Benar tidaknya Skeet sebagai pembunuh, disimpan betul menjadi misteri hingga akhir cerita. Sementara Shaun yang terpukul karena ayahnya harus masuk penjara, menghadapi dilema besar di kala ia menginjak masa dewasa.
Jackie, sang ibu, tahu betul bahwa anaknya yang pintar ini harus meninggalkan Newark untuk menjajaki kuliah di kampus bergengsi. Iapun meminta Shaun untuk merubah namanya menjadi Rob Peace, agar lingkungan barunya tidak mengetahui jejak Skeet yang menjadi narapidana.
Di satu sisi Rob Peace ternyata berhasil masuk Yale University di bidang biologi molekuler. Di lain pihak, pikirannya selama kuliah terbagi, untuk berusaha membebaskan ayahnya dari penjara.Â
Pergolakan batin dan kebutuhan akan uang dalam jumlah besar inilah yang akhirnya membuat Rob Peace harus kembali ke dunia kelam Newark, hingga ajal menjemputnya.
Review Film
Kisah inspiratif pemuda yang meninggal dunia di usia 30 tahun ini, bisa diangkat oleh Chiwetel Ejiofor dengan cukup epik sekaligus kelam. Pesan terdalam yang ada di film ini, yakni pergolakan seorang Rob Peace, mampu dibawakan juga dengan sempurna oleh Jay Will.
Lalu di mana peran Camila Cabello? Penyanyi Havana ini tidak mendapat porsi banyak sebagai Naya, kekasih Rob ketika kuliah di Yale. Meski begitu, sosok Naya memainkan peran "penyadar" bagi Rob, bahwa ia tidak harus menanggung beban dari ayahnya.
Hal paling menarik dari seluruh kisah Robert DeShaun Peace ini, adalah bagaimana ia bisa diterima oleh banyak kalangan meskipun berasal dari daerah pinggiran Amerika, dan sebagai minoritas (berkulit gelap).
Ia bisa mencair ke dalam komunitas anak pandai di Yale dan juga komunitas olah raga polo air yang diikuti mayoritas anak kulit putih di kampusnya. Sosoknya, menjadi senyawa yang meleburkan sekat-sekat ini.
Namun sekali lagi, tarikan untuk kembali ke Newark dan merasa berkewajiban untuk membebaskan ayahnya dari tuduhan pembunuhan, akhirnya mengalahkan masa depan cerahnya.Â
Ini adalah sebuah pelajaran hidup, bagi setiap orang tua yang merasa bisa "memiliki" anaknya untuk selamanya. Sebuah kalimat inspiratif disampaikan Naya, "Kamu berhak untuk terbang, Rob..."
Buku autobiografi The Short and Tragic Life of Robert Peace ditulis sendiri oleh Jeff Hobbs, yang tak lain adalah teman sekamar Rob Peace selama berkuliah di Yale. Begitu membekasnya rasa penyesalan memiliki teman sepintar Rob yang harus meninggal secara tragis, menjadi motivasi utama Hobbs menuliskan kisah ini.