Manusia memandang alam luas, untuk  berkomunikasi, bahwa mereka sedang mencari kebahagian, menyatu bersama nafas semesta. Hening dan ingin mendengarkan gelombang samudera berdenyut bersama  detak jantung dalam diri.
Kebahagiaan menjadi harapan manusia. Dia dicirikan pada aspek kepuasan, kegembiraan, kenyamanan, dan perasaan menyenangkan lainnya yang membuat hidup menyenangkan dalam hal kemakmuran, keamanan, atau pemenuhan keinginan.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang tidak berwujud yang  dapat dialami atau dirasakan. Jiwa seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat kebahagiaannya, kerap menghadirkan kesadaran kebijaksanaan. Bilal Philips berkata, 'Kebahagiaan akan datang ketika kamu berhenti mengeluh atas semua masalah yang menimpamu dan mulai bersyukur atas semua masalah yang tidak menimpamu."
Diterminal itu, seakan hidup biasa menerima dualitas, baik buruk, susah senang, karena yang dicari bukan pada salah satu sisi, namun keseimbangan ditengahnya. Titik nol.
Manakala, Sang jiwa, memiliki sketsa kepentingan pribadi, yang kerap menimbulkan pertanyaan filosofis yang besar dan sulit diselesaikan, maka sejatinya di ada di sudut polarisasi diametral diantara titik hujung.
Sebuah pertanyaan pematik, yang paling jelas adalah pertanyaan itu membuncah bak mentari pagi hari, hadir tak diundang, dia melakukan kewajibannya. "Kepentingan pribadi terdiri dari apa?" Di zona luas ke dalam hati, Maka mereka akan berpijak pada aras yang kokoh, apa konsepnya, dan bukan sekedar kepentingan pribadi, itu semua nampak cukup jelas. Bahwa, antar pribadi kedirian dengan semesta bertaut dengan jari-jari yang bisa jauh dan bisa dekat.
Kepentingan pribadi adalah kepentingan terhadap kebaikan diri sendiri. Tulis Martin Seligman- dalam Authentic Happiness, karyanya yang tersohor itu, yang merupakan wujud psikologi, yang berjuang pada titik sentral usaha preventif, pembinaan, pengembangan, bukannya kuratif, yang membuat psikologi seperti bengkel bengkel yang 'memperbaiki' kerusakan. Disini Sang bengkel menunggu pasien kendaraan yang bernama jiwa serta tubuh manusia yang sakit.
Membawa kendaraan jiwa ke bengkel itu, adalah tindakan demi kepentingan diri sendiri berarti bertindak berdasarkan motif memajukan kebaikan diri sendiri. Seberkas pertanyaan muncul, Apakah yang dilakukan seseorang benar-benar demi kepentingan pribadinya? Atau tergantung pada apakah tindakan tersebut benar-benar memajukan, atau setidaknya, meminimalkan kemerosotan, demi kebaikannya sendiri? Jawabannya ada di relung hati terdalam. Menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam hati yang tulus
Meskipun mungkin sulit untuk mengatakan apakah seseorang dimotivasi oleh kepentingan pribadi dalam hal tertentu, dan sulit juga untuk menentukan apakah suatu tindakan atau keputusan benar-benar sesuai dengan kepentingan pribadinya, makna pernyataan yang dipermasalahkan tampaknya tidak menimbulkan masalah. Disini berujar energi semesta kebajikan, bahwa kebijaksanaan sejati adalah mengutamakan kebaikan bersama tanpa berbalas.
Perhatian utama  perlu kita cerna dalam  ruang sempit ini, yakni menegaskan isi kepentingan pribadi. Secara khusus akan dikemukakan pandangan bahwa kebermaknaan, dalam arti yang uraikan, merupakan elemen penting dari kehidupan yang baik. Oleh karena itu, merupakan bagian dari kepentingan pribadi yang tercerahkan, yakni seseorang ingin mendapatkan makna dalam hidupnya, atau, setidaknya, mengizinkan dan mendorong aktivitas bermakna di dalamnya. Namun, menerima konsep penting tentang kepentingan pribadi ini membawa konsekuensi yang aneh: konsep kepentingan pribadi yang sebelumnya tampak begitu jelas mulai menjadi kabur. Untungnya, hal ini juga tampak kurang penting. Hati yang menerima setiap perubahan sebagai bagian dari pertumbuhan spiritual.