Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Life of PI", Kisah Toleransi dan Persahabatan

14 Januari 2019   22:11 Diperbarui: 14 Januari 2019   22:23 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matinya seorang wanita penyayang binatang baru-baru ini karena diterkam seekor buaya buas yang ternyata fauna kesayangannya  seperti menjadi inti dari kisah film "The Life of PI" yang sukses dalam perebutan Piala Oscar 2013 dengan menyabet empat penghargaan dari sutradara, sinematografi, musik, dan visual efek terbaik dari total 11 nominasi yang dicalonkan.

The Life of PI atau kisah petualangan seorang pemuda yang harus menyelamatkan hidupnya akibat kapal yang membawanya pecah dan tenggelam dengan menaiki sekoci penyelamat yang ternyata juga dihuni beberapa binatang yang ikut menyelamatkan diri didalamnya seperti jerapah,orang utan,hyena,tikus dan harimau Benggala.

Perjalanan yang sangat menyeramkan melewati Samudra Pacific yang begitu luas hanya dengan rakit dan dihalangi badai yang ganas serta "ditemani" binatang buas sungguh petualangan yang menarik untuk divisualkan.

Benang merah dari film ini adalah harimau Benggala,hewan buas yang sudah dikenalnya sejak kecil saat masih hidup di India,karena sang ayah (dimainkan oleh Adil Hussain) mempunyai kebon binatang kecil, mengajarkannya secara tidak langsung "sejinak" apapun binatang buas akan tetap "liar" dan nalurinya tetap "ganas" jadi sebagai manusia tetap harus waspada  dan menjaga jarak dengannya.

Nama PI sendiri ternyata punya cerita sendiri dimana nama lengkapnya adalah Piscine Molitor Pattel yang meniru nama kolam renang (Piscine Molitor) di Perancis. Saat di sekolah menengah, dia menyebut namanya menjadi Pi yang diambil dari huruf Yunani   untuk menghindari dia dipanggil dengan panggilan Pissing Pattel yang berarti Pattel si Tukang Kencing, Lol.   

Pertarungan hidup mati di sekoci antara pemuda 16 tahun (PI) yang dimainkan oleh Suraj Sharma dengan harimau Benggala yang bernama Richard Parker menggambarkan keberadaan si harimau ternyata menjadi energi bagi pemuda ini untuk tetap hidup dan menemukan daratan agar bisa selamat.

Film berdurasi dua jam lebih ini tidak terasa melelahkan seperti halnya film Kingkong karya Peter Jackson karena puluhan twist yang mampu mengecoh penonton. Twist yang sangat luar biasa adalah adanya sebuah pulau yang dihuni jutaan binatang meerkat/suricate sejenis luwak dan  floranya yang indah dan ramah pada siang hari tapi berubah menjadi mengerikan ketika malam tiba. PI ketika terbangun dari tidurnya  menemukan sebuah bunga disana ternyata didalamnya terdapat gigi manusia, artinya flora disini berubah jadi carnivora saat malam tiba.

Hal lain dari film ini yang patut diperhatikan adalah toleransi yang ditunjukkan oleh keluarga PI untuk memahami perilaku dari PI ini saat berusia 12 tahun (dimainkan oleh Ayush Tandon) yang mencari Tuhannya dengan mempraktekkan sekaligus tiga agama yang diyakininya yaitu Hindu, Kristen dan Islam. 

Dan pada intinya PI ini bersyukur atas karunia Tuhan walaupun dia akhirnya sempat berkeluh kesah juga ketika penderitaannya tiada berakhir tentang kehilangan ayah, ibu dan kakaknya yang mati tenggelam di dalam kapal milik perusahaan Jepang.

Karya sutradara Ang Lee asal Taiwan yang juga sutradara Brokeback Mountain dan Crouching Tiger Hidden Dragon mendatangkan pesona sendiri karena begitu luar biasanya penggunaan visual effect yang hampir 80 persen muncul dalam durasi film ini.  Film tanpa bintang besar ini ternyata lebih sukses dari Hugo karya Martin Scorsese yang juga secara visual effect fantastik dan tanpa mengusung bintang mahal. Visual effect saat ribuan ikan terbang, seekor ikan paus beraksi dan jutaan meerkat di pulau fantasi sungguh luar biasa.

Sepanjang film ini kita disungguhi adegan perjuangan si pemuda agar tetap hidup dengan usahanya untuk tinggal di rakit terpisah dari rakit utama yang dihuni harimau. Kehabisan makanan karena kapalnya sempat koyak karena ikan paus besar memaksanya untuk memakan ikan padahal dia seorang vegetarian. Ikan yang menjadi bahan makanan yang juga dibaginya dengan si harimau yang membuatnya bisa aman ada di rakit utama.

Hal lain yang menarik dialog PI dengan harimau yang tidak bisa bicara "manusia' kecuali lewat aumannya tidak terasa seperti si pemuda berbicara sendiri, semua terasa "hidup" dan mengalir sebagaimana dengan film lain dengan banyak karakter.  Suatu penyampaian cerita (story-telling) dan pencapaiannya yang jempolan dengan mengkombinasikan tehnik close up, voice over, insert, gerak fauna dan mise-en scene yang meyakinkan.

Walau film ini cuma fiksi berdasarkan novel karya dari Yann Martel namun saat di akhir cerita, ketika PI ditanya agen kapal Jepang mengapa kapal tersebut karam dan bagaimana dia bisa selamat, pada akhirnya manusia hanya ingin cerita yang logis dan masuk akal. 

Dan si pemuda ini mengarang cerita dengan mempersonalkan tokoh hyena sebagai koki yang kejam, orang utan sebagai ibu yang baik, jerapah sebagai pelaut yang ramah, walaupun cerita sebenarnya justru binatang-binatang tersebut menjadi karakter sebenarnya.

Khusus penggambaran hyena yang dianggap sebagai koki yang jahat (dimainkan Gerard Depardieu,sutradara Perancis pada film Taxi), dimulai saat keluarga ini konflik dengannya karena masalah menu makanan waktu di kapal Jepang.

Film yang berbiaya hanya  120 juta dollar AS ternyata dari seluruh dunia mendapatkan $609 juta dollar AS (5x lipat dari budget produksinya). Ini membuktikan ternyata film nominasi Oscar terbaik secara komersial juga berhasil seperti halnya juga dengan Titanic pada 1998 dan beberapa lainnyal

An animal's eyes have the power to speak a great language (Mata fauna mempunya kekuatan untuk berbicara dalam bahasa yang hebat) (Martin Buber)

Dari sejumlah sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun