Narasi dan Program: Penentu Kesuksesan di Era Baru
Dalam sistem yang lebih terbuka, keberhasilan kandidat tidak lagi hanya ditentukan oleh afiliasi politik atau besarnya dukungan finansial, tetapi juga oleh narasi dan program yang ditawarkan. Program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat seperti pengentasan kemiskinan, digitalisasi ekonomi, reformasi pendidikan, dan kebijakan lingkungan akan menjadi daya tarik utama.
Para calon harus mampu menawarkan visi yang jelas dan implementatif, bukan sekadar janji-janji kosong. Dengan makin banyaknya pilihan kandidat, masyarakat juga memiliki peluang untuk lebih kritis dalam menilai kualitas visi dan misi mereka.
Tantangan dan Potensi Dampak Negatif
Meski peluang terlihat besar, penghapusan ambang batas ini juga membawa tantangan. Salah satunya adalah potensi fragmentasi politik yang lebih besar. Dengan banyaknya kandidat yang maju, polarisasi masyarakat bisa semakin tajam. Selain itu, tanpa koalisi yang solid, stabilitas di parlemen juga mungkin terganggu.
Biaya politik yang semakin tinggi juga menjadi tantangan. Lebih banyak kandidat berarti lebih banyak kampanye yang harus dibiayai, baik secara personal maupun oleh partai. Hal ini bisa memicu peningkatan praktik politik uang yang merugikan demokrasi.
Keputusan presidential threshold dihapus oleh MK adalah langkah besar menuju demokrasi yang lebih inklusif. Namun, keberhasilan implementasinya sangat tergantung pada kesiapan partai politik, calon, dan masyarakat untuk beradaptasi dengan dinamika baru ini. Apakah ini akan membawa Indonesia ke arah politik yang lebih sehat dan kompetitif, atau justru sebaliknya, menjadi tantangan baru bagi stabilitas politik? Waktu yang akan menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H