Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang, Yudistira, dan Nasihat Kepemimpinan

13 Mei 2024   16:17 Diperbarui: 14 Mei 2024   09:32 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia berperang untuk meningkatkan keyakinannya bahwa solusi untuk hidup damai adalah perang. Perang membutuhkan senjata. pabrik senjata membutuhkan konflik dan perang pun meletus. Ekonomi dibangkitkan dengan perang. Perang dan pemimpin yang memiliki visi ekonomi perang ada dalam benak para provokator perang.

Disini peran pemimpin menjadi penting. Walaupun demikian, Pemimpin tidak menciptakan pengikut; pemimpin itu menciptakan lebih banyak pemimpin, begitulah dalil standarnya.

Tak sedikit perang memang dikobarkan oleh sang pemimpin. Pemimpin sejatinya adalah medan perang, perlawanan antara kebajikan dan kejahatan dalam dirinya. Tugas pemimpin bukan untuk membuat pengikutnya mengerti, tapi untuk membuat pengikutnya percaya ,  namun tak sedikit pemimpin menindas kompetitornya agar kekuasaannya bisa langgeng.

Dalam debut asrat pembinasaan  kompetitor inilah, Perang memang menyisakan kesedihan. Kesedihan pun berlalu, sebab bumi tak berhenti bergerak, matahari terbit di timur, selalu melahirkan siang dan malam. kalah dan menag tak berpengaruh pada konstalasi pergerakan bumi,  lalu untuk apa sesungguhnya perang itu? Tak mudah menjawabnya. Benar kata kata orang bijak, Perang tidak menentukan siapa yang benar, hanya siapa yang tersisa - Bertrand Russell. Lalu mengapa kita perlu berperang, maka bangkitlah sebuah keindahan imaginasi mengalahkan lawan itu sangat menggiurkan, meliahat musuh takluk adalah  aktualisasi diri, bagi para pecinta peruang maka mereka akan  terus berjuang.

 Karya sastra, esai dan film pun mengungkit bahwa dilemma perang ada pada prajurit di lapangan. Artikel yang ditulis Dodd, J. (2018). War and Sacrifice The Troubled Legacy of the First World War. Studies in Phenomenology and Philosophy, 99, 126. Menjadi menarik kita telaah.

Salah satu penggambaran awal Perang Dunia Pertama di bioskop adalah karya Abel Gance J'accuse!, sebuah film yang diproduksi pada tahun 1918 selama bulan-bulan terakhir perang dan dirilis pada bulan April 1919, tidak lama setelah gencatan senjata.

Salah satu hal yang paling berkesan tentang film ini adalah fakta bahwa Gance menggunakan ribuan tentara yang sedang cuti sebagai figuran untuk adegan pertempurannya-semuanya akan kembali ke medan perang, dan banyak di antaranya tidak akan kembali ke rumah. Ini adalah gambaran yang sangat sedih.

Fakta ini menjadi semakin pedih ketika terjadi mempertimbangkan adegan terkenal di mana orang-orang yang jatuh bangkit dari medan perang yang hancur, membentuk prosesi spektral panjang di belakang penyair-protagonis, Jean Diaz, dan berbaris pulang. Sesampainya di sebuah desa, mereka menghadapi penduduk yang mereka temukan terperosok dalam kesia-siaan, dosa, dan seolah-olah melupakan besarnya pengorbanan mereka. Di dalam serangkaian tuduhan marah atas nama orang mati, penyair, dirinya sendiri seorang veteran bagian depan dan korban kejutan, mempermalukan orang yang masih hidup agar berkomitmen kembali pada kehidupan itu akan menghormati dan bukannya menodai ingatan orang-orang yang telah terjatuh.

Setelah itu, memang bahan renungan bagi pemimpin dan diplomasi damai, dalam kehidupan manusia bernegara, memulai perang perlu sebuah renungan Panjang. Bahwa perang menyisakan penderitaan kemanusiaan. Persi seperti yang dialami oleh Yudistira Ketika perang Mahabharata usai berlangsung.

****

Matahari menjelang sore, di padang tandus kurukshetra, tempat perang besar terjadi,kini sepi, bekas pembakaran mayat prajurit gugur masih menyisakan bara. Adu kesaktian dan strategi pun telah usai. Yang tersisa adalah puing-puing dan air mata duka.

Krishna berkata pada Yudistira, "Yudistira tinggalkan tempat ini, biarlah Duryada dengan rintihannya menuju kematiannya, karena tak ada yang bisa membantunya lagi.

Krishna dan Yudistira berjalan menuju ke kemah, setelah menyaksikan perang adu gada Bima dan Duryodana. Yang dimenangkan oleh Bima itu, masing menghilang dalam benaknya.

Dalam perjalanan Yudistira bertemu dengan orang tua yang ringkih, berpapasan dengan Yudistira setelah dia menyaksikan kekalahan Duryudana, berhadapan dengan Bima.

Salam, Raja Yudistira, engkau segera menang perang, lalu paduka akan dinobatkan menjadi raja, akau sebagai rakyat kecil, yang sudah tua ingin berpesan dan berharap jika engkau memimpin negeri ini, lakukanlah hal-hal yang berpihak pada rakyat kecil. Yudistira mengangguk, dengan seksama mendengarkan apa nasihat orang tua ini. "Engkau banyak memiliki pengalaman hidup yang pahit, engkau menjadi inspirasiku. sahut Yudistira.

Yudistira menoleh ke Krishna, ya benar ' Yudistira, dia adalah rakyatmu, marilah kita renungkan Kembali sang rakyat, lalu apa yang aku harus lakukan Krishna,Taya Yudistira itu.

Orang tua itu berkata, " Sadhukerti, padukuka, lalu Yudistira bertanya kepada Krishna, apa itu Sadhu kerti itu?

Ya.. sadhu kerti meliputi 4 hal yang harus diketahui oleh seorang pemimpin yakni hening, heneng, heling dan hawas. Empat pilar ini adakan membuatmu berwibawa dan disenangi oleh rakyat, kata Krishna. Coba jelaskan padauk, Krishna?

Sambil tersenyum Krishna, berkata, pertama, Hening, artinya, selalu mengutamakan kesucian, bekerja atas kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bicara seperlunya saja, tetapi banyak bekerja, sehingga hasilnya berlipat ganda. Dirimu telah menjadi simbul kebenaran, darma, oleh karena itu, teruskanlah itu seorang pemimpin sebagai tanggung jawab dan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap individu dalam masyarakat

Yang kedua, , Heneng artinya, selalu berusaha mendapatkan ketenangan lahir dan batin, senantiasa bersabar dalam menghadapi segala persoalan dan liku-likunya jalan kehidupan di dunia maya ini. Itu penting paduka, sebab Penyelidikan pada hakikat, kerinduan akan keindahan, kebenaran dan kebaikan, kesadaran akan kesatuan yang mendasarinya, sifat-sifat Kebijaksanaan ini adalah harta unik umat manusia.

Yang ketiga , Heling artinya, selalu ingat kepada Tuhan, ingat dengan keluarga, ingat dengan punggawa kerajaan dan ingat dengan tugas dan kewajiban seorang pemimpin.

Keempat,  Hawas artinya, selalu waspada dan mampu mengantisipasi atas datangnya segala kemungkinan yang akan terjadi. Yudistira mengangguk tanda setuju.

Setelah itu sosok orang tua itu menghilang, secara Ajaib, Krishna, dewa telah hadir memberikan petunjuk padamu.

Pas waktu sandyakala itu suara alam gaib terdengar merdu, AKU datang untuk menghibur hidupmu, bukan untuk menggambarkan hidupKu!  AKu adalah untuk memastikan bahwa kamu hidup lebih bahagia dan lebih besar kepuasan menjadi pemimpin bangsamu.

Krishna lalu memberikan penegasan, "Sadarilah Yudistira bahwa, Semua makhluk harus melakukan karma (kegiatan yang disucikan); ini adalah sebuah kewajiban universal yang tidak bisa dihindari. Ada yang merasa hanya punya dan perbuatan baik dan penuh dosa atau kebajikan dan keji---adalah berhak disebut karma. Tapi nafasmu adalah karma. Di sana adalah karma tertentu yang buahnya tidak dapat dirimu tinggalkan!Ada karma fisik, mental dan spiritual dan melakukan masing-masing karma tersebut karena kebaikan Diri sebagai bentuk dedikasi.

Krishna berkata, Yudistira, silakan untuk dirimu pergi untuk mengambil inspirasi dari kejadian perang ini. karena dimanapun kamu berada, kapanpun kamu berseru kepada- Tuhan , tempatmu bisa menjadi pusat kedamaian ,

Tuhan akan selalu waspada untuk merespons, selalu siap untuk mendengarkan dan membalas. Tuhan ingin Anda aktif, terlibat sepenuhnya. Sebab, jika Anda tidak punya aktivitas, waktu akan sangat bergantung pada tangan Anda. Jangan menyia-nyiakan satu momen dalam jangka waktu hidup yang ditentukan, karena waktu adalah tubuh Tuhan. Ia dikenal sebagai Kaala Swarupa (Bentuk Waktu).

Bila menyalah gunakan waktu adalah sebuah kejahatan atau menyia-nyiakannya dalam kemalasan. Begitu juga dengan fisiknya dan bakat mental yang diberikan Tuhan kepadamu sebagai modal untuk itu urusan hidup tidak boleh disia-siakan.

Saat bersujud di hadapan orang yang lebih tua, pikiran juga harus demikian, rendah hati; bukan badan saja yang harus membungkuk.

Jangan membebani pikiran Anda dengan ketidaknyamanan tugas. Usaha yang dilakukan secara mekanis ibarat nyala api tanpa minyak sumbu; minyaknya adalah antusiasme mental; tuangkanlah, dan lampu akan menyala jelas dan panjang.

Karma tidak boleh dilakukan untuk mengantisipasi hasil apapun Faktanya Karma menjadi alat berhubungan dengan Tuhan ketika dilakukan tanpa apapun Terbaik karma adalah apa yang dilakukan atas dasar kewajiban; karena itu memang harus terjadi dilakukan, bukan karena hal itu bermanfaat. Seorang spiritualis  seharusnya tidak memiliki kemarahan, kecemasan, iri hati atau keserakahan; tapi pengalamanmu pasti begitu memberitahu bahwa  mereka  yang terbebas dari hal ini sangat jarang mementingkan duniawi.  Maka Bunda semesta akan selalu hadir memberikan rahmat padamu. 

Bunda semesta sangat berbelas kasih dan beliau sangat terharu dan tersentuh oleh ketulusan manusia yang ikhlas, Ketahuilah Yudistira, bahwa Obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan rasa sakit hati di dalam dada adalah keikhlasan"Seberkas Senyuman dengan keikhlasan adalah suatu ibadah yang tak ternilai harganya

Yudistira mengangguk dan tersenyum, lalu memandang Krishna dengan penuh hormat dan syukur.*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun