Tak pelak perhelatan pemindahan kekuasaan dari Presiden ke 6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Presiden ke 7 Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menjadi ajang paling anggun, berkelas dan hadiah paling besar bagi bangsa Indonesia yang merindukan proses pergantian tampuk kekuasaan dengan cara yang damai.Peristiwa bersejarah pada Senin, 20 Oktober 2014, ini tidak akan terlupakan.
Proses yang berlangsung serius, khidmat tapi tetap santai ini mempertontonkan kedewasaan para pemimpin Indonesia saat ini yang kembali kepada sikap "gotong royong" dan "tepo seliro". Apapun kita bisa lakukan untuk meraih kemenangan dan kekuasaan , namun bila sudah ada keputusan siapa pemenangnya secara legal dan konstitusional, harus dipatuhi dan dilaksanakan.
Kalau melihat dari runtutan sebuah cerita film plot utamanya pemindahan kekuasaan secara damai dari SBY ke Jokowi, namun plot tambahan dan pendukungnya sangat kuat mendukung , seperti kehadiran Prabowo, Koalisi Merah Putih hadir, puluhan ribu yang hadir dalam kirab pesta rakyat, Upacara Pisah Sambut, Kehadiran banyak tamu dari luar negeri, pesta rakyat di Monas serta pemecahan Rekor Dunia Museum Rekor Indonesia (MURI).
Dalam program "Selamat Bekerja Jokowi JK" yang secara maraton ditayangkan Kompas TV dari pukul 06 pagi hingga 21 malam, rangkaian program berita menyangkut perhelatan ini secara komplit dibahas, ditelaah dan dianalisis. Satu wawancara yang tidak terlupakan saat Salim Said, seorang dosen Politik terkenal serta dedengkot pengamat film tidak bisa menutup keharuan karena kegembiraannya atas proses transfer kekuasaan secara damai ini.
Salim bercerita bagaimana kekuasaan dari Presiden Pertama ke suksesor dibawahnya tidak pernah mulus. Soekarno ke Soeharto, Soeharto ke Habibie, Habibie ke Gus Dur, Gus Dur ke Megawati dan Megawati ke SBY. Boleh dibilang ini salah satu legacy positif dari SBY kepada penggantinya dan bangsa Indonesia.
Euforia masyarakat dalam mendukung perhelatan ini , banyak relawan yang mampu mengorganisasi layanan makan gratis serta tampilan band Arkarna dari Inggris yang tampil tanpa dibayar alias bayar sendiri merupakan tanda posifif banyaknya harapan masyarakat dan rakyat Indonesia kepada Jokowi. Artinya bila Jokowi alpa dengan dukungan ini, Jokowi akan mengalami masa-masa sulit dalam pemerintahannya.
Apa yang dikatakan Salim Said saat pergantian kekuasaan saat penggulingan kekuasaan Soekarno oleh rezim orde baru pada tahun 1966 jangan diulang lagi dengan memberikan cek kosong kepada Soeharto. Artinya waktu itu mahasiswa dan rakyat mampu menjatuhkan Soekarno, tapi tidak memberikan masukan kepada Soeharto, artinya setelah peristiwa itu, mahasiswa dan rakyat pergi tidur dan tidak mengawasi Soeharto, dan baru sadar setelah 32 tahun ternyata Soeharto tidak pro rakyat.
Saatnya kita tunggu dengan Harap-harap cemas (H2C) susunan kabinet Jokowi apakah pro rakyat atau pro pasar? Tapi Jokowi punya hak prerogatif untuk menentukan menterinya sendiri...dan disinilah seninya bagaimana arah dan kebijakan sebagai Presiden dalam melaksanakan cetak biru pemerintahannya.
Jangan memunggungi Laut, Selat dan Samudera ini jelas arah Jokowi dan pemerintahannya dibawa yaitu ke Laut kita berjaya, Jales Veva Jaya Mahe, mengutip kata "sakti" dalam Angkatan Laut. Ya benar, kita tunggu kiprah Jokowi dan mulai kapan? Mulai sekarang...Kerja, Kerja dan Kerja!