Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mengenal Rasa Ingin Tahu Peserta Didik

2 Juni 2024   20:42 Diperbarui: 3 Juni 2024   06:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori dorongan rasa ingin tahu mengemukakan pengalaman "ketidakpastian" dan "ambiguitas" yang tidak diinginkan. Pengurangan perasaan tidak menyenangkan ini bermanfaat. Teori ini menyatakan bahwa orang menginginkan koherensi dan pemahaman dalam proses berpikir mereka. Ketika koherensi ini terganggu oleh sesuatu yang asing, tidak pasti, atau ambigu, dorongan keingintahuan seseorang menyebabkan mereka mengumpulkan informasi dan pengetahuan tentang hal yang asing tersebut untuk memulihkan proses berpikir yang koheren. Teori ini menyatakan bahwa rasa ingin tahu berkembang dari keinginan untuk memahami aspek-aspek asing dari lingkungan seseorang melalui perilaku eksplorasi. Setelah pemahaman tentang hal-hal asing tercapai dan koherensi dipulihkan, perilaku dan keinginan ini mereda.[

Derivasi teori dorongan keingintahuan berbeda dalam hal apakah keingintahuan merupakan dorongan primer atau sekunder dan apakah dorongan keingintahuan ini berasal dari kebutuhan seseorang untuk memahami dan mengatur lingkungannya atau disebabkan oleh stimulus eksternal. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (misalnya lapar, haus) hingga kebutuhan dalam situasi yang dipicu oleh rasa takut.[ Masing-masing teori turunan ini menyatakan bahwa apakah kebutuhan itu bersifat primer atau sekunder, rasa ingin tahu berkembang dari pengalaman yang menciptakan sensasi ketidakpastian atau perasaan tidak menyenangkan. Keingintahuan kemudian bertindak untuk menghilangkan ketidakpastian ini. Dengan menunjukkan perilaku ingin tahu dan eksploratif, seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang tidak dikenalnya dan dengan demikian mengurangi keadaan ketidakpastian atau ketidaknyamanan. Namun teori ini tidak membahas gagasan bahwa rasa ingin tahu sering kali dapat ditampilkan bahkan ketika tidak ada situasi baru atau asing. Jenis perilaku eksplorasi ini juga umum terjadi pada banyak spesies. Balita manusia, jika bosan dengan keadaannya yang sekarang tanpa adanya rangsangan yang membangkitkan gairah, akan berjalan-jalan hingga menemukan sesuatu yang menarik. Pengamatan rasa ingin tahu bahkan tanpa adanya rangsangan baru menunjukkan salah satu kelemahan utama dalam model dorongan rasa ingin tahu.

TEORI GAIRAH OPTIMAL (OPTIMAL-AROUSAL THEORY)

Teori gairah optimal berkembang dari kebutuhan untuk menjelaskan keinginan untuk mencari peluang untuk terlibat dalam perilaku eksplorasi tanpa adanya situasi yang tidak pasti atau ambigu. Gairah optimal menunjukkan bahwa seseorang dapat dimotivasi untuk mempertahankan rasa gairah yang menyenangkan melalui perilaku eksplorasi tersebut.

Ketika suatu stimulus ditemui yang berhubungan dengan kompleksitas, ketidakpastian, konflik, atau kebaruan, hal ini meningkatkan gairah di atas titik optimal, dan perilaku eksplorasi digunakan untuk mempelajari stimulus tersebut dan dengan demikian mengurangi gairah lagi. Sebaliknya, jika lingkungan membosankan dan kurang kegembiraan, gairah berkurang di bawah titik optimal dan perilaku eksplorasi digunakan untuk meningkatkan masukan informasi dan stimulasi, dan dengan demikian meningkatkan gairah kembali. Teori ini membahas keingintahuan yang timbul karena situasi yang tidak pasti atau asing, dan keingintahuan yang timbul karena tidak adanya situasi seperti itu.

TEORI KONSISTENSI KOGNITIF (COGNITIVE-CONSISTENCY THEORY)

Teori konsistensi kognitif mengasumsikan bahwa "ketika dua atau lebih struktur kognitif yang aktif secara bersamaan tidak konsisten secara logis, gairah meningkat, yang mengaktifkan proses dengan konsekuensi yang diharapkan berupa peningkatan konsistensi dan penurunan gairah."[18] Mirip dengan teori gairah optimal, kognitif- Teori konsistensi menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk mempertahankan gairah pada tingkat yang diinginkan, atau diharapkan, namun teori ini juga secara eksplisit menghubungkan jumlah gairah dengan jumlah ketidakkonsistenan yang dialami antara situasi yang diharapkan dan situasi yang sebenarnya dirasakan. Ketika ketidakkonsistenan ini kecil, perilaku eksplorasi yang dipicu oleh rasa ingin tahu digunakan untuk mengumpulkan informasi yang harapannya dapat diperbarui melalui pembelajaran untuk mencocokkan persepsi, sehingga mengurangi inkonsistensi.

Pendekatan ini mengasosiasikan rasa ingin tahu dengan agresi dan ketakutan. Jika ketidakkonsistenan lebih besar, ketakutan atau perilaku agresif dapat digunakan untuk mengubah persepsi agar sesuai dengan harapan, tergantung pada besarnya ketidakkonsistenan serta konteks spesifiknya. Perilaku agresif mengubah persepsi dengan memanipulasinya secara paksa agar sesuai dengan situasi yang diharapkan, sementara rasa takut mendorong pelarian, yang menghilangkan stimulus yang tidak konsisten dari bidang persepsi dan dengan demikian menyelesaikan permasalahan yang ada.

INTEGRASI JALUR PENGHARGAAN KE DALAM TEORI

Dengan mempertimbangkan kekurangan dari teori dorongan rasa ingin tahu dan teori gairah optimal, upaya telah dilakukan untuk mengintegrasikan aspek neurobiologis dari penghargaan, keinginan, dan kesenangan ke dalam teori rasa ingin tahu yang lebih komprehensif. Penelitian menunjukkan bahwa menginginkan informasi baru melibatkan jalur mesolimbik otak yang bertanggung jawab untuk aktivasi dopamin. Penggunaan jalur ini, dan aktivasi dopamin, mungkin merupakan cara otak memberikan nilai pada informasi baru dan menafsirkannya sebagai hadiah.Teori dari neurobiologi ini dapat melengkapi teori dorongan rasa ingin tahu dengan menjelaskan motivasi perilaku eksplorasi.

RASA INGIN TAHU DALAM BELAJAR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun