Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rama dan Rahwana: Antara Pemimpin Transaksional dan Transformasional

18 Mei 2024   22:57 Diperbarui: 19 Mei 2024   17:33 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, Rama telah mampu membunuh Rahwana, sejatinya Rahwana memang bakta setia, dalam hatinya pun berkata bahwa ketika di kahyangan dia diminta lahir , sebelum bersaua dengan Hyang Maha Kasih, dia lahir sebagaiapelayan yang baik, namun 7 kali atau menjadi musuh kebajikan hanya 3 kali.

Dia memilih untuk lahir menjadi musuh kebenaran, agar Wisnu lahir maka kejahatan yang dilakukan harus sangat kejam, benar dalam perjalanan kehidupannya di mandi dengan darah para pertapa suci, dia membunuh dengan kejam, kedua dia mengambil Dewi Sita, istri Rama, kesalahan terakhir yang memanggil awatara Wisnu, kemudian berperang dan membunuhnya.

Mendekati ajalnya, Rahwana masih bisa berbicara pelan, terimakasih Rama, perwujudan Dewa Wisnu, terima kasih engkau sengaja lahir untuk menyelamatkan Ku, dan aku bisa bersatu dengan Hyang Maha cerdas. Kata Rahwana,  dengan berlinang air mata.

Lalu, Rama berkata kepada Laksmana, belajarlah ilmu kepada Rahwana, dia adalah orang hebat yang pernah lahir di Bumi, mengapa aku harus belajar dari musuh itu? Tanya balik Laksamana, Ikuti perintahku, dia adalah raja yang bisa menaklukkan ke tiga dunia. Alam Bhur, Buah dan swah, (Alam bawah, tengah dan atas).

Maafkan aku, telah menyakiti anda dan rakyatmu, banyak yang gugur karena aku, kata Laksamana.

Rahwana berkata, itu terjadi karena keangkuhan dan egoku, ego ku ingin menyamai sang maha kasih, ingin hidup abadi, selamanya, Perlu engkau ketahui, bahwa segala sesuatu yang lahir kematian sudah pasti. Dunia ini maya.

Engkau telah menjadi Bhaktha (penyembah) dan merasa puas dengan visi suatu bagian; dia mencicipi gula, butir demi butir. Dia tidak menemukan kegembiraan dalam menjadi gula, atau menyatu dalam gunung gula itu sendiri. Tidak ada yang bisa melihatnya seluruh wilayah langit. Sebab, tidak ada langit sama sekali jika Anda mengamatinya. Langitnya dibatasi oleh miliknya cakrawala. Dari setiap titik pengamatan terdapat cakrawala yang berbeda-beda, namun tidak ada seorang pun yang dapat melihat melampauinya dia. Batasi langit dan nikmati luas dan keindahannya. Itulah yang dilakukan oleh bhakta (penyembah). Jadi selama Anda berwujud, Anda hanya dapat membayangkan Tuhan yang berwujud.

Dia ada di mana-mana, tersedia bagi Anda untuk menyadari Dia, melalui keindahan, kebenaran, kebaikan, kekuatan, cinta atau salah satu dari sifat-sifat Ilahi.

Namun , engkau harus tahu, Egoku terus berkembang, aku mengembangkan sifat raksasa, Iblis, itu berkembang pada diriku, engkau harus tahu bahwa , Ego itu, Saat seseorang memiliki ego yang terlalu tinggi, mereka akan dikenal sebagai orang dengan sifat egois. Sifat ini membuat seseorang hanya memikirkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain.

Orang egois sering kali tidak menyadari sifat buruknya. Alhasil, mereka kerap bersikap defensif terhadap kritik dan saran yang diberikan orang lain atas perilakunya selama ini. Oleh karena itu, penting untuk bersikap terbuka atas kritik dan saran orang lain. Dengan begitu, Anda bisa menjadi sosok yang lebih baik bagi orang-orang di sekitar.

Laksamana, Ketahuilah, engkau harus  belajar memahami orang sekitar. Sifat egois akan membuat seseorang hanya berusaha memenuhi keinginannya sendiri tanpa memperdulikan orang sekitar. Maka untuk menurunkannya, Anda perlu lebih peduli pada orang-orang di sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun