Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cerita tentang Padi: Nasi Pulen dan Beras Aromatik

22 Mei 2024   16:41 Diperbarui: 22 Mei 2024   17:38 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padi  (sumber : FB-Petani  Padi Indonesia)

Ditinjau dari kebutuhan makanan pokok, maka padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman serealia penting dan merupakan makanan pokok lebih dari separuh populasi global (Wang dan Li, 2005). O. sativa diklasifikasikan menjadi dua sub spesies berbeda, japonica dan indica (Kato, 1928), dan menjadi lima kelompok termasuk indica, aus, aromatik, japonica beriklim sedang, dan japonica tropis (Garris et al., 2005). O. sativa didomestikasi lebih dari 10.000 tahun yang lalu dari spesies padi liar Asia, O. rufipogon dan O. nivara (Kovach et al., 2007; Sang dan Ge, 2007; Chen et al., 2019). Baik padi japonica maupun indica telah mengalami perubahan fenotipik yang signifikan dibandingkan dengan O. rufipogon (proto-japonica) dan O. nivara (proto-indica), dan telah memperluas distribusi geografisnya selama domestikasi (Fuller et al., 2010).

Di Indonesia, nasi merupakan makanan pokok utama bagi sekitar 250 juta penduduk dan juga menjadi sumber perekonomian sumber bagi masyarakat mayoritas di daerah pedesaan. Setiap tahunnya, Indonesia membutuhkan sekitar 50 juta ton beras konsumsi beras per kapita tahunan mencapai 140-150 kg. Indonesia juga merupakan produsen beras terbesar ketiga di dunia dunia setelah Tiongkok dan India. Saat ini produksi padi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 26% karena masih banyaknya petani penggunaan sistem konvensional dalam budidaya padi menyebabkan inefisiensi penggunaan air dan pupuk. Beras ini kekurangan produksi berdampak negatif pada aspek ekonomi, sosial, dan politik . Untuk menstabilkan harga beras, pemerintah harus mengembangkan metode yang efektif untuk meningkatkan produktivitas beras.

Diolah dari berbagai sumber 
Diolah dari berbagai sumber 

Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik . Misalnya saja Rojolele dari Klaten (Jawa Tengah), Pandan Wangi dari Cianjur (Jawa Barat), Jembar dari Jawa Barat, Kewal dari Banten (Barat Jawa), Kuriak Kusuik dari Sumatera Barat, Barak Cenana dari Tabanan (Bali), Siam Datu dari Selatan Kalimantan, dll. Varietas padi tradisional ini berguna untuk program pemuliaan padi guna menjamin kelangsungan hidup ketahanan pangan untuk mengatasi peningkatan populasi dan perubahan iklim. Sebagian besar varietas padi tradisional Indonesia termasuk dalam subspesies japonica tropis (dikenal sebagai javanica). yang umumnya bertubuh tinggi sehingga mudah rebah, umur masak terlambat, jumlah anakan produktif rendah, sistem perakaran dalam, daun lebar, tidak peka terhadap fotoperiode, malai panjang, bentuk biji bulat dengan tenda Panjang ujung gabah, kandungan amilosa antara, dan potensi hasil yang rendah Umumnya tradisional varietas padi yang dibudidayakan pada kondisi lahan yang tidak menguntungkan tanpa masukan pupuk kimia dan pestisida, seperti lahan kering masam, lahan rawa bersalinitas tinggi, lahan kering perbukitan, dan lahan banjir. Petani masih menggunakan benih sendiri untuk musim tanam berikutnya, sehingga tingkat kemurnian benih sangat rendah, yang berdampak negatif mempengaruhi produksi padi. Karena rendahnya tingkat kemurnian benih, kinerja varietas padi tradisional menjadi sangat beragam dalam hal umur tajuk, tinggi tanaman, jumlah anakan sehingga menyebabkan rendahnya hasil gabah dan gabah kualitas. Dalam rangka meningkatkan tingkat kemurnian benih dan meningkatkan produktivitas padi varietas padi tradisional, pemerintah telah melepas benih murni dari sebelas varietas padi tradisional, seperti Rojolele, Pandan Wangi, Anak Daro, Kuriak Kusuik, Junjung, Caredek Merah, Lampai Kuning, Siam Mutiara, Siam Saba, Cekow, dan Karya . Saat ini, sebagian besar varietas padi tradisional tersebut masih dibudidayakan di daerah tertentu di Indonesia.

Mengapa ini penting, Permintaan beras aromatik di pasar internasional meningkat dalam 15 tahun terakhir (Calpe 2004). Negara-negara produsen beras berusaha untuk meningkatkan kualitas beras aromatik. Beras aromatik yang populer di pasar internasional adalah Basmati dari India dan Yasmine dari Thailand. Penelitian padi aromatik di Indonesia, terutama flavor beras, masih sedikit. Sebagian besar literatur hanya membahas mutu dan karakteristik fisik dan fisikokimia beras/nasi (Damardjati dan Purwani 1991, Wardana et al. 2005, Wibowo et al. 2006).

Pengembangan beras aromatik di Indonesia awalnya terbatas pada pemuliaan untuk mengadaptasi dan memperbaiki varietas beras lokal aromatik yang sudah ada. Contoh varietas padi lokal aromatik yang ditemukan di beberapa daerah di Indonesia adalah Rojolele yang berasal dari Jawa Tengah, Mentikwangi dari Yogyakarta, Pandanwangi dari Jawa Barat, dan lain sebagainya. Varietas lokal aromatik seringkali tidak menghasilkan tekstur, aroma, dan produktivitas yang sama jika ditanam di daerah yang berbeda. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah melepas beberapa varietas padi aromatik, seperti Sintanur, Celebes, Gilirang, Cimelati, dan Batang Gadis. Cimelati dan Gilirang termasuk padi aromatik tipe baru, Celebes, Batang Gadis, dan Sintanur masuk ke dalam tipe padi sawah aromatik, dan Rojolele merupakan padi lokal aromatik. Celebes cocok ditanam di daerah Maros, Sidrap, Wajo dan Takalar, Sulawesi Selatan. Sintanur, Batang Gadis, Cimelati, dan Gilirang sesuai dikembangkan pada sawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Suprihatno et al. 2010). Aroma pandan pada beras bersifat turun-temurun yang dikontrol oleh gen khusus, tetapi berbeda untuk setiap varietas (Tzou et al. 2008). Ada dua gen spesifik yang mempengaruhi aroma yang bersifat resesif yang terletak pada kromosom 5 dan 9 pada varietas India (Siddiq et al. 1986). Pinson menyatakan bahwa gen yang mempengaruhi aroma beras aromatik dari lima varietas padi adalah satu atau dua gen resesif, bergantung pada varietasnya. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa aroma pandan beras aromatik dipengaruhi oleh gen pada kromosom 8, seperti varietas Surjarmkhi (Bangladesh), Della (Amerika), dan Azucena (Filipina). Penelitian biosintesis 2AP masih sedikit dilakukan, tapi perkiraan prekursor dari 2AP sudah diketahui, yaitu asam amino yang mengandung prolin, asam glutamate, dan ornitin (Yoshihashi et al. 2002). Biosintesis senyawa senyawa volatil seperti 2AP masih menjadi pertanyaan (Dudareva et al. 2006)

BERAS PULEN DAN BERAS AROMATIK

Pulen karena kandungan dari amilopektin dan amilosa, ketan lebih tinggi kandungan amilopektin dari amilosa, demikian juga, demikian juga aroma pada beras disebabkan. Kualitas beras dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mutu fisik, mutu tanak (cooking quality), dan mutu rasa (eating quality). Mutu rasa dan mutu tanak beras umumnya dipengaruhi oleh kandungan amilosa dan amilopektin yang terdapat di bulir beras.

Berdasarkan kandungan amilosa dan amilopektin, beras dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: beras ketan (0-2% amilosa), beras beramilosa sangat rendah (2-12%), beras beramilosa rendah (12-20%), beras beramilosa sedang (20-25%), dan beras beramilosa tinggi (25-33%).

Di Indonesia, Beras Pulen merupakan jenis beras populer yang terkenal dengan kualitas dan rasanya yang premium: Sangat dicari konsumen karena teksturnya yang lembut dan empuk. Dikenal karena aroma dan rasanya yang khas yang menyempurnakan berbagai masakan. Sering disukai untuk acara-acara khusus dan upacara karena kualitasnya yang unggul. Tersedia di pasar lokal dan supermarket di seluruh Indonesia. Dianggap sebagai makanan pokok di banyak rumah tangga Indonesia. Sering digunakan dalam resep tradisional Indonesia seperti Nasi Goreng dan Rendang. Beras Pulen di Indonesia merupakan varietas beras premium yang dihargai karena kualitas, rasa, dan keserbagunaannya dalam masakan tradisional.

(Sumber : FB-Petani Padi Indonesia) 
(Sumber : FB-Petani Padi Indonesia) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun