Hal yang menarik dari patung putri duyung adalah terjadinya perubahan signifikan dari bentuk figur patung putri duyung sebelumnya, yaitu kecenderungan untuk menjadi abstrak. Bentuk wajah, tangan, kaki yang terbungkus menyerupai sirip besar, dan payudara mulai ditinggalkan, cenderung merosot, kendor meski tak tercantum expired datenya. Yang tersisa adalah kecenderungan "melebih-lebihkan" pada bagian pinggul. Abstraksi bentuk pada patung putri duyung bentuk lengkung kurva dibuat sangat dinamis dan memiliki tingkat kerumitan geometris yang tinggi bila hendak dirujuk kepada konsep geometri modern. Patung ini juga menunjukkan bahwa kecenderungan Mac Aroni telah berpikir abstrak namun sangat anatomis ketika mencipta.
Mac Aroni hidup dalam momen artistik dari hari ke hari, melukiskan batinnya yang ia persepsikan pada alam, binatang, dan figur di sekelilingnya, di bawah sadarnya dan Ia ekspresikan ke dalam kanvas dan tali temali. Saat melukis atau membentuk jerami tangkai padi, kulit batang pisang, lini alang-alang, serabut eceng gondok, serabut kelapa, Ijuk dan pelbagai jenis tumbuhan yang terlebih dulu dipilin menjadi tali temali kemudian menganyamnya membentuk pelbagai hewan. Ia terserap ke dalam momen artistik itu dengan utuh. Ia tak memikirkan yang lain, hanya karya seni yang memenuhi batinnya.Â
Ia hidup dalam bentuk dan warna. Ke mana pun matanya memandang hanya karya seni yang ada, hanya presensi dari keindahan yang sungguh-sungguh nyata. Ia hilang ke dalam karya seninya, di dalam belantara estetik. Momen artistik itu, adalah jatidirinya. Ia tak butuh jatidiri lain di luar dirinya. Dan ketika selesai, ketika seluruh energinya habis, seperti pelita yang kehabisan minyak, ia pun memutuskan meniup sendiri sisa api di sumbu pelita batinnya. Seniman memang tak abadi, tak sempurna--tapi adakah manusia yang sempurna, kecuali dalam mitos dan pikiran sendiri? Karya seni mungkin abadi, seniman "tidak".
Di dalam seni pada umumnya, orang bisa mencuri teknik, tapi tak mungkin mencuri momen estetik. Teknik bisa dipelajari, tapi momen estetik hanya bisa dimasuki ketika batin sadar sepenuhnya. Kesadaran manusia ada di dalam alam semesta. Kesadaran adalah struktur ruang-waktu.
Pikiran hanya sebuah gerak yang mengalir tanpa henti, yang muncul dalam aneka bentuk karya seni, bahkan juga di dalam konsep dari morfem "penuh" atau "kosong" itu sendiri. "No-mind" atau "sunyata" di dalam konsep Zen, bukan berarti berhenti berpikir, tetapi melampaui pikiran dan tak terikat selubung pemikiran, dan itu berarti menyadari bahwa pikiran memang tak punya substansi, tak punya "diri" yang solid, tak punya "cogito", tetapi terus-menerus bergerak, bersiklus, mengalir, kreatif, bermain.
Rahasia dari seluruh "Seni" ada dalam Kitab Vigyan Bhairav Tantra, sebuah kitab yang ditulis 5000 tahun lalu di Kashmir. Kitab ini-karya sastra, sama seperti jalan spiritual, adalah perluasan dari fungsi-fungsi inderawi. Seluruh indera (termasuk pikiran) sesungguhnya bersifat Kosmik, tak terpisahkan dari alam semesta. Setiap indera adalah jalan menuju jatidiri, keesaan, kehadiran serentak dari segala sesuatu yang ada--presensi! Semua pemusik, pelukis, pematung, penari, dan sastrawan kelas dunia menyadari "Rahasia Agung" ini.
Satwa lebih dulu ada ketimbang aksara (masih bisa disangkal). Misalnya larik puisi Chairil Anwar "Aku binatang jalang dari kumpulannya terbuang" begitu juga pada pelbagai suku yang belum mengenal aksara, Binatang telah ada jauh sebelum aksara dan tanda baca diperkenalkan ke dalam kebudayaan suku. Jadi, bukanlah aksara yang memunculkan kebudayaan, tetapi para binatang--tepatnya manusia berperilaku binatang. Maka, mulai saat ini, jangan meremehkan binatang. Karena tanpa binatang tak bakal ada kebudayaan.
Mac Aroni seperti melakukan rumus 'Seni' nya sendiri. Mac Aroni 'Berpikir Paradoks' terkait pendalaman tematik kepada karya-karya tali-temalinya. Keajaiban seni Mac Aroni muncul dari "lompatan". Lazimnya menggunakan rumus: kecil ke besar, kumpulan satwa purusa dalam Kemah Nuh. Kabir, penyair sufi India pernah mengungkap kebalikannya. Namun, Kabir dan Mac Aroni, keduanya sama menggetarkan, sama menghasilkan filosofi karya seni dari yang "Tak Terkatakan".
Dalam metafora hewani (yang belum jadi "metafora bangkai") istilah "muka badak" serupa operasi penyimpangan atau perluasan makna dari metafora deviasi dari makna denotatif kata "muka" dan "badak" untuk menyatakan makna denotatif seorang bermuka tebal, menyeruduk, nggak tahu malu, tak beradap. Metafora muka badak kemudian menjadi patafora, menjadi imajinasi, untuk menghasilkan efek psikologis. Muka badak digambarkan tiba-tiba menjadi seekor badak sungguhan terlempar ke neraka. Di neraka, muka badak itu pun berdialog dengan muka badak lainnya dan iblis, dst.
Dalam karya sastra gerakan "infrarealismo", Roberto Bolano adalah salah satu pendirinya. Ia seorang jurnalis, esais, novelis, dan penyair yang lahir di Santiago Chili pada tahun 1953. Meski tak pernah menyelesaikan kuliahnya, Ia adalah seorang pembaca yang tak kenal lelah dan bekerja sebagai kolumnis pada pelbagai media di Meksiko. Bolano menggunakan metafora jenis fauna persis seperti yang dilakukan Mac Aroni--meski imajiner--yang tidak umum dalam dunia seni, yaitu: Godzila. Monster raksasa mirip dinosaurus. Namun, antara Godzila karya sastra Roberto Bolano dan Badak karya patung jerami batang padi Mac Aroni itu bisa juga ditafsirkan berbeda.
Makin mendalam pikiran seorang manusia, maka akan makin tak deskriptif, tetapi makin simbolik. Bahasa orde tinggi dari logika dan matematika sepenuhnya simbolik. Bahasa simbolik itu bukanlah deskripsi dari gambaran, tapi abstraksi dari gambaran. Seperti sebuah lukisan abstrak, tak akan terlihat gambar pemandangan di atas kanvas, tetapi dapat mencipta pelbagai kemungkinan gambar pemandangan di dalam pikiran dengan melihat komposisi bentuk dan warna yang ada di kanvas sebuah lukisan abstrak. Sebuah abstraksi, paradoksnya, adalah representasi dari aneka gagasan secara simultan, secara serentak.