Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Simphony Temali Sir Mac Aroni

24 September 2024   09:15 Diperbarui: 25 September 2024   00:51 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata badak bukanlah badak itu sendiri. Siapapun semestinya sama sekali tak akan merasa sakit bila dicap "mukabadak" dengan "kata" badak. Bisa dibuktikan hal itu dengan "pembuktian peristiwa". Kata badak hanyalah cara untuk menunjukkan binatang yang bernama badak, bukan badak itu sendiri. 

Bahkan sama sekali tak mengetahui apa sebenarnya badak itu hanya dengan memahami kata badak. Begitulah, pada akhirnya, logika simbolis membuktikan bahwa kata badak hanyalah kata yang disepakati tentang badak, dan sama sekali tak berkorespondensi dengan binatang bernama badak. Hal ini sama dengan teori semiotika menurut pandangan Ferdinand de Saussure dari Swiss. 

Demikian pula untuk semua kata lainnya, termasuk kata Tuhan itu sendiri. "Tao yang bisa dikatakan bukanlah Tao," begitu kata Lao Tzu dalam kitab Tao Te Ching ribuan tahun lalu di Cina.Tafsir atau pemahaman tentang Tuhan, bukanlah Tuhan itu sendiri. Tuhan hanyalah kata yang disepakati untuk hal yang tak diketahui, mungkin juga, sebuah misteri. Adalah sebuah kontradiksi bila berkata bahwa seseorang mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Siapapun sama sekali belum memecahkan "misteri" itu. Meski demikian, misteri itu tetap ada.

Apakah imajinasi bisa dijelaskan dengan teori logika (bukan dengan teori berpikir dalam psikologi)? Bisa dan usaha itu sudah lama dilakukan pada abad ke-20. Salah satunya dilakukan oleh Niiniluoto dalam satu kertas kerja ilmiah yang berjudul "Imagination and Fiction" pada Journal of Semantics-Oxford, tahun 1985.

Mac Aroni adalah pertapa sufi sejati dalam "dunia hewani". Meski karya-karyanya sama sekali bukan hal esoteris, semacam kemegahan hiperbolis atau kemewahan khusus bagi para pertapa spiritual kesenian terdahulu. Ini hanyalah sebuah momen dari kondisi terjaga, sebuah kondisi yang sangat alami, bisa dialami dan selalu dialami oleh siapa saja yang bersedia membuka hati dan kepekaan nalarnya. Tak peduli apakah seorang bangsawan atau rakyat jelata, selamanya adalah presensi dari Yang Esa

Swami Vivekananda, spiritualis besar India abad ke-19 menulis: "Tak ada dosa terbesar manusia selain menjadi lemah, karena bila demikian kau telah merendahkan martabat kemanusiaanmu sendiri dan meletakkannya di bawah telapak kakimu. Jadilah kuat, sehingga kau tak perlu merengek-rengek menuntut orang lain untuk melakukan kebaikan moral kepadamu, sebab sungguh tidaklah etis bila kau menuntut orang lain untuk menjadi budak kebaikan moralmu. Jadilah cerdas, sehingga seluruh dunia akan terbantu dengan berkurangnya satu orang bodoh di muka bumi. Tuhan Maha Kuat, maka jadilah kuat!"

Ipon Semesta, ketua Persegi (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia).
Pasar Seni Ancol, September 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun