Mohon tunggu...
Jalukany1
Jalukany1 Mohon Tunggu... Nelayan - Ahli dalam mendogeng

Ada di nikmati, nggk ada ya cari sampai ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Ada Ilmu Laduni Tanpa Belajar!

15 Mei 2024   06:00 Diperbarui: 15 Mei 2024   06:29 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/Y2JW7iapWivEkmHq6

Kata guru saya, sebelum membuat perubahan yang besar maka buatlah perubahan yang kecil terlebih dahulu. Kenapa perubahan kecil terlebih dahulu? Karena sesuatu yang besar ada karena sesuatu yang kecil. Bagaikan duit seratus ribu tidak bisa menjadi seratus ribu tanpa adanya duit seribu. Itulah yang biasa orang-orang bilang.

Seperti contoh kehidupan ini, kita berada di dunia ini berawal dari setetes air mani yang mana dikembangkan oleh sel ovum dan selama kurang lebih 9 bulan dan keluar jadi bayi. Dan disaat kita menjadi bayi kita tidak bisa langsung berbicara, kita hanya menangis, disaat kita lapar kita menangis, kita mau sesuatu kita menangis, kita pun menangis.

Lalu bertambahnya usia kita belajar berbicara satu sampai dua huruf, lalu satu sampai dua kata, bertambah menyambung beberapa kata, dan bertambahnya usia kita belajar berjalan, bertambah tahun lagi bisa berlari, terus bertambah lagi sampai kita bisa berfikir seperti sekarang, dan itu dimulai dari hal kecil dan memiliki proses yang panjang, tidak langsung lahir kita bisa menjadi besar.

Coba kalian bayangkan? Apakah perusahan yang besar lahir didunia ini dengan instan? Mereka lahir tidak serta merta langsung besar, berdirinya perusahaan besar ini memerlukan waktu beberapa tahun bahkan ada sampai puluhan tahun agar mereka bisa menjadi raksasa.

Berapa banyak pengorbanan yang mereka keluarkan, berapa banyak buku yang mereka baca, berapa banyak orang berilmu yang mereka bayar, berapa banyak darah dan keringat yang mereka keluarkan untuk bisa sampai di titik kejayaan mereka?

Kita selalu lupa akan langkah-langkah kecil yang ada pada kehidupan. Kita selalu ingin langkah besar dalam kehidupan agar kita bisa cepat mendapat suatu barang tetapi apa yang kita dapat dalam langkah besar itu? Syukur-syukur langkah besar yang kita buat bisa langsung berhasil. Kalaupun ada yang berhasil itu hanya 0,000001% peluang dalam kehidupan ini. Itulah mengapa langkah kecil itu begitu bermakna dalam kehidupan kita.

Dulu waktu kecil ketika awal berjalan, kita di ajarkan untuk melangkah pelan-pelan bukan langsung berlari. Lalu setelah besar kita lupa sebuah pelajaran yang kita pelajari pas kita masih kanak-kanak, saat kita belajar berjalan, kita gegabah dalam melangkah, kita selalu tergesa-gesa dalam melangkah sehingga kita sering tersandung dalam setiap melangkah. Kita lupa bahwa terkadang langkah besar memiliki resiko yang besar apabila kita tersandung dalam melangkah.

Di zaman sekarang terlalu banyak yang instan sehingga kita lupa akan esensial dalam suatu proses, kita terlalu terbuai dan terlena akan hal-hal yang instan, kita lupa bumi butuh waktu untuk umat manusia bisa menempati bumi tersebut, tidak langsung jadi. Kita memakan nasi harus menunggu dulu baru bisa makan. Tetapi karena kemajuan teknologi yang terjadi membawa kita terlena akan kemajuan.

Apakah kemajuan teknologi sekarang ini membuat kita menumpul akal fikiran kita? Dengan beberapa tahun kebelakangan ini perkembangan teknologi tumbuh begitu cepat dari tahun ke tahun sehingga penerimaan informasi begitu gampang untuk kita menemukan. Jawabannya iya, kalau diri kita sendiri tidak kita upgrade. Tidak ada orang pintar tanpa membaca buku sama sekali. Tidak ada ilmu laduni tercipa tanpa ia pernah belajar. 

Kita selalu bangga dengan kejayaan kejayaan pada masa dulu dengan bangganya kita selalu bilang "lihat lah kejayaan bangsa kami pada masa dulu" "begitu indahnya kejayaan pada masa itu". "Dengan bambu runcing saja kami bisa mengusir para penjahjah" bla bla bla, tetapi tanpa kita sadari kebanggaan itu membuat kita terlena, dan melupakan hari esok yang akan datang, dan selalu terhanyut dengan euforia masa lalu, dan membuat kita menjadi malas untuk melakukan apa-apa karena kita berfikir hari esok tidak akan terulang lagi yang sama, tetapi kenyataan tidak seperti yang kita fikirkan!

Dalam kehidupan ini  tidak ada masalah yang selesai, setelah kita menyelesaikan suatu masalah maka timbul lah masalah baru lagi dan masalah baru selesai maka timbul lagi masalah sampai nafas terlepas dari kantung badan barulah masalah kita yang ada di dunia ini terselesaikan. Janganlah kebanggaan pada masa lalu membuat kita lupa akan hari esok, setidaknya di imbangi antara kesenangan dan tindakan yang bermanfaat agar leluhur kita bangga dan tidak sia-sia membuat perubahan.

Inilah peran kita semua bukan hanya guru pada generasi yang akan datang. Sebagai seorang guru tugas mereka bukan hanya mengajarkan berhitung dan membaca saja. Tapi lebih dari itu membentuk karakter anak-anak sejak usia dini, menanamkan nilai-nilai budi pekerti, membentuk mentalitas serta moral dasar bagi mereka.

Serta peran orang tua dirumah juga untuk anak anaknya agar memupuk semangat mereka tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara, memberi mereka pemahaman tentang perlunya toleransi dalam keberagaman, serta rasa sosial yang tinggi. Semangat ini harus di tanamkan didalam diri generasi muda sejak dini dan itu adalah tugas yang harus dipikul oleh guru dan orang tua.

Membangun mentalitas anak-anak generasi penerus itu bagaikan membangun sebuah bangunan yang tinggi. Jika pondasi mereka kuat dan mengakar, maka bangunan  tinggi tidak akan mudah roboh walau pun dihantam badai, dan itu lagi-lagi adalah tugas seorang guru.

Orang tua juga harus berperan. mereka tidak bisa menyamakan kehidupan mereka yang terbelakang dengan kehidupan anak-anak muda dimasa depan. Sebuah bangsa akan sangat bergantung kepada generasi penerus. Agar sebuah bangsa itu tetap stabil, maka generasi mudah harus mampu memiliki talenta dan kita tidak bisa menunggu generasi setelahnya.

Namun setidaknya harus berada di level yang sama. Jika  generasi muda memiliki kualitas di bawah generasi tua, maka bersiaplah menerima kemunduran bagi sebuah bangsa tersebut.  

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, masa depan sebuah negara terletak di pundak mereka suatu saat nanti. Jadi, secara tidak langsung anak- anak ini adalah anak-anak Negara dan anak bangsa. Karena ketika satu orang dipilih sebagai wakil kepada negara lain, orang-orang di negara tersebut tidak akan bertanya siapa ibu dan ayahnya. Tapi bertanya dari negara mana dia berasal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun