Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tempat Membuat Bulu Kuduk Merinding

16 Juni 2024   20:50 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:16 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia sudah biasa melewati tempat itu angker, pohon besar yang rimbun, atau pohon, yang kerap orang memberinya " kain poleng dan persembahan " Di Bali, lekat dengan hal misteri. Wayan diminta teman untuk melihatnya, dia berkata, itu pasar , wong samar, tempat yang ramai berjualan katanya lugu. Pohon itu berada di pinggir jalan raya, banyak sopir yang melewatinya, selalu membunyikan klakson, meminta izin untuk lewat. Atau mengucapak doa, semoga semua dalam keadaan baik atas karunia Tuhan. 

Salah seorang teman  berkata, Aku ngeri amat lewat di bawah pohon besar itu, bulu kudukku  berdiri, lalu kenapa engkau tidak takut ya, tanya teman yang lain. Wayan berkata serius,  Aku biasa disini, aku ada teman-teman dari keluarga itu ada disini, setiap aku diajak ke pasarnya, banyak orang berbelanja, dan waktu aku mau pulang, aku di kasi uang bekal, namun, sampai di rumah uang itu menjadi daun semuanya.

Si wayan ini pernah heboh di desanya, karena hilang selama seminggu, tak ditemukan, akhirnya di hari ke tujuh ditemukan di bawa rumpun bambu, dia sedang bermain, dan ngobrol dengan siapa orang pada tak melihatnya. Dia bilang sebenarnya , saya hanya pergi hanya sebentar di tempat itu, namun keluarga mengatakan engkau hilang selama seminggu. 

Sejak kejadian itu, aku sudah dianggap anak tak biasa, katanya kelu. Aku sudah dianggap punya teman  di alam lain, kakak dan ayah sudah tahu itu, sehingga kakak mengajak aku  ke pasar malam, disana ada banyak mainan, bola adil, dadu (mongmongan), ini judi kelas desa, beda dengan time zone tentu, pakai uangnya beneran, tidak uang koin yang ditukar.

Sebelum bertaruh kakakku melihat aku, semacam meminta saranku untuk memasang dia serahkan padaku untuk memilihnya. Angka berapa?, katanya, aku tunjuk angka 6 , kakak menaruh uangnya di sana, setelah dibuka, benar keluar angka itu, aku tepat menebaknya,  begitu kali  kedua tepat dan ketiga , dan seterusnya, akhir bandar itu mengalah uangnya habis, aku diajak pulang dengan kemenangan besar bagi kakakku. Ada  hadiah untukku,   aku dibelikan makanan enak, serta baju bagus.

Mendengar kisah sukses kakaku, Ayahku juga ingan mengajakku  aku ke tajen (tempat sabungan ayam) , di arena itu, hanya ayahku yang membawa anak kecil,  aku dianggap ayah semacam navigator lah, sebagai petunjuk ayam yang mana menang taruhan. Aku tidak tahu apa-apa, aku tunjukkan saja salah satu diantaranya sesuai kata hatiku. oh... aku menunjuk salah satunya, benar menang,  begitu seterusnya, dan ayah menang banyak.

Ayahku dan dan kakak sering berebut ngajak aku ke tempat judian, ya sampai bandar menolak dan menutup permainan kalau aku datang bersama kakakku. Dia bilang , anak ini bawa  "bererong" (tuyul). Bandar judi memilih tidak membukanya, kalau ada aku. Setelah aku pergi mereka buka lagi.

Di lain waktu , kata wayan  bertutur, suatu saat, aku diajak  sepupuku  berkeliling pasar malam di desa, Sepupuku  bertanya, mana bola yang mau dipasangi, ini biasa adal permainan game, judi lah, ya matamu aku tunjuk , Dia  naruh duit di sana, dan benar, keluar, bola itu seakan bernyawa mencari bola yang ditunjukkan dimana sepupuku memasangnya. Sampai habis bandarnya, sudah beberapa kali terjadi , sehingga kalau  saya datang, pasti bandar game itu berhenti mengadakan permainan, takut uang dikeruk.

Namun ayah selalu  ngajak ke  tajen, Karena selalu menang metajen, mendadak ayahku sakit selama  3 hari, . Keluargaku, terutama ibu, menduga ayahnya kena racun (cetik) gringsing atau Cetik buntek gringsing, karena selalu menang di temapat sabungan ayam. Ayahku selama sakit , ada gejala perut kembung dan muntaber. Walaupun telah diobati secara tradisional yang bisa dengan meminum campuran pohon juwet, minyak cukli, air hangat, serta lungsir, namun di hari ketiga ayahku  nyawa ayah tak tertolong, dia meninggal. 

Si wayan dengan fenomena itu.  Dia sungguh spesial. Namun keluarganya takut nanti anak itu bisa diajak kemana dan menghilang. Keluarga melakukan upacara " tubah" agar dia tak lagi berteman dengan wong samar atau memedi, sejak saat itu, kejadian hilang menghilang tak lagi hadir.

Kini, walaupun sudah dilakukan upacara itu, Dia juga kerpa melihat naga di sungai yang selalu mandi dengan riangnya. Hanya wayan yang melihatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun