Kini, di bale bengong  selalu riuh, diskusi politik kini menarik, debat Capres  membuat suasana berubah, walaupun angin berdesir basah karena mendung, tetapi tetap terasa gerah.
Debat  calon  presiden memang dapat membuat suasana menjadi sedikit panas, panasnya bukan karena adu gagasan namun lebih banyak menyerang pribadi, celetuk salah satu yang hadir di bale itu. Artinya masyarakat disana , tidak terima kalau debat itu menyerang pribadi, adu gagasanlah yang dipentingkan. Ini politik, bedalah, ingat pesan Oscar Ameringer, seorang Jurnalis dan Anggota Partai Buruh :" Politik adalah seni halus mendapatkan suara dari orang miskin dan dana kampanye dari orang kaya, dengan menjanjikan melindungi satu dari yang lain.
Tentu, gagasan muncul dari pikiran, lalu melahirkan kata-kata, apa yang diucapkan, dan selanjutnya memunculkan tindakan. Apa yang selama ini dikerjakan menjadi evaluasi tersendiri. Itulah sebabnya penilaian terhadap Prabowo yang selama ini sebagai Menteri pertahanan ditanya soal apa yang telah dilakoni selama, ini, karena materi debat fokus pada "pertahanan dan keamanan, dan geopolitik, tentu itu memang relevan.
Pertanyaan tentang data dan kerahasiaannya, adalah sebuah pancingan. Untung , kata teman saya Pak Prabowo tak terbuka. dan sangat bagus. Dalilnya adalah, Indonesia milik kita, jangan pernah sampai dimiliki oleh lainnya. Selamat kepada Pak prabowo sebagai teladan untuk semua perwira yang tidak pernah lelah memberikan yang terbaik bagi Indonesia tercinta. Tidak ada perang yang lebih sulit daripada perang melawan ego sendiri. Prabowo,  kata teman saya itu, telah membuktikan dirinya  itu dalam debat.
Perilaku yang sering menyerang dan nyinyir itu biasa dalam ruang debat itu adalah wajar, dan harus terjadi, sehingga menghidupkan suasana. Untuk ini kadang publik belum siap menerima pujaannya dikritik dan ditelanjangi di depan umum. Publik juga mengkritik bahwa penilaian yang meluncur dari mulut kandidat, yang bukan menggunakan indikator kinerja kementerian dipakai menyerang, walaupun keduanya seorang intelektual, namun politik memang membutuhkan strategi untuk 'mengaduk emosi publik.
Dan ternyata, benar terjadi. Banyak sumpah serapah, dan tangisan sedih melankolis diumbar di publik setelah debat, dan Paslon 02 mendapat simpatik, akibat penilaian diberi angka 11 dalam skala 100, banyak yang heboh, karena tidak sesuai dengan teori evaluasi dalam pendidikan, tentu dosen tahu perihal itu. Itu yang disesalkan diucapkan oleh Anies.
Ketika Anies menyerang dengan cara itu, orang banyak tak terima, malah mengkritiknya , dengan mengatakan tidak etis, karena dia pernah jadi dosen.
Bung, ini bukan ruang kelas, kata teman saya, ini ruang debat, ini juga ruang politik, politik membutuhkan strategi, dicap Politik sengkuni ataupun Machiavelli, dalam politik itu perlu. Untuk menyadarkan masyarakat.
Disinilah Anies hadir cemerlang, penulis duga, dia ingin membangun literasi politik, dengan dalil 'Post Truth".
Sebuah frasa bermakna pasca kebenaran yang baru berkembang dalam ilmu sosial politik. Post-truth merupakan keadaan dimana masyarakat tidak terlalu peduli lagi dengan kebenaran. Lebih detailnya lagi, menurut Oxford Dictionary post-truth adalah kata sifat yang menggambarkan keadaan dimana fakta objektif tidak dianggap terlalu penting dalam membentuk sebuah opini.
Itu sebabnya, ketika debat Anis maupun Ganjar beropini , tidak sesuai data sesungguhnya, adalah sebuah strategi yang amat jitu, apakah masyarakat  kita peka?, ternyata benar, masyarakat terbangun.
Bung.... banyak yang termehek-mehek, banyak pejabat yang mengklarifikasi, menulis komentar yang tidak etis juga, memaki, dan lain-lain atas serangan Anies dan Ganjar, kedua  kandidat ini benar-benar menjalankan dalil Post Truth, fakta obyektif tidak penting. Bung.
 Perlu diingat bahwa, tak ada yang salah atas strategi ini. nampaknya semua ingin menunjukkan emosi, yang pada akhirnya, mereka sadar " membangun negara harus ikut berpartisipasi, tidak golput , tidak masa bodoh.
Di terminal ini, paslon 01 dan 03 , memang berhasil membangunkan 'sebagian rakyat untuk memilih pemimpinnya yang tepat. Tidak pasif, diharapkan rakyat agar merasa takut salah pilih.
Ya dibingkai itu, ... politik sering abu-abu, yang konsisten adalah perubahan, yang nyata bisa berubah kalau itu dikonsumsi terus menerus, menjadi kebenaran umum, itulah yang diamini sebagai post truth, sebua petuah sakti abad 21, Dia, hadir mengacu pada dokumentasi dan keprihatinan abad ke-21 tentang perselisihan atas klaim kebenaran public, penyebab spesifik secara historis dan efek fenomena. Prabowo maupun Jokowi apapun dia tetap menjadi 'sasaran ' dengan dicoba digugat lewat kebebasan yang dimiliki benak publik
Para kandidat, tidak merasa risih dengan predikat Sengkuni atau penerus strategi Machiavelli. Itu tidak penting, yang penting masyarakat sadar peran mereka harus terlibat dalam pemilihan, dan harus berduyun-duyun mendatangi TPS. Tidak menjadi golput. Karena pemilu ini biayanya sangat tinggi.
Predikat sengkuni dan tidak etis, tidak bisa membalas budi terus diumbar, dan ditujukan pada Anis, yang kelihatan terus menyerang Ketika debat ketiga itu, sehingga emosi public terbangun, maka
Sesungguhnya, Anies Baswedan memberikan nilai tambah dari permainan politik cantiknya dalam debat. Paslon 1 mampu mengangkat Prabowo dengan 'permainan politik itu, Prabowo kelihatan dizalimi, kini, banyak  anggota  masyarakat berkomentar, mereka siap-siap mencoblos paslon 2 dengan suka rela.  Sampai di situ, sesungguhnya, Anies telah membalas budi baik Prabowo atas 'penjualan tanahnya, untuk biayai  agar Anies, dapat menjadi Gubernur Jakarta, seperti banyak di suarakan di Tik-tok. Tentu ini politik Bung! jalan politik memang  penuh liku.
Teman saya berkata, di Bale bengong itu, namanya made,  karena dia selalu menelaah, kata Prabowo nampaknya, made lebih memihak pada  kata Prabowo, "kalau engkau dihina, sejatinya engkau diperhitungkan, begitu Prabowo mengulang pesan gurunya. Ya... wajar lah made  ini sangat tersentuh 'penampilan Prabowo, yang terus diserang oleh kedua kandidat.Â
Diterminal itu , Â Sean O'Casey , seniman asal Irlandia pernah berucap, Politik? Saya tidak tahu mengapa, tapi mereka tampaknya memiliki kecenderungan memecah belah kita, memisahkan kita satu sama lain, sementara alam selalu merupakan usaha menyatukan kita bersama-sama. Itu sebabnya setiap kehadiran pemilu, hadir kita saling berkompetisi, dan kita saling berpisah, yang kemudian selanjutnya bertemu lagi. Artinya tak perlu lama-lama, adu gagasan yang penting.
Diterminal itu, debat politik, peluru debat yang dilemparkan para kandidat adalah sebuah fenomena yang hendak digarap dengan frasa dinamis, yakni dalil, "politik pasca-kebenaran" secara akademis, Politik adalah strategi untuk meraih kekuasaan, dengan memiliki kekuasaan dia akan memperjuangkan 'ideologinya dalam memajukan negara, sejatinya tidak ada yang salah.
Sengkuni merupakan paman dari para Korawa yakni dari pihak ibu. Ia merupakan paman para Korawa yakni dari pihak ibu. Sengkuni dengan perawakan tegap dan rambut sebahunya yang dikuncir ke belakang terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Korawa agar memusuhi Pandawa.
Ketiak dibilang Sengkuni politik, maka kita harus mencerna kata-kata Niccolo Machiavelli, yaitu " Â Kami bekerja dalam kegelapan, untuk melayani cahaya." , Post Truth adalah selalu menjadi alat pembenaran untuk itu.
Itu sebabnya, menarik memang menyimak pesan Bapak bangsa  Gus Dur, " Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian. Hidup ini sementara.Â
Dalam mempertahankan mati-matian kekuasaan, perlu perubahan, seperti yang dikatakan Machiavelli , Singa tidak bisa melindungi dirinya dari perangkap, dan rubah tidak bisa membela diri dari serigala. Karena itu seseorang harus menjadi rubah untuk mengenali perangkap, dan singa untuk menakuti serigala."
Kalau begitu, semua yang mendorong anggota keluarganya untuk berkuasa, dapatkah disebut Sengkuni,? Bisa jadi ya. Kalau kekuasaan yang dia dapatkan itu dengan, cara-cara licik, memfitnah dan politik uang. Moga bermanfaat*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H