Penyerahan dua kapal hasil rampasan dari aktivitas illegal fishing kepada koperasi nelayan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Pelabuhan Perikanan Masami, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jumat (27/12/2024), juga sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas nelayan tradisional menggunakan kapal berukuran lebih besar. Merupakan langkah konkret yang patut diapresiasi.
Kebijakan ini mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya nelayan, serta komitmen dalam menjaga kedaulatan dan keberlanjutan sumber daya laut.
1. Dampak Positif bagi Nelayan Banyuwangi
Penyerahan kapal kepada koperasi nelayan di Banyuwangi berpotensi meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat pesisir setempat. Sebagai daerah dengan potensi perikanan yang besar, keberadaan kapal tersebut memungkinkan nelayan untuk memanfaatkan sumber daya laut secara lebih optimal, dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip keberlanjutan.
2. Penguatan Peran Koperasi
Koperasi nelayan sebagai penerima kapal memiliki peran strategis dalam mengelola sumber daya ini untuk kepentingan bersama. Dengan struktur organisasi yang lebih terorganisir, koperasi dapat memastikan bahwa kapal digunakan secara adil, efisien, dan produktif. Selain itu, koperasi juga dapat berperan dalam mendukung pemasaran hasil tangkapan, sehingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi anggotanya.
3. Langkah Tegas terhadap Illegal Fishing
Penyerahan kapal rampasan ini menjadi simbol keberhasilan KKP dalam memberantas illegal fishing sekaligus memberikan pesan yang tegas kepada pelaku. Kapal yang sebelumnya digunakan secara ilegal kini dialihfungsikan untuk mendukung nelayan lokal, memperkuat ekonomi masyarakat, dan menjaga kedaulatan laut Indonesia.
4. Tantangan dalam Implementasi
Meskipun langkah ini sangat positif, terdapat beberapa tantangan yang perlu diantisipasi supaya kapal yang diberikan Pemerintah dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Nelayan:
- Pemeliharaan Kapal: Kapal rampasan mungkin membutuhkan perbaikan dan perawatan yang signifikan sebelum digunakan. Pemerintah perlu memastikan koperasi memiliki akses terhadap dukungan teknis dan finansial untuk pemeliharaan.
- Pengelolaan yang Profesional: Tidak semua koperasi memiliki kapasitas manajerial yang memadai. Oleh karena itu, pelatihan teknis dan manajerial bagi pengurus koperasi sangat penting untuk memastikan kapal dikelola secara optimal.
- Monitoring dan Evaluasi: Perlu ada mekanisme pengawasan untuk memastikan kapal digunakan sesuai peruntukannya dan memberikan manfaat bagi seluruh anggota koperasi.
5. Komitmen Pemerintah dalam Mendukung Nelayan Lokal
Langkah ini menunjukkan keberpihakan KKP kepada masyarakat nelayan lokal, terutama di daerah Banyuwangi yang memiliki potensi besar di sektor perikanan. Penyerahan kapal di Pelabuhan Perikanan Masami ini juga menjadi simbol bahwa pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat untuk mendukung pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan yang berkelanjutan, langkah ini dapat memperkuat posisi koperasi nelayan sebagai motor penggerak ekonomi pesisir sekaligus menjaga kelestarian sumber daya laut Indonesia.
Bahkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan banyak kegiatan yang dilakuakan KKP melaksanakan kebijakan "tangkap-manfaat" dalam penanganan kapal ikan asing yang melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia untuk digunakan sebagai peningkatan kesejahteraan nelayan.
Optimis kapal-kapal hibah ini nantinya dapat menjadi percontohan dan menjadi kisah sukses bagaimana kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah dapat menghasilkan output yang maksimal dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan di perairan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H