Siang yang indah ini, seorang paruh baya hadir untuk bercerita tentang suka dan duka. Kehidupan kerap naik turun, sedih dan senang silih berganti , tentu banyak hal, lika liku hidup telah dilakoni.
Kehidupannya mengalir seperti aliran sungai, tak hirau apapun yang terjadi, dia telah melakukan fungsi untuk bersiklus, lahir hidup dan menunggu titik akhir, yang nanti pasti berakhir di wilayah kematian.
Pada titik itu, benar adanya, manusia tidak memiliki kuasa untuk mempunyai apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima.
Artinya, kaya dan miskin bukan permanen, dia bisa menjadi pemicu untuk berhasil asalkan ada niat dan hasrat untuk mengubahnya. Pesan baiknya adalah jangan merasa terus miskin, niat bisa mengubahnya, sesuai dengan hukum alam. yang kekal adalah perubahan.
Predikat pemarah juga tak abadi, dia juga hadir dan dapat bermutasi, Dibutuhkan agen pemicu, yakni kesadaran diri.
Kesadaran harus muncul dalam diri, energinya harus dari dalam kalau tidak dia hanya bersifat sementara.
Dorongan dari dalam dan bekerja keras., orang dapat mengubah suasana batin. Ketika ada orang melecehkan dia tersinggung dan marah, kemarahan bersifat manusiawi.
Dari aspek Psikolog modern memandang kemarahan sebagai emosi yang normal, alami, dan matang yang dialami oleh hampir semua manusia pada suatu waktu, dan sebagai sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup.
Ilmiahnya adalah, kemarahan yang tidak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan pribadi atau sosial dan berdampak negatif terhadap orang-orang di sekitar mereka.
Meskipun banyak filsuf dan penulis telah memperingatkan terhadap ledakan kemarahan yang spontan dan tidak terkendali, terdapat perbedaan pendapat mengenai nilai intrinsik kemarahan.