4) Tim misi WHO tersebut juga menganalisis 92 kasus suspek Covid-19 yang muncul Oktober-November 2019, dengan simtom seperti Covid-19 dan simtom berat/parah.
Setelah dilakukan test antibodi terhadap 67 orang (yang bersedia) dari antara 92 orang tersebut pada Januari 2021, hasilnya NEGATIF semua. Test antibodi lanjutan akan dilakukan lagi sementara saat ini belum ada kejelasan apakah antibodi (yang terbentuk lewat kesembuhan) terhadap coronavirus dapat bertahan hingga 1 tahun sejak terbentuk.
92 kasus tersebut bukan kasus klaster, tapi terpisah-pisah dalam kurun 2 bulan dan muncul di banyak tempat di provinsi Hubei tempat kota Wuhan. Para ilmuwan WHO masih belum mendapat kejelasan tentang apakah 92 kasus suspek ini benar-benar kasus coronavirus, mengapa muncul menyebar dan tidak terjadi dalam klaster-klaster, dan apa yang diindikasikan oleh kenyataan ini.
Nah, tim misi investigatif WHO ini akan kembali datang ke Wuhan beberapa bulan yang akan datang untuk melanjutkan penyelidikan. Mereka berharap, nanti akan dapat meneliti sampel-sampel biologis serum darah yang akan diperoleh dari bank donor darah di Wuhan yang berasal dari kurun 2019 dan 2020. Pemerintah China menyatakan tersedia 200.000 sampel biologis yang telah diteliti untuk tujuan litigasi. Sebetulnya ada lagi sampel biologis lain (seperti faeses dan urin) yang dapat bermanfaat, tetapi sudah dibuang setelah sebelumnya diteliti.
Dari Kelelawar, ke Hewan Jinak, Lalu ke Manusia
Sudah kita ketahui, Donald Trump sewaktu masih menjabat presiden Amerika Serikat, bersama Trump Administration, telah mengumbar klaim politis yang spekulatif bahwa coronavirus penyebab penyakit Covid-19 berasal dari sebuah laboratorium virologis di Wuhan. Pada waktu itu, lembaga intelejen Amerika menyatakan tidak mungkin coronavirus diciptakan para ilmuwan atau dibiakkan dari virus lain yang sudah dimodifikasi secara genetik.
Setelah tim misi WHO mengunjungi laboratorium Wuhan Institute of Virology, ketua tim, Peter Ben Embarek, menegaskan bahwa "sangatlah tidak mungkin" coronavirus lolos dari lab tersebut lewat "kebocoran" yang tidak disengaja.
Peter Daszak, anggota tim misi WHO, (presiden EcoHealth Alliance di New York, spesialis penyakit hewan dan penularannya ke manusia), bersama seluruh ilmuwan tim WHO ini, menyatakan klaim Trump itu sangat tidak mungkin benar, dan tak patut diinvestigasi lebih lanjut.
Menurut Daszak (yang pernah bekerjasama dengan Wuhan Virology Institute, yang berakibat penghentian bantuan dana ke organisasinya oleh Trump Administration), coronavirus berasal-usul di Asia Tenggara (antara lain Vietnam, Laos, atau Myanmar, juga Kamboja, Thailand, bahkan juga Jepang) atau China Selatan. Penularan terjadi dari hewan-hewan liar, kelelawar paling mungkin (selain trenggiling), lalu lewat tautan hewan-hewan peliharaan yang sudah dijinakkan (seperti cerpelai, hewan-hewan ternak berbulu lebat, musang, anjing rakun, biul slentek) akhirnya masuk ke Wuhan.
Lewat mekanisme yang lazim dinamakan "Horizontal Genes Transfer" (HGT), coronavirus lompat ("spill-over") dari inang-inang kelelawar (dan trenggiling) masuk ke inang-inang hewan yang sudah dijinakkan, lalu dari hewan-hewan jinak lompat lagi ke manusia.
Kelelawar adalah hewan yang paling mungkin menjadi "reservoa alamiah" tempat hidup coronavirus, lalu virus-virus ini pindah inang ke hewan jinak sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Tetapi mata rantai penularan HGT ini tidak berlangsung awalnya di Wuhan, tetapi di kawasan-kawasan lain di China atau di Asia Tenggara.