Ketika memandang buah manggis yang kini panen raya di  Bali, saya teringat guru  saya, saat  mengajar bahasa Indonesia,  tentang pantun, saya masih ingat pantunnya begini,Â
Ke Senayan membeli manggis
Saat pulang bertemu Baha
Cinta ditolak jangan menangis
Sebab masih bisa berusaha
Pantun romantis, itu kerap menggunakan buah-buhan, manggis salah satunya. Pelajaran masuk dan mengena, Tugas guru menjadi kian menarik di era digital. Lebih dari sekadar penyampai informasi, peran guru dalam pembelajaran di era digital juga mencakup sebagai pembimbing yang membantu siswa memahami dan memilah tsunami informasi melalui pendekatan yang inovatif dan interaktif Jadi mengajar tidak hanya memberikan tugas saja, perlu motivasi tatap muka dan lain-lain.
Kembali ke buah manggis, Di kebun belakang rumah saya di Desa, ada pohon manggis dua pohon, karena musim kemarau yang Panjang, musim berbuahnya bagus. Dan banyak. Manggis itu sangat banyak dipasaran, harganya jatuh, berkisar di dagang pengepul di jual 5000-10000 per kg. Walaupun hari raya  seperti saat ini, Hari Raya galungan-Kuningan dan Nyepi, buah di Bali laris manis
Harga buah import mahal, dan cenderung mininggi, buah-buah lokal pun tak kalah menarik, banyak para ibu yang mau membuat banten sembahyang, lebih memilih buah-buahna lokal seperti  manggis, sawo, jeruk kintamani dan rambutan dipakai bahan persembahan pada hari raya itu.
Buah manggis kini lagi musim. Tepat  Ketika  hari raya yang besar di Bali, yakni Hari hari Raya Galungan, Kuningan dan Nyepi,  aneka buah lokal dan bunga laris manis di pasar tradisional. Untuk apa? Yang untuk persembahan dalam bentuk ' sesajen yang kemudian dikenal dengan nama "banten"  di kampung kami banten yang dihatuturkan sebagai wujud ucapan terima kasih.