Usaha ilmiah untuk menemukan pesan sebuah teks suci di era dulu di dunia lain, dinamakan EKSEGESE (Gerika), artinya “menarik keluar” pesan teks. Kebalikan eksegese adalah EISEGESE, yaitu “memasukkan ide dan kepentingan sendiri ke dalam teks”, lalu mengklaimnya dan mengabsolutkannya sebagai firman Allah. Jalankan eksegese, dan jauhkan diri dari eisegese, jika anda mencintai kitab suci dan Tuhan anda.
Setelah lewat eksegese pesan suatu teks dalam konteks sejarah dan konteks sosiobudaya kuno si penulisnya didapat, kita selanjutnya masuk ke hermeneutik. Hermeneutik (kata kerja Gerika: hermeneuein) adalah suatu usaha ilmiah mendialogkan pesan teks-teks kuno dulu di sana dengan sikon masa kini di NKRI yang memiliki pola pikir dan cara hidup sosbudpol yang berbeda. Lewat hermeneutik, akan ditemukan apakah suatu teks suci masih relevan atau sudah tidak relevan di masa kini NKRI dan di masa depan juga. Hanya Tuhan yang abadi; teks-teks tentang Tuhan ya bukan Tuhan.
Hermeneutik memerlukan pengenalan dan pemahaman yang akurat dan mendalam tentang sikon NKRI masa kini dan corak iklim sosiobudaya dan sosiopolitiknya. Ini tentu saja memerlukan orang bersekolah untuk mempelajari dan memahaminya. Sekolah, sekolah, sekolah, yang cerdas, dialogis dan terbuka. Bukan indoktrinasi atau cuci otak.
Langkah yang paling masuk akal ke depan demi NKRI yang lebih baik adalah: Jadikan eksegese dan hermeneutik subjek-subjek studi wajib di sekolah-sekolah yang relevan.
Mari kita lakukan dengan bersemangat dan optimistik. Jadikan agama-agama unsur pemersatu bangsa dan NKRI yang jaya, bukan unsur pemecahbelah dan persengketaan. Kerja keras, tekun, cerdas dan ikhlas diperlukan untuk tiba di situ. Bersatu kita kuat. Bercerai kita kesepian dan sebatangkara di antara reruntuhan dan puing-puing kebangsaan dan kenegaraan.
Tulisan saya ini hanya sebuah petunjuk jalan yang perlu ditempuh jika orang-orang yang beragama apapun ingin dapat menangkap pesan-pesan teks-teks suci dalam kitab-kitab suci mereka masing-masing dengan profesional dan bertanggungjawab. Alhasil, tercegahlah penggunaan teks-teks suci apapun untuk keperluan-keperluan yang tidak sejalan dengan kasih sayang Tuhan Allah. Tulisan ini akademik, jadi berlaku universal, tidak partisan.
Jakarta, 9 Oktober 2016
The Speaking Silence
ioanes rakhmat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H