Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Relasi Megawati-Jokowi: Utopia-Distopia dan Konservatif -Progresif?

14 Januari 2024   03:46 Diperbarui: 14 Januari 2024   07:09 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk itu, partai wong cilik, adalah utopia yang semakin kentara  jauh panggang dari  api, sebab  Ideologi ini  sejatinya meneruskan konsep Marhaenisme Bung Karno, Marhaenisme itu  disintesis  dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai dengan sifat dan budaya Indonesia, atau secara sederhana disebut sebagai "Marxisme yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia". Kini keberadaannya yang semakin di lindas oleh liberalisme dalam praktek-praktek bernegaranya.  Terbukti banyaknya kasus korupsi yang melibatkan ' anggota partai ini" Korupsi  tentu Tindakan menyengsarakan rakyat, pertanyaannya dimana keberpihakan pada wong cilik, kalau  bantuan sosial harus dikorupsi, seperti dilakukan Menteri sosial  Juliari Batubara beberapa tahun lalu?

 Tidak berlebihan bila   wong cilik sejatinya adalah kristalisasi baru terhadap marhaenisme itu, suatu  ideologi politik sosialis yang bermula dan dikembangkan oleh Presiden pertama Indonesia, Sukarno, tak membumi masih hanya wacana di awang-awang,  dimana rakyat mulai menjerit dengan meningkatnya pajak, harga-harga yang terus  meningkat dan hutang yang semakin menumpuk itu, serta lingkungan yang semakin rusak, sampah plastik yang terus membengkak tanpa solusi. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian  PDIP di dewan, karean suaranya mayoritas.

Ideologi membela wong cilik dalam ideologi  Marhaenisme , yang diambil dari nama seorang petani, Marhaen, yang mengaku ditemui Soekarno di dekat Bandung. Sukarno dalam pidato Indonesia Menggugat, tahun 1930, sejatinya gambaran bahwa   banyak petani Indonesia yang memiliki tenaga kerja dan menggunakannya terutama untuk diri mereka sendiri, meskipun mereka miskin. Anehnya para petani tak tergarap dengan baik. Lalu wong ciliknya dimana mau dibantu?

Pernyataan PDIP besar karena rakyat dan bukan karena presiden, pemilu bukan alat kekuasaan elite politik,presiden Jokowi memang tidak diakui   membesarkan PDIP,Sangat kentara pernyataan ini sangat kontradiktif.  Ketika Jokowi tidak  seirama, dan kandidat capres PDIP yang menyerang Jokowi, elektabilitas mereka merosot. Serta  Megawati, terkesan agak gelisah dan marah. Ini adalah bukti arogansi yang sangat nyata untuk tidak mengakui bahwa presiden tidak berpengaruh pada perolehan suara Partai. .

Relasi Megawati -Jokowi  sesungguhnya berada  titik kritis saat ini, karena    perbedaan pendekatan dalam memaknai perjalan zamanlah menyebabkannya. Mungkin Jokowi beberapa gagasannya tak diamini di PDIP, atau kekamampuannya mereformasi PDIP menemui jalan buntu.Bisa jadi  secara internal tak mampu mengubahnya, maka jalan satu-satunya adalah berada di luar, sehingga PDIP menjadi lebih baik. Kalau begitu sejati niat Jokowi luhur. Artinya cintanya bertepuk sebelah tangan.

Diterminal itu. Jokowi tampil sebagai sosok  Distopia, yang merupakan   lawan UTOPISnya Megawati dan  PDIP, Distopia adalah lawan dari UTOPIA. Walaupun saat ini pemikiran Distopia karena Jokowi tidak sesuai dengan PDIP yang pernah melahirkannya.

PDIP dan oposisi  Jokowi,  memandang Jokowi sebagai distopia beralasan. Karena dalam benak mereka distopia , adalah sosok, atau komunitas yang berspekulasi yang sangat buruk atau menakutkan berjalan di luar rel.

 Distopia adalah  antonim dari utopia, yang menciptakan cetak biru untuk masyarakat ideal dengan kejahatan, kekerasan, dan kemiskinan yang minimal. Hubungan antara utopia dan distopia pada kenyataannya bukan merupakan pertentangan sederhana, karena banyak elemen dan komponen utopia juga ditemukan dalam distopia, dan sebaliknya. Artinya tergantung sudut pandang.

Dengan tidak berpihak Pada Ganjar-Mahfud, maka Jokowi sebagai penganut Distopia sering kali ditandai dengan penyematan rasa ketakutan atau kesusahan, pemerintahan yang kejam dengan kurang  etika politik dan memperalat hukum dan pegkhianat.

Tema-tema yang khas dari masyarakat distopian meliputi: kontrol penuh atas orang-orang dalam suatu masyarakat melalui penggunaan propaganda, sensor informasi yang ketat atau penolakan terhadap pemikiran bebas, pemujaan terhadap tujuan yang tidak dapat dicapai, hilangnya individualitas sepenuhnya, dan penegakan konformitas yang ketat, itu beberapa bahan yang kerap dilontarkan oleh lawan politik Jokowi dan kini juga dilakukan oleh  PDIP.

Di sisi menerima Jokowi, dia  bisa dianggap sebagai  pemimpin, meminjam konsep Immanuel kant, yakni sosok yang  progresif. Konsepnya satu progres atau  maju, secara detail di zaman modern ini, atau menganut paham progresivisme,, yakni filosofi politik yang berpendapat bahwa perbaikan masyarakat dapat dilakukan melalui reformasi politik atau melalui mandat pemerintah. Reformasi politik dengan perubahan aturan dan perundang-undangan untuk memaksimalkan kenerja pemerintah untuk menuju kemajuan. Misalnya ditetapkannya, Omnibus low dan lain lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun