Mohon tunggu...
ArWic
ArWic Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film

"Keluarga Cemara": Harta, Keluarga, dan Adhisty Zara

25 Februari 2019   14:54 Diperbarui: 25 Februari 2019   15:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau kita semua tanggung jawab Abah, lalu Abah tanggung jawab siapa?!!" ucap Euis. Keras.

Abah, Emak, Ara, bahkan Euis sendiri, terdiam. Seolah baru saja ada aliran listrik sebesar jutaan volt menyambar di antara mereka. Melumpuhkan. Suasana menjadi serba canggung. NGOMONG, DONG!!?
---------------

KELUARGA CEMARA adalah debut penyutradaraan film panjang YANDY LAURENS. Selama ini Yandy dikenal sebagai sutradara film-film pendek, di antaranya "Sore: Istri dari Masa Depan," juga "Mengakhiri Cinta Dalam 3 Episode." Keduanya memiliki alur yang sederhana, gagasan "saintifik" yang unik, serta kehangatan keluarga yang amat kental. Keduanya favorit saya. Juga KELUARGA CEMARA, tentu saja.

KELUARGA CEMARA bercerita tentang ABAH (Ringgo Agus Rahman), EMAK (Nirina Zubir), EUIS (Zara JKT48), dan ARA (Widuri Puteri), yang pada satu hari amat istimewa musti terusir dari rumah tempat tinggal mereka yang hangat di kota dalam satu jentikan jari semata. Singkatnya, keluarga mereka: bangkrut.

"KELUAR! KELUAR! K-E-L-U-A-R-!" kata-kata itu menggema menyeramkan.

Lontang-lantung, malam itu mereka terpaksa menginap di kantor pengembang (bekas) milik Abah. Dengan menggeser-geser meja-meja kerja yang ada, kontainer sederhana itupun segera diubah menjadi ruang tidur seadanya. Sempit-sempitan, dempet-dempetan, mencoba tidur sebisanya. Besok mereka akan pindah ke rumah masa kecil Abah di kampung. For good. Mampukah keluarga perkotaan mereka bertahan di kampung yang jauh dari mana-mana, yang sinyal selulerpun adanya hanya di atas pohon? Nantikan kepedihannya.  :(

Inti kisah KELUARGA CEMARA sesungguhnya ada pada kutipan legendaris mereka sendiri: Harta yang paling berharga adalah keluarga. Di sepanjang film, Yandy Laurens dan Gina S. Noer, penulis skenario, berkali-kali menguji keyakinan tersebut: Benarkah keluarga adalah harta yang paling berharga, Bah, Mak, Ra, Euis? Bukan sertifikat rumah, ya? Atau hari istimewa yang datang setahun sekali? Pekerjaan mentereng? Grup jejogedan di kota? Atau bisnis opak Emak? Kalau saya, sih, jelas: Harta yang paling berharga adalah Adhisty Zara Sundari Kusumawardhani a.k.a. Zara JKT48.

((( nyalain lightstick )))

Ya, Zara JKT48 adalah alasan pertama saya menonton film KELUARGA CEMARA ini di bioskop. Mengapa? Karena sebagai fans-far JKT48, perlu usaha ekstra bagi saya untuk beroleh kesempatan menonton pertunjukan JKT48 secara langsung di Jakarta. Terakhir saya menonton pertunjukan mereka di theater sementara Surabaya tahun 2015 silam. Dan itu meninggalkan kesan yang amat mendalam. Sampai sekarang. :))

Jadi ketika ada personil JKT48 yang terlibat dalam produksi sebuah film bioskop, tentu kesempatan ini tidak akan saya sia-siakan: WAJIB NONTON DI HARI PERTAMA DI BANGKU DERET TENGAH! Biar greget. Hehee..

Bahkan baru di adegan pembukanya saja, itu sudah mampu membuat saya merinding, dada berdebar tak keruan, mata menghangat. Ya, KELUARGA CEMARA dibuka dengan adegan Euis dan teman-teman grup dance-nya menari di panggung kompetisi. Dan setting-nya tak salah lagi: di panggung Theater JKT48 Jakarta! Duh! Tolong, tolong, ini siapa, ya, yang sedang mengupas bawang di dalam bioskop? Tega-teganya, Anda.. T_T

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun