Akhir-akhir ini semakin banyak teriakan di dunia maya untuk merubah pandangan keliru tentang "anak sebagai sebuah aset" bagi masa tua orang tuanya. Film Rob Peace, yang digarap dan dimainkan oleh Chiwetel Ejiofor berdasarkan sebuah autobiografi, menjadi penegas kerisauan tersebut. Satu pesan apik dalam film drama ini, anak juga bukan kavaleri orang tua.
Rob Peace merupakan tokoh nyata yang bernama lengkap Robert DeShaun Peace. Autobiografinya ditulis oleh Jeff Hobbs pada buku yang berjudul The Short and Tragic Life of Robert Peace.
Chiwetel Ejiofor, sang pemeran Karl Mordo dalam film Doctor Strange, mengembangkan naskah dan karya yang epik dalam film ini. Ia juga menjadi salah satu cast, sebagai ayah dari Shaun, yaitu Skeet.
Diproduksi dan didistribusikan oleh Republic Pictures, film Rob Piece mulai tayang di Amerika Serikat pada tanggal 16 Agustus 2024.
Banyaknya adegan yang menunjukkan peredaran narkoba, serta adanya aksi tembak-menembak, membuat film ini hanya cocok ditonton oleh orang dewasa (18+). Pesan yang disampaikan memang ditujukan untuk mereka, yakni anak-anak yang mulai memasuki kuliah hingga dunia kerja, maupun orang tua yang punya harapan besar pada anak-anak yang disayangnya tersebut.
Pemeran lain yang ikut memberi warna dalam film berdurasi 2 jam ini adalah Jay Will (Robert DeShaun Peace dewasa), Camilla Cabello (Naya), Mary J. Blige (Jackie, ibu Shaun), dan Michael Kelly (Father Leahy).
Sinopsis Film Rob Peace
Dikisahkan pada tahun 1987, di lingkungan kurang mampu daerah Newark, USA, Robert DeShaun Peace yang awalnya dipanggil dengan nama Shaun, harus mendapati ayah dan ibunya (Skeet dan Jackie) berpisah saat ia masih kecil.Â
Shaun, dikenal sebagai anak kecil yang sangat pintar, mempunyai pandangan super-positif kepada ayahnya. Bahkan ia terkesan memuja sang ayah, sebab kasih sayang yang selalu diberikan Skeet padanya kendati berpisah rumah.
Suatu saat Skeet mengajak Shaun ke apartemen tempatnya tinggal bersama beberapa kolega. Di daerah Newark yang terkenal "kotor" tersebut, Skeet menggantungkan hidupnya sebagai pengedar narkoba.Â
Lalu tibalah momen hari itu, terjadi penembakan di tempat Skeet tinggal, dan ia dituduh sebagai pembunuh dua wanita muda yang ada disana.
Benar tidaknya Skeet sebagai pembunuh, disimpan betul menjadi misteri hingga akhir cerita. Sementara Shaun yang terpukul karena ayahnya harus masuk penjara, menghadapi dilema besar di kala ia menginjak masa dewasa.
Jackie, sang ibu, tahu betul bahwa anaknya yang pintar ini harus meninggalkan Newark untuk menjajaki kuliah di kampus bergengsi. Iapun meminta Shaun untuk merubah namanya menjadi Rob Peace, agar lingkungan barunya tidak mengetahui jejak Skeet yang menjadi narapidana.
Di satu sisi Rob Peace ternyata berhasil masuk Yale University di bidang biologi molekuler. Di lain pihak, pikirannya selama kuliah terbagi, untuk berusaha membebaskan ayahnya dari penjara.Â
Pergolakan batin dan kebutuhan akan uang dalam jumlah besar inilah yang akhirnya membuat Rob Peace harus kembali ke dunia kelam Newark, hingga ajal menjemputnya.
Review Film
Kisah inspiratif pemuda yang meninggal dunia di usia 30 tahun ini, bisa diangkat oleh Chiwetel Ejiofor dengan cukup epik sekaligus kelam. Pesan terdalam yang ada di film ini, yakni pergolakan seorang Rob Peace, mampu dibawakan juga dengan sempurna oleh Jay Will.
Lalu di mana peran Camila Cabello? Penyanyi Havana ini tidak mendapat porsi banyak sebagai Naya, kekasih Rob ketika kuliah di Yale. Meski begitu, sosok Naya memainkan peran "penyadar" bagi Rob, bahwa ia tidak harus menanggung beban dari ayahnya.
Hal paling menarik dari seluruh kisah Robert DeShaun Peace ini, adalah bagaimana ia bisa diterima oleh banyak kalangan meskipun berasal dari daerah pinggiran Amerika, dan sebagai minoritas (berkulit gelap).
Ia bisa mencair ke dalam komunitas anak pandai di Yale dan juga komunitas olah raga polo air yang diikuti mayoritas anak kulit putih di kampusnya. Sosoknya, menjadi senyawa yang meleburkan sekat-sekat ini.
Namun sekali lagi, tarikan untuk kembali ke Newark dan merasa berkewajiban untuk membebaskan ayahnya dari tuduhan pembunuhan, akhirnya mengalahkan masa depan cerahnya.Â
Ini adalah sebuah pelajaran hidup, bagi setiap orang tua yang merasa bisa "memiliki" anaknya untuk selamanya. Sebuah kalimat inspiratif disampaikan Naya, "Kamu berhak untuk terbang, Rob..."
Buku autobiografi The Short and Tragic Life of Robert Peace ditulis sendiri oleh Jeff Hobbs, yang tak lain adalah teman sekamar Rob Peace selama berkuliah di Yale. Begitu membekasnya rasa penyesalan memiliki teman sepintar Rob yang harus meninggal secara tragis, menjadi motivasi utama Hobbs menuliskan kisah ini.
Semoga film ini bisa menginspirasi keluarga kita, untuk tidak mengikat anak dengan julukan "aset", ataupun "kavaleri". Anak berhak untuk terbang suatu saatnya nanti. Jika kita melepas dengan benar, pasti suatu saat ia tidak akan lupa jalan untuk kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H