keduanya sama menggetarkan, sama menghasilkan filosofi karya seni dari yang "Tak Terkatakan".

Dalam metafora hewani (yang belum jadi "metafora bangkai") istilah "muka badak" serupa operasi penyimpangan atau perluasan makna dari metafora deviasi dari makna denotatif kata "muka" dan "badak" untuk menyatakan makna denotatif seorang bermuka tebal, menyeruduk, nggak tahu malu, tak beradap. Metafora muka badak kemudian menjadi patafora, menjadi imajinasi, untuk menghasilkan efek psikologis. Muka badak digambarkan tiba-tiba menjadi seekor badak sungguhan terlempar ke neraka. Di neraka, muka badak itu pun berdialog dengan muka badak lainnya dan iblis, dst.

Dalam karya sastra gerakan "infrarealismo", Roberto Bolano adalah salah satu pendirinya. Ia seorang jurnalis, esais, novelis, dan penyair yang lahir di Santiago Chili pada tahun 1953. Meski tak pernah menyelesaikan kuliahnya, Ia adalah seorang pembaca yang tak kenal lelah dan bekerja sebagai kolumnis pada pelbagai media di Meksiko. Bolano menggunakan metafora jenis fauna persis seperti yang dilakukan Mac Aroni--meski imajiner--yang tidak umum dalam dunia seni, yaitu: Godzila. Monster raksasa mirip dinosaurus. Namun, antara Godzila karya sastra Roberto Bolano dan Badak karya patung jerami batang padi Mac Aroni itu bisa juga ditafsirkan berbeda.

Makin mendalam pikiran seorang manusia, maka akan makin tak deskriptif, tetapi makin simbolik. Bahasa orde tinggi dari logika dan matematika sepenuhnya simbolik. Bahasa simbolik itu bukanlah deskripsi dari gambaran, tapi abstraksi dari gambaran. Seperti sebuah lukisan abstrak, tak akan terlihat gambar pemandangan di atas kanvas, tetapi dapat mencipta pelbagai kemungkinan gambar pemandangan di dalam pikiran dengan melihat komposisi bentuk dan warna yang ada di kanvas sebuah lukisan abstrak. Sebuah abstraksi, paradoksnya, adalah representasi dari aneka gagasan secara simultan, secara serentak.

Kata badak bukanlah badak itu sendiri. Siapapun semestinya sama sekali tak akan merasa sakit bila dicap "mukabadak" dengan "kata" badak. Bisa dibuktikan hal itu dengan "pembuktian peristiwa". Kata badak hanyalah cara untuk menunjukkan binatang yang bernama badak, bukan badak itu sendiri. 

Bahkan sama sekali tak mengetahui apa sebenarnya badak itu hanya dengan memahami kata badak. Begitulah, pada akhirnya, logika simbolis membuktikan bahwa kata badak hanyalah kata yang disepakati tentang badak, dan sama sekali tak berkorespondensi dengan binatang bernama badak. Hal ini sama dengan teori semiotika menurut pandangan Ferdinand de Saussure dari Swiss. 

Demikian pula untuk semua kata lainnya, termasuk kata Tuhan itu sendiri. "Tao yang bisa dikatakan bukanlah Tao," begitu kata Lao Tzu dalam kitab Tao Te Ching ribuan tahun lalu di Cina.Tafsir atau pemahaman tentang Tuhan, bukanlah Tuhan itu sendiri. Tuhan hanyalah kata yang disepakati untuk hal yang tak diketahui, mungkin juga, sebuah misteri. Adalah sebuah kontradiksi bila berkata bahwa seseorang mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Siapapun sama sekali belum memecahkan "misteri" itu. Meski demikian, misteri itu tetap ada.

Apakah imajinasi bisa dijelaskan dengan teori logika (bukan dengan teori berpikir dalam psikologi)? Bisa dan usaha itu sudah lama dilakukan pada abad ke-20. Salah satunya dilakukan oleh Niiniluoto dalam satu kertas kerja ilmiah yang berjudul "Imagination and Fiction" pada Journal of Semantics-Oxford, tahun 1985.

Mac Aroni adalah pertapa sufi sejati dalam "dunia hewani". Meski karya-karyanya sama sekali bukan hal esoteris, semacam kemegahan hiperbolis atau kemewahan khusus bagi para pertapa spiritual kesenian terdahulu. Ini hanyalah sebuah momen dari kondisi terjaga, sebuah kondisi yang sangat alami, bisa dialami dan selalu dialami oleh siapa saja yang bersedia membuka hati dan kepekaan nalarnya. Tak peduli apakah seorang bangsawan atau rakyat jelata, selamanya adalah presensi dari Yang Esa

Swami Vivekananda, spiritualis besar India abad ke-19 menulis: "Tak ada dosa terbesar manusia selain menjadi lemah, karena bila demikian kau telah merendahkan martabat kemanusiaanmu sendiri dan meletakkannya di bawah telapak kakimu. Jadilah kuat, sehingga kau tak perlu merengek-rengek menuntut orang lain untuk melakukan kebaikan moral kepadamu, sebab sungguh tidaklah etis bila kau menuntut orang lain untuk menjadi budak kebaikan moralmu. Jadilah cerdas, sehingga seluruh dunia akan terbantu dengan berkurangnya satu orang bodoh di muka bumi. Tuhan Maha Kuat, maka jadilah kuat!"

Ipon Semesta, ketua Persegi (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia).
Pasar Seni Ancol, September 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun