Saya memiliki teman yang berprofesi sebagai petani cengkeh dan  sekaligus sebagai pengepul cengkeh di wilayah  desa banyuatis Kecamatan Busungbiu  di Kabupaten Buleleng. Sebuah kecamatan yang memiliki produk unggulan perkebunan berupa cengkeh. Cengkeh yang dibeli kemudian dikeringkan, dan lalu di jual ke pengepul tingkat Kabupaten. Dengan usaha itu, dia termasuk petani yang berhasil, bisa menyekolahkan anak ke perguruan tinggi dan memiliki rumah di Kota Singaraja. Rumah yang dibeli dari hasil cengkeh itu di kota , kini digunakan menampung anak-anak yang dari desa kalau mau kuliah di kota. Dia selalu ikhlas dan bersyukur sehingga banyak pemilik cengkeh mempercayakan kepadanya untuk membeli atau ngontrak bunga cengkeh miliknya.Â
Tahun ini, panen raya, wajahnya sumringah,melihat hasil panen melimpah, ngantuk dan  tak dirasakannya. Dia  harus mengejar pemetikan bunga cengkeh untuk berpacu agar tidak cepat menjadi buah. Kalau sudah menjadi buah maka dia rugi, sebab orang tak butuh buah cengkeh. Yang dibutuhkan adalah bunga cengkehnya.
Permasalahan yang kini  muncul, tidak mudah mendapatkan buruh untuk memetik cengkeh dalam jumlah puluhan hektar dalam waktu pendek.Katanya pada saya. Mengapa?  tanya saya  balik.Para buruh menuntut kenaikan upah per kilogramnya yang awalnya Rp 5000  kini banyak yang menuntut Rp  7000 sampai  Rp 9 000 per kg.  Ya... buruh pun harus  juga ingin keuntungan donk! kata saya menimpali. Ya... bagi-bagi rezeki lah.Â
Ya... jawab teman saya. Dia  tidak ada pilihan kecuali menyanggupi  kenaikan upah buruh itu. Buruh pun mulai berdatangan dari berbagai daerah. Namun pemilik cengkeh juga ekstra hati-hati dalam memilih tukang petik, sebab kalau asal asalan, maka bisa berakibat muncul  semacam protes  dari  tanaman cengkeh, karena sakit, dan biasanya   pohon cengkeh tidak  berbunga  lebat, ngambeklah katanya,  kondisi ini penyembuhannya  lama. Saya tersenyum dan mengangguk, ya... harus percaya, karena dia berpengalaman dalam perilaku tanaman  cengkeh ini. Selain itu, dia tahu berbagai penyakit dan cara mengatasinya. Dia memang profesional sebagai petani cengkeh.Â
Saya menyaksikan, kina  panen raya cengkeh  sangat menguntungkan petani, apalagi saat ini  harga bagus, karena masih tinggi berkisar Rp 120.000- 130.000/kg berat keringnya. itu sebabnya saat Covid-19, petani Cengkeh di Banyuatis  tidak kena  resesi, semua baik-baik saja.
Tak salah memang, desa ini banyak melahirkan  orang terdidik,  karena  orang tua disana  bersaing tidak hanya bertanam cengkeh, namun menyekolahkan  anak mereka  setinggi -tingginya, berangkat ke luar bali sampai keluar negeri untuk belajar, sehingga banyak pejabat menyebar di negeri ini berasal dari Banyuatis.  Budaya menyekolahkan anak-anak menjadi semacam kebanggaan di tiap keluarga, saat ada pertemuan di bale banjar atau ngerumpi  di pasar pun  topiknya  sekolah selalu hangat.Â
 Penduduk disna selalu bersyukut, panen raya membuat mereka tidak susah mencari biaya untuk sekolah dan pembangunan rumah serta membeli mobil , atau motor.  Panen raya cengkeh menjadikan  ekonomi rakyat  bergerak cepat.
Namun cengkeh  hanya dijual dalam bentuk kering, artinya masih  berupa bahan mentah, sejatinya nilai cengkeh dapat ditingkatkan dengan pengolahan cengkeh menjadi  minyak atsiri/minyak  cengkeh dan kandungan senyawa bioaktifnya beragam dan berguna  untuk kesehatan manusia. Dalam ruang ini akan dibahas tentang minyak atsiri dari cengkeh dan komposisi senya bioaktif yang terkandung didalamnya.Â
MINYAK ATSIRI Â CENGKEH ?Â
sebelum lanjut perlu diketahui dahulu apa yang dimaksud dengan Minyak atsiri (EO= essetial oil) ) adalah campuran kompleks metabolit sekunder tanaman aromatic. EO berbentuk cair, larut dalam pelarut organik dan larut dalam lipid, beberapa di antaranya tidak berwarna dan lainnya berkisar dari kuning muda hingga oranye kemerahan, seperti minyak serai, minyak kayu manis, dan minyak cendana; terutama, EO kurang padat dibandingkan air, seperti minyak serai wangi, minyak jeruk nipis atau minyak jeruk, namun ada beberapa yang lebih berat dari air, seperti minyak allspice, minyak kayu manis, minyak cengkeh atau minyak bawang putih. Diperkirakan dari 3000 EO yang diketahui, hanya 10% yang dimanfaatkan secara komersial.
EO dikenal karena beberapa aktivitas biologis (bakterisida, antivirus, dan fungisida) serta sifat obat dan aromatik. Di antara berbagai kegunaannya, mereka dianggap sebagai zat yang cocok untuk menggantikan bahan tambahan kimia untuk pengawetan makanan. Mereka juga berfungsi sebagai obat antimikroba, analgesik, obat penenang, dan antiinflamasi, agen spasmolitik, dan anestesi lokal [. Selain itu, EO dan komponennya digunakan untuk memproduksi parfum, riasan, produk kesehatan, gigi, dan pertanian, serta terapi alternatif.
EO diperoleh dari organ tumbuhan yang berbeda. Yang paling banyak dimanfaatkan adalah bunga (Jasminum spp., Rosa spp., Viola spp., Lavandula spp., S.aromaticum L.), daun (Thymus vulgaris, Eucalyptus spp., Lippia graveolens, Ocimum basilicum, Salvia rosmarinus, Cymbopogon citratus , Melaleuca alternifolia), buah-buahan (Illicium verum, Citrus sinensis, Citrus limon), biji-biji an (Elettaria cardamomum, Coffea arabica, Piper nigrum L.), kulit kayu (Cinnamomum spp.), dan akar. EO adalah campuran alami yang sangat kompleks yang dapat mengandung lebih dari 20 komponen pada konsentrasi berbeda. Terpen, terpenoid, serta komponen aromatik dan alifatik merupakan penyusun utamanya. Komponen utama merupakan 20-70% dari total konsentrasi, sedangkan sisanya merupakan komponen minoritas Konsentrasi relatif senyawa utama ini menentukan sifat biologis Eos.
Berbagai penulis telah melaporkan bahwa komposisi dan hasil ekstraksi EO bergantung pada spesies, komposisi tanah, organ tanaman (bagian udara, bunga, atau akar), umur, tahap siklus, metode ekstraksi yang dipilih, dan kondisi ekstraksi. Muhammad dkk. melaporkan bahwa penerapan pupuk yang berbeda (pupuk organik atau kimia) tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan atau produktivitas tanaman tetapi juga komposisi akhir dan hasil EO. Penelitian terbaru, seperti yang dilaporkan oleh Gioffr et al., menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, komposisi EO dapat berubah karena banyak faktor, seperti wilayah geografis budidaya (iklim mikro), teknik agronomi (pemupukan, irigasi), dan tanggal panen.
MINYAK ATSIRI DARI CENGKEHÂ
Cengkeh dengan nama ilmiah Syzygium aromatikum L. termasuk dalam famili Myrtaceae yang memiliki lebih dari 3000 spesies dan 130--150 marga, seperti famili murad, kayu putih, cengkeh, dan jambu biji. Cengkeh merupakan bunga aromatik yang dibudidayakan di Madagaskar, Sri Lanka, Indonesia, dan Cina. Â Beberapa laporan menunjukkan bahwa S.aromaticum L. mengandung sekitar 15-20% berat. dari EO. CEO mengandung senyawa fenolik dalam jumlah tinggi dengan beberapa aktivitas biologis, termasuk sifat antibakteri, antijamur, insektisida, dan antioksidan. FDA mengklasifikasikan CEO sebagai yang umumnya diakui aman (GRAS); untuk alasan ini, digunakan dalam parfum, kosmetik, produk sanitasi, obat-obatan, dan makanan.
Minyak cengkeh diproduksi dengan menyuling kuncup bunga kering yang dikumpulkan dari pohon cengkeh. Bagian pohon lainnya, seperti batang dan daun, juga bisa dimanfaatkan.
Lebih lanjut, Menurut Farmakope Eropa, minyak atsiri adalah produk berbau, biasanya dengan komposisi kompleks, diperoleh dari bahan nabati mentah yang ditentukan secara botani melalui hidrodistilasi, destilasi uap, atau proses mekanis yang sesuai.
Alfikri dkk. Â melaporkan bahwa tahap fenologi mempengaruhi hasil dan kualitas minyak atsiri cengkeh. Selain itu, mereka melaporkan bahwa kuncup bunga cengkeh pada tahap berbunga memiliki hasil, kandungan eugenol, dan indeks bias tertinggi. Demikian pula, mereka melaporkan perbedaan minyak antara pohon muda dan pohon dewasa. Minyak atsiri cengkeh kualitas terbaik diperoleh dari pucuk pohon dewasa, sedangkan CEO yang diperoleh dari pohon muda mempunyai aktivitas antioksidan paling kuat. Penelitian Hu dkk. mencatat bahwa kondisi penyimpanan juga berdampak pada komposisi EO, terutama karena durasi, suhu, dan kelembaban relatif penyimpanan, yang menyebabkan timbulnya atau degradasi komponen tertentu. Tinjauan ini berfokus pada perbedaan komposisi kimia minyak atsiri cengkeh (CEO) yang diperoleh melalui berbagai metode ekstraksi dan aktivitas utama yang menarik bagi kesehatan manusia dan aplikasi makanan.
Minyak cengkeh, yang warnanya berkisar dari tidak berwarna hingga kuning muda dan memiliki aroma pedas yang kuat, telah digunakan selama berabad-abad dalam berbagai kegunaan
KOMPOSISI MINYAK CENGKEH
Setidaknya 30 senyawa telah diidentifikasi dalam minyak atsiri Cengkeh ; eugenol adalah senyawa utama, terhitung setidaknya 50%. 10--40% sisanya terdiri dari eugenil asetat, -caryophyllene, dan -humulene. Kurang dari 10% merupakan komponen kecil atau jejak seperti dietil ftalat, karyofilena oksida, cadinene, -copaene, 4-(2-propenyl)-fenol, chavicol, dan -cubebene.
EUGENOL
Eugenol merupakan senyawa fenilpropanoid yang terdapat pada S.aromaticum L., Cinnamomum spp., P. nigrum, Zingiber officinale, Origanum vulgare, dan T. vulgaris. Eugenol adalah senyawa mudah menguap yang bervariasi dari tidak berwarna hingga kuning muda dan memiliki kelarutan dalam air yang rendah (sekitar 2460 mg/L pada 25 C), berbau tajam, dan rasa yang kuat. Di antara aktivitas biologis eugenol yang dilaporkan adalah aktivitas insektisida, antimikroba, anti-inflamasi, penyembuhan luka, antivirus, antioksidan, dan antikanker.
Banerjee dan rekan kerja mengamati kemampuan anti-inflamasi dan penyembuhan luka dari emulsi minyak cengkeh dalam percobaan murine. Kulit yang diobati dengan eugenol menunjukkan epitelisasi ulang 20 hari setelah luka. Hasil ini serupa dengan gel diklofenak dan krim neomisin yang saat ini digunakan untuk mengendalikan peradangan dan menyembuhkan luka. Penelitian lain melaporkan bahwa eugenol tidak mengubah kadar interleukin 8 (IL-8) pada sel kulit manusia (HaCat) namun malah menargetkan sitokin pro-inflamasi lainnya. Penghambatan saluran Na+ dengan gerbang tegangan memodulasi efek analgesik eugenol. Eugenol menginduksi aktivasi saluran kation potensial reseptor transien V1 (TRPV1), efek yang mirip dengan anestesi lokal seperti lidokain.
Eugenol telah menunjukkan potensi aktivitas antikanker terhadap kanker usus besar, lambung, payudara, prostat, dan kulit, serta melanoma dan leukemia. Eugenol menghambat proliferasi dan pembentukan tumor, meningkatkan spesies oksigen reaktif (ROS), menghasilkan apoptosis, dan memiliki efek genotoksik pada berbagai sel kanker. El-Saber Batiha, G. dkk. mengumpulkan informasi terkait Studi Farmakokinetik dan Toksisitas Eugenol. Mereka melaporkan bahwa eugenol mencapai plasma dan darah dalam waktu paruh 14-18 jam. Hal ini juga menunjukkan efek kumulatif dalam pengobatan nyeri neuropatik. Meskipun Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah mengkonfirmasi keamanan CEO sebagai suplemen makanan, banyak perhatian baru-baru ini diberikan pada toksisitasnya karena aktivitas sitotoksik terhadap fibroblas manusia dan sel endotel. Mereka juga melaporkan bahwa eugenol menunjukkan efek spermisida in vitro dan kemanjuran alergi ketika digunakan dalam kedokteran gigi.
EUGENIL ASETAT
Eugenil asetat adalah turunan fenilpropanoid dari eugenol yang menunjukkan aktivitas antibakteri, antikanker, antimutagenik, antioksidan, dan anti virulensi. Ini menunjukkan penghambatan masing-masing 94,5, 92,1, dan 100% pada 200 g/mL terhadap Fusarium moniliforme, Harpophora oryzae, dan Rhizoctonia solani.
Eugenyl acetate telah digambarkan sebagai agen antioksidan kuat; ini menunjukkan 90,30% DPPH menangkap radikal bebas pada 35 g/mL, dan 89,30% NO menangkap radikal bebas pada 60 g/mL. Ini juga menunjukkan potensi aktivitas antijamur terhadap Candida spp. dan menghambat kapasitas pembentukan biofilm. Pasay dkk. (2010) melaporkan toksisitas yang tinggi terhadap tungau kudis manusia. Eugenil asetat juga menunjukkan toksisitas 100% terhadap Artemia salina pada 0,3 g/mL. Konsentrasi mematikan yang rendah yang diperoleh dari eugenil asetat juga dapat mengindikasikan toksisitas terhadap organisme lain, seperti larva serangga vektor penyakit. Eugenil asetat memiliki LC50 sebesar 0,1 mg/mL terhadap Aedes aegypti, menunjukkan potensi kegunaan sebagai larvasida . Tindakan larvasida ini terutama disebabkan oleh gangguan pada sistem octopaminergik. Sifat antioksidan, antimikroba, antitumor, dan larvasida telah meningkatkan permintaannya dalam industri makanan dan kosmetik.
-KARYOFILENA
-Caryophyllene merupakan seskuiterpen yang terdapat pada cengkeh (S.aromaticum L.), rami (Cannabis sativa L.), lada hitam (P. nigrum L.), Eugenia cuspidifolia, Eugenia tapacumensis, dan daun jambu biji (Psidium ternakianum Sabine) -Caryophyllene tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol. Ini telah menunjukkan efek antimikroba, antikarsinogenik, anti-inflamasi, antioksidan, seperti ansiolitik, dan anestesi lokal serta sifat antikanker, termasuk melawan kanker prostat, payudara, pankreas, kulit, leukemia, limfatik, dan serviks. Studi-studi ini menunjukkan bahwa -caryophyllene menurunkan pertumbuhan dan proliferasi sel pada kanker usus besar, mengganggu tahap perkembangan tumor dan mengurangi aktivitas matriks metalloproteinase ekstraseluler. -Caryophyllene dapat bertindak sebagai chemosensitizer, meningkatkan efektivitas obat terhadap sel tumor. Ini juga efektif melawan Anopheles subpictus (LC50=41,66 g/mL), Aedes albopictus (LC50=44,77 g/mL), dan Culex tritaeniorhynchus (LC50=48,17 g/mL). Dahham dkk. melaporkan bahwa kemampuan pemulungan radikal -caryophyllene adalah sekitar 1,25 dan 3,23 M dengan metode pemulungan DPPH dan FRAP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa -caryophyllene memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
-HUMULENA
-Humulene adalah seskuiterpen yang ditemukan di S.aromaticum L., Senecio brasiliensis, Humulus lupulus L., dan Salvia officinalis L. Co ini
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari pohon cengkeh. Pohon cengkeh, yang dikenal dengan nama Syzygiumaromaticum, berasal dari Asia Tenggara, meskipun saat ini Anda mungkin juga menemukannya tumbuh di lokasi lain.
APA MANFAAT MINYAK ATSIRI CENGKEH?
Minyak cengkeh secara tradisional telah digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain: sebagai antimikroba, untuk membantu membunuh bakteri sebagai pereda nyeri untuk kondisi seperti sakit gigi dan nyeri otot untuk gangguan pencernaan untuk meringankan kondisi pernapasan seperti batuk dan asma. Meskipun banyak bahan kimia berbeda telah diidentifikasi dalam minyak cengkeh, senyawa yang disebut eugenol adalah salah satu komponen utamanya.
Seperti banyak minyak esensial lainnya, para peneliti telah berupaya mengevaluasi potensi manfaat kesehatan dari minyak cengkeh dan komponennya. Mari selami lebih dalam apa yang dikatakan beberapa penelitian sejauh ini. Moga bermanfaat****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H