Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Ilmuwan - Science and culture observer

Seorang peneliti lintasilmu, terus berlayar, tak pernah tiba di tujuan, pelabuhan selalu samar terlihat, the ever-expanding sky is the limit.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sketsa Sikon Ilmuwan Perempuan Masa Pandemi Covid-19

15 April 2021   18:51 Diperbarui: 18 April 2021   13:09 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Alissa Stephens|Sumber: NYT

"Mungkin aku bekerja cuma dengan 80% kecakapanku, tidak bisa 100%. Meski turun jadi 80%, dalam batas tertentu aku masih dapat menyelesaikan tugas-tugasku. Ini tentu bukan prestasi besar, bukan hal terbaik yang dapat kucapai, tapi ini sudahlah cukup untuk saat ini." Baca lebih lanjut Epidemic of Loss.

Seorang peneliti obesitas di Universitas Florida, Amerika, Michelle Cardel, menyatakan bahwa gabungan semua faktor yang sudah ditulis di atas 

"telah menimbulkan badai yang betul-betul menghancurkan para ilmuwan perempuan. Orang sudah tiba pada suatu titik patah, pada situasi krisis yang menghancurkan. Ketakutanku yang besar adalah bahwa kita kini sedang memasuki pandemi kedua, yakni pandemi kehilangan, khususnya untuk para perempuan karier tahap awal di bidang STEM ["science, technology, engineering and mathematics]." Dikutip dari Epidemic of Loss.

Sebuah artikel riset statistik yang kontroversial karena berisi tafsiran data yang tendensius seksis yang ditulis oleh Bedoor AlShebli, Kinga Makovi dan Talal Rahwan telah terbit di jurnal Nature Communications 11, nomor 5855, November 17, 2020. Judulnya "The Association between early career informal mentorship in academic collaborations and junior author performance". 

Karena telah menimbulkan reaksi dan protes serta kemarahan banyak ilmuwan perempuan dan para pendukung mereka, baik lelaki maupun perempuan, yang disampaikan lewat berbagai media, artikel tersebut telah ditarik pada 21 Desember 2020.

Para penulis artikel itu menyatakan bahwa gender memainkan suatu peran signifikan baik dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu tugas kepembimbingan ("mentorship") terhadap para mahasiswa, maupun dalam membangun relasi antara para peneliti senior dan para peneliti yunior. 

Peran itu sedemikian rupa berjalan sehingga pada dasarnya merongrong posisi pembimbing perempuan dan mahasiswa yang mereka bimbing.

Mereka menyimpulkan bahwa jika para mentor perempuan berperan lebih besar dan lebih banyak, dampak pasca-kepembimbingan pada para mahasiswa perempuan yang mereka sudah bimbing akan menurun, sekaligus hal itu hanya akan mendatangkan sedikit manfaat bagi para mentor perempuan.

Sebaliknya, kata mereka, jika tugas "mentorship" dipikul para mentor lawan jenis (yakni mentor lelaki), maka pastilah dampak para peneliti yunior perempuan dalam pengejaran suatu karir keilmuan akan meningkat.

Banyak ilmuwan perempuan telah memberi komentar terhadap artikel yang tendensius seksis tersebut. Salah seorang dari antara mereka adalah seorang neurosaintis dari Universitas Rockefeller, New York, yang bernama Leslie Vosshall.

Ditegaskan oleh Ms. Vosshall bahwa masa pandemi ini 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun