Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor penentu bagi anak, apakah anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik atau tidak. Orang tua dituntut harus mengetahui cara pola asuh anak dengan baik dan benar, agar dapat menghasilkan anak yang menjadi individu berkualitas, sehat jasmani, rohani, cerdas, bermoral, mengabdi pada Allah dan Rasul-Nya serta taat kepada orang tua. Menurut Chabib Thoha, “Pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.”
Kisah Luqman Al-Hakim dalam QS. Luqman ayat 13-19
Surah Luqman adalah salah satu surah dalam Al-Qur’an. Surah Luqman adalah surah yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Surah ini masuk ke dalam kelompok surah Makkiyah kecuali ayat 28, 29, dan 30 adalah Madaniyah.67 Dalam Surah ini terkandung nasihat-nasihat Luqman kepada putranya yang tercantum dalam Surah Luqman ayat 13-19. Kisah Luqman diawali dari ayat 13 dimana dalam ayat ini dijelaskan bahwa Luqman telah diberi oleh Allah hikmah dan ilmu pengetahuan. Surah Luqman adalah salah satu Surah Al-Qur’an yang secara keseluruhan didalamnya terdapat nilai-nilai bimbingan seperti penyadaran, menumbuhkan, mengelola dan membentuk wawasan, akhlak dan sikap Islam, menggerakan dan meyadarkan manusia untuk beramal shalih, berdakwah (berjuang) dalam rangka memenuhi gugas kekhalifahan dalam rangka beribadah kepada Allah.
Pada kisah Luqman Al-Hakim ini mengajarkan bagaimana cara orang tua dalam membimbing anak. Adapun aspek pola asuh dalam kisah Luqman Al-Hakim yang terdapat dalam surah Luqman ayat 13-19 sebagai berikut:
- Warmth (Kehangatan)
Kehangatan merupakan salah satu aspek dalam pengasuhan yang menyumbangkan akibat-akibat positif bagi perkembangan anak. Pola asuh dari aspek kehangatan yang dilakukan Luqman terhadap anaknya ditunjukkan pada ayat 13, 16, dan 17. Pada ketiga ayat tersebut terdapat kata-kata, “Wahai anakku”. Dalam ayat ini Luqman menggunakan kata “ya bunayya”, dalam bahasa Arab kata “ya bunayya” adalah berasal dari kata “ibnu” yang berarti anak laki-laki, sedangkan “ya bunayya” dalam kaedah bahasa Arab merupakan bentuk tasghir. Dalam arti bahasa “ya bunayya” di sini diartikan sebagai “wahai anakku”, kata “ya bunayya”, digunakan untuk memperhalus bahasa ketika memanggil anaknya.
Maksudnya bentuk nada panggilan yang paling halus dan paling sopan. Kata “ya bunayya” yang mengisyaratkan kasih sayang dalam diri seorang ayah terhadap anaknya, menampakkan perasaan keayahan yang deras mengalir dalam diri seorang anak, serta rasa cinta dan sayang seorang ayah terhadap anak dan kekhawatiran akan segala keburukan terhadap sang anak. Perasaan keayahan berarti rasa sayang, cinta dan kasih, bukan berarti menguasai dengan pukulan, kata-kata kasar, dan memusuhi seperti yang dipahami oleh sebagian besar ayah. Mereka tidak mengetahui bahwa siapapun yang tidak menyayangi maka dia tidak akan di sayang. Penyebutan ini adalah istilah memanggil anak dengan perasaan penuh kasih sayang dan penuh kelembutan terhadap seorang anak.
- Control (Pengawasan)
Kebebasan disertai dengan pengawasan yang diberikan orangtua akan membuat anak terbiasa berpikir sendiri dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah yang dialaminya dengan mempertimbangkan konsekuensinya. Pola asuh dari aspek pengawasan yang dilakukan Luqman terhadap anaknya ditunjukkan pada ayat 13, 14, 15 dan 17. Pada ayat 13 Luqman menyampaikan nasihat pertamanya yaitu, “Jangan menyekutukan Allah”.
Mempersekutukan Allah adalah zalim karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya yaitu menyamakan sesuatu seperti patung-patung yang tidak dapat berbuat apa-apa. Luqman Al-Hakim sangat tepat dalam memulai nasihat, karena masalah ini merupakan asas yang mengakar dan fondasi yang kokoh. Sebuah permulaan dengan memprioritaskan yang paling penting. Hal pertama yang wajib diajarkan kepada anak adalah tauhid (Meng-Esakan Allah) dan mengingatkan anak dari dua jenis kesyirikan, yaitu syirik besar dan syirik kecil.
Sehingga anak tidak beribadah kepada selain Allah. Luqman memberikan nasihat kepada putranya dengan pembiasaan melaksanakan kewajiban sholat sesuai tuntunan Al-Qur’an dan sunnah ketika usia anak sudah tamyiz dan menyuruh anak untuk tetap bersabar dalam menegakkan kebenaran dan melindungi dari keburukan. Sebagaimana pola asuh yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap anak-
anaknya ketika berumur 7 tahun, suruhlah untuk melakukan pembiasaan maka ketika 10 tahun jika tidak mengerjakan sholat pukullah sesuai kadarnya. Pada ayat tersebut perintah sholat, merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah, karena dalam sholat terdapat doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Perintah sholat dalam Al-Qur’an selalu dikaitkan dengan kata iqomah. Amatlah jauh berbeda antara orang yang sekedar sholat dengan yang mendirikan sholat. Banyak orang sholat namun menurut hukum syariat tidak disebut orang sholat.
Karena yang bersangkutan tidak menegakkan sholat. Selanjutnya yaitu kewajiban terhadap sesama manusia. Luqman bernasihat untuk mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan amar ma’ruf yang di ridhai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta nahi mungkar agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.
- Communication (komunikasi)
Adanya komunikasi timbal balik yang sesuai antara orangtua dengan anak menjadikan proses komunikasi keduanya saling terbuka dan membantu anak belajar memahami nilai-nilai atau nasihat yang disampaikan orang tua, yang nantinya akan menjadi pedoman atau prinsip dalam diri anak. Pola asuh dari aspek komunikasi yang dilakukan Luqman terhadap anaknya ditunjukkan pada ayat 16, 18 dan 19.
Ayat-ayat di atas jelas bahwa nasihat Luqman pada anaknya lebih ditujukan pada interaksi komunikasi dua arah dengan penggunaan penjelasan edukatif secara rasional, bahwa logis setiap perbuatan seberat apapun layak mendapat balasan. Luqman juga memberikan nasihat secara hikmah kepada anaknya yaitu setiap perkataan yang benar dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh, kebenaran dalam perbuatan dan perkataan, mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Akhlak dan sopan santun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam berinteraksi dengan sesama manusia terutama dengan orang tua.
Konsep parenting yang terdapat dalam QS. Luqman ayat 13-19, yakni:
- Pendidikan Tauhid (Aqidah)
Tauhid merupakan percaya kepada Tuhan, tahuid merupakan pondasi dasar dalam agama islam. Hal tersebut menjadi tolak ukur mengenai keesaan Allah serta sifat-sifatnya yang menjadi point penting dalam agama islam. Maka dari itulah orang tua mempunyai kewajiban untuk mengenalkan Pendidikan tauhid kepada anak-anaknya. Pendidikan anak (tarbiyatul aulad)
bukanlah dimulai dari semenjak kandungan, sejatinya ia dimulai semenjak kita mencari pasangan hidup (suami /istri). Salah satu pondasi pendidikan tauhid dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada sang anak, dan salah satu kunci keberhasilan pendidikan anak adalah tepatnya metode yang diberikan saat mengenalkan sang anak kepada penciptanya, Allah SWT, selain itu, teladan dari orang tua juga berperan penting mengantarkan anak menjadi anak yang sholeh.
Pendidikan tauhid tidaklah mudah, terutama di zaman ini yang semakin tidak kondusif. Orang-orang semakin semakin mengutamakan tontonan ketimbang tuntunan. Secara etimologi, tauhid dapat diartikan sebagai menyendirikan, menyatukan, dan mengesakan Allah SWT. Akan tetapi jika ditelisik secara syari’at, tauhid dapat diartikan sebagai mengkhususkan Allah SWT yaitu dalam Rububiyah, Uluhiyah, beserta nama, dan sifat- Nya. Jadi, tauhid adalah meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan satu-satunya yang patut disembah dan bahwa Allah SWT adalah pencipta dari alam semesta ini.
Masa usia dini sendiri merupakan masa keemasan (golden age) bagi perkembangan intelektual seorang manusia. Masa usia dini merupakan fase dasar untuk tumbuhnya kemandirian, belajar untuk berpartisipasi, kreatif, imajinatif dan mampu berinteraksi. Bahkan, separuh dari semua potensi intelektual sudah terjadi pada umur empat tahun. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga adalah madrasah yang pertama dan utama bagi perkembangan seorang anak, sebab keluarga merupakan wahana yang pertama untuk seorang anak dalam memperoleh keyakinan agama, nilai, moral, pengetahuan dan keterampilan, yang dapat dijadikan patokan bagi anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang dilahirkan baik dari orang tua yang baik maka besar kemungkinan ia akan berpotensi untuk menumbuhkan sifat baik yang ada pada diri anak tersebut. Namun sebaliknya apabila anak dilahirkan dalam lingkungan rusak, memiliki akhlak yang rendah besar kemungkinan pula anak tersebut memiliki akhlak yang buruk. Konsep pendidikan tauhid pada anak usia dini yaitu:
- Menjadikan anak agar lebih mencintai Allah SWT
- Tidak ada yang perlu ditakuti kecuali Allah SWT
- Mengesakan dalam hal beribadah kepada Allah SWT
Membimbing anak untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat yang telah Allah SWT
berikan.
Menanamkan tauhid pada usia dini sangat dianjurkan. Alasannya karena pada fase ini, anak-anak dapat menyerap pembinaan dan pendidikan dengan baik.
- Pada usia satu tahun, sebaiknya anak diperkenalkan dengan buku agar dia terbiasa dengan buku. Ajaklah anak Anda menghadiri majelis ilmu dengan tetap menjaga adab-adabnya. Pada usia ini, sebaiknya anak terbiasa mendengar Alquran dan as sunnah.
- Pada usia dua tahun dan seterusnya, selalu libatkan Allah dalam segala pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkannya kalimat-kalimat sederhana seperti, “Penciptaku Allah, Nabiku Muhammad, Islam agamaku”.
- Anda juga dapat melibatkan anak pada kegiatan sederhana tentang tauhid misalnya dengan mengajak anak ber-tadabbur alam. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, ajarkanlah kepada anak bahwa semua yang dia lihat adalah ciptaan Allah.
- Bacakan buku kisah para Rasul karena pada hakikatnya dakwah para Rasul berlandaskan pada tauhid.
- Ketika anak sudah mulai aktif bertanya dan dapat diajak berkomunikasi dua arah, selalu libatkan Allah dalam menjawab pertanyaan tersebut. Sebagai contoh anak bertanya,
“kok jerapah lehernya panjang ya, Ma?” Anda bisa menjawabnya, “iya, nak. Leher panjang itu agar jerapah bisa mengambil daun yang tinggi. Semua itu berkat Allah. Jadi, jerapah tidak akan kelaparan lagi.”
- Biasakan anak dengan adab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
- Selalu bacakan tafsir dari surah yang sedang dihafal oleh anak karena tafsir tersebut berisi kisah yang dapat dijadikan pelajaran.
- Berbakti kepada Orang Tua dan Larangan Taat kepada Orang Tua dalam Hal Kemusyrikan
Allah telah memerintahkan kepada hambanya untuk beribadah dan tidak menyekutukan-Nya. Selain itu Allah juga memerintahkan hambanya untuk berbakti kepada orang tuanya selama dalam hal kebaikan.
- Keimanan
Mendidik manusia supaya beramal dengan ikhlas karena Allah. Maka, Allah akan membalas semua perbuatan manusia sekecil apapun itu. Oleh sebab itu apabila ingin berbuat baik jangan lah hanya ingin di ketahui dan puji oleh sesama manusia. Akan tetapi niatkan dalam hati melakukan sesuatu dengan ikhlas dan melakukan sesuatu karena Allah SWT semata. Kemudian dapat dipahami bahwa sangat penting untuk sabar dalam pengawasan Allah (Allah maha mengetahui) dan meyakini benar adanya pembalasan di hari akhir.
e. Pendidikan Akhlak
Mengenai budi pekerti sopan santun akhlak yang mulia, diharapkan dapat direalisasikan dengan sebaik mungkin dalam kehidupan sehari-hari dengan masyarakat sekitar. Kemudian dijelaskan dalam ayat ke-19 bahwasanya sebagai hamba Allah yang meyakini dan bartaqwa kepada-Nya diharapkan agar tidak memelihara sifat sombong dan angkuh dalam diri dan terhadap sesama. Dan dianjurkan untuk lembut dalam bertutur kata kepada siapapun.
Pola Pengasuhan Orang Tua Menurut Keluarga Ali Imron
Surah Ăli ‘Imrân menurut susunan dalam mushaf menempati urutan ke 3 setelah surah Al- Fatihah dan AlBaqarah. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud dalam kitabnya Silsilatu at-Tarbiyah al- Islamiyyah fi Alqurani al-Karim, juz 3 pembahasan tentang At-Tarbiyah al-Islamiyyah fi Surati Ali Imran, menjelaskan surah ini terdiri atas 200 ayat. Beliau membagi dari 200 ayat terebut menjadi 29 tema. Surah Ali Imran tergolong surat Madaniyyah.
Dinamakan Ali 'Imran karena memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa a.s., persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam a. s., kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam puteri Imran, ibu dari Nabi Isa a.s. Surat Al Baqarah dan Ali 'Imran ini dinamakan Az Zahrawaani (dua yang cemerlang). Karena kedua surat ini menyingkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh para Ahli Kitab, seperti kejadian dan kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. dan sebagainya.
Pokok-pokok isi kandungan surah Ali Imran adalah keimanan, hukum, kisah-kisah, golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyaabihaat; sifat-sifat Allah; sifat orang-orang yang bertakwa; Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah; kemudharatan mengambil orang-orang kafir sebagai teman kepercayaan(pemimpin); pengambilan perjanjian para Nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan; peringatan-peringatan terhadap Ahli Kitab; Ka'bah adalah rumah peribadatan yang tertua dan bukti-buktinya; faedah mengingati Allah dan merenungkan ciptaanNya.
Penerapan model pendidikan keluarga Imran dalam perspektif Q.S Ali-Imran dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang sudah berkeluaga seharusnya bisa menerapkan pendidikan keluarga yang sudah diterapkan dalam pendidikan sekarang ini, Pendidikan dibangun dengan dasar yang kuat dan kokoh akan menghasilkan out put yang baik, sebailknya apabila pendidikan tidak memilki dasar tentu tidak bisa diharapkan membuahkan hasil yang baik.
Karena fungsi dasar adalah untuk mengarahkan kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Untuk menghasilkan lulusan yang bagus, yaitu manusia yang sesempurna mungkin sejauh yang dapat diusahakan, pendidikan harus dirancang sebaik-baiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H