Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepetak Tanah dihuni Bersama dengan Wong samar

3 Juli 2024   20:36 Diperbarui: 4 Juli 2024   23:46 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Celuluk ( Sumber gambar : Ketut Sukandia-Flickr) 

Pak Gede senang, dia menjelaskan bibit pepaya ini mahal, dan banyak tetangga yang memesan kalau-kalau buah itu sudah ranum mau minta lagi atau membelinya.

Buah pepaya merah delima memiliki rasa sangat manis, legit, dan tidak beraroma, sehingga sebagian masyarakat di Buleleng  menyebutnya pepaya madu, sama seperti teman di sumatra Barat  Pepaya merah delima mempunyai ukuran buah sedang, rongga buah berbentuk bintang bersudut lima, warna daging buah merah, dan tekstur daging buahnya kenyal.

Karena pohon pepaya ini terus berbuah lebat, maka pembangunan rumah tinggal jadi tertunda kasihan menebangnya, biarkanlah dia mengabdi kepada manusia selama hidupnya. Pohon pepaya ini menjadi inspirasi baik untuk mengembangkan menjadi tanaman produksi agribisnis.

Inspirasinya muncul bisa menanam tanah-tanah kosong  untuk ditanami buah pepaya. Daripada tanah sawah di kavling dijual , lalu ditinggalkan pemiliknya, tanpa diolah ini sungguh menyedihkan, kata pak gede, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menanaminya dengan pepaya. Memang menarik gagasan untuk membentuk kelompok pecinta tanah terbengkalai, sebagai bentuk revitalisasi lahan agar produktif

Kebijakan nya bisa diarahkan untuk tidak menggunakan tanah sebagai investasi, sebab lahan subur untuk diubah menjadi tanah terbengkalai, merugikan dalam skla nasional. Penenaman pepaya memiliki potensi ekonomi tinggi di Bali, karena  kebutuhan pepaya memang tinggi, hotel mewah di Bali, pepaya menjadi salah satu buah pencuci mulut, selain nanas dan melon.

Pepaya merah delima ini membuat tanah tertunda pembangunannya.Perdebatan sengit dalam diri Pak gede antara membangun rumah hunian atau membiarkan  pepaya itu terus berbuah, dan menikmati hasilnya.  Perdebatan dalam diri ini akhirnya diputuskan dengan berat hati memilih salah satu diantaranya.Yakni membangun tempat hunian, artinya pepaya harus ditebang. 

 Suatu pagi  Pak gede datang, dia mendekati pepaya itu, lalu berkata, anda telah berbuah banyak, untuk kami nikmati, persahabatan kami dengan anda tak bisa dilepaskan, anda telah berbuat baik menghasilkan buah yang manis, dan banyak, sehingga beberapa orang dapat menikmati kemanisan buah yang anda hasilkan. Sehingga kehidupan kedepan setelah ini kita selalu bersama, untuk menjaga kehidupan. 

Anda berbuahlah lagi sekali yang lebat, untuk kami bagikan biji anda, sehingga anda  ada generasi yang meneruskan misi anda, kemudian izinkan kami untuk membangun di tempat ini, silahkan anda berbiak lewat biji unggul yang anda hasilkan,  kami akan teruskan kepada orang lain untuk meneruskan kehidupan generasi di Bumi yang indah ini. Pak Gede berinteraksi berbicara dengan pohon pepaya itu, walaupun tidak ada jawaban, namun seakan ajaib pepaya itu berbunga lebat  dan besar-besar setelah itu.  Pak gede tersenyum, dia tidak banyak bicara, namun ditunjukkan dengan perbuatan, dia menghasilkan banyak buah.

Setelah beberapa waktu kemudian buah itupun dipetik, dan dibagikan, ke tetangga, semua gembira. Namun malam itu hujan lebat dan angin ribut melanda Kota Singaraja, Hujan  sudah umum berlangsung  3 hari, lalu reda,  ternyata hujan dan angin linus (puting beliung )  itu , membuat pohon pepaya di tanah Pak Gede roboh , dan ambruk  dengan banyak buah muda berhamburan.

Menyaksikan peristiwa alam itu, Pak gede berada dalam suasana batin,  antara  senang dan sedih, bahwa komunikasi telah diperlancar oleh alam, sehingga dia tidak lagi berbuat kejam untuk tanaman pepaya yang telah memberikan predikat pada dirinya' orang yang sosial, karena membagi pada tetangga buah pepaya itu.  Dia tidak  memaksa merobohkannya, namun alam sudah memberikan jalan yang terbaik, pohon itu diangkut dan dipotong-potong, buahnya yang muda  dibagikan untuk sayur" lawar Gedang"  bagi para tetangga,  sedih memang.

Seseorang tenaga di  kebun  sebelahnya, yang bernama pak Wayan Lopes, pun mengambil batang papaya itu, lalu dikeringkan, dan dibuat kungkungan  nyawan (sarang lebah)  disanalah kisah pohon pepaya itu berakhir.  Dia  melindungi lebah-lebah yang menghasilkan madu untuk kehidupan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun