Lebih-lebih untuk menyiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045. Dimana Indonesia itu, mengalami bonus demografi. sGuru harus mampu menyampaikan materi sealami dan senyaman mungkin bagi siswa, agar siswa tidak frustasi karena tidak segera mengerti tentang apa yang dibahas oleh guru. Di sini muncullah joyful and meaningful teaching. Sebuah pembelajaran idealnya menyenangkan dan penuh makna. Guru memiliki peran besar di sini.
Dari sini Ganjar mengetahui bahwa belajar menyenangkan adalah yang paling baik, diantara metode yang ada, Upaya baru-baru ini untuk mendefinisikan kualitas praktik pengajaran yang efektif tidak banyak berhasil menangkap peran permainan, imajinasi, dan kreativitas dalam pengajaran di kelas. Berdasarkan teori permainan dan data dari studi kasus selama dua tahun yang mencakup observasi kelas, wawancara, pengumpulan artefak, dan survei, penulis meneliti cara-cara di mana elemen permainan hadir dalam praktik delapan guru kelas menengah pemula.
Berdasarkan contoh-contoh permainan di ruang kelas ini, penulis mengusulkan untuk menambahkan dimensi permainan ke dalam kerangka pengajaran kelas menengah---sebuah dimensi yang mencakup keterlibatan remaja muda dalam pekerjaan kelas yang melibatkan pilihan dan pengarahan diri sendiri, kreasi imajinatif, dan keadaan tanpa tekanan. kepentingan dan kegembiraan.
Nampaknya ganjar memahami bahwa, Tujuan strategi pembelajaran joyful learning dikemukakan oleh Rusman, yakni agar peserta didik memiliki motivasi yang kuat dalam pembelajaran karena pembelajaran diselengggarakan secara nyaman dan menyenangkan dengan melibatkan peserta didik baik fisik maupun psikis. Dalam hal ini guru perlu menciptakan kondisi pembelajaran yang sesuai minat dan kecerdasan peserta didik. Secara khusus tujuan pembelajaran yang menyenangkan adalah menggugah sepenuhnya kemampuan belajar dan memberikan sumbangan sepenuhnya bagi kebahagiaan, kompetensi, kecerdasan dan keberhasilan mereka sebagai peserta didik. Selain daripada itu, Uno mengemukakan bahwa tujuan strategi pembelajaran joyful learning adalah agar guru dapat memunculkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik sehingga dapat mengembalikan fungsi proses pembelajaran ke fitrah awalnya, yakni membangkitkan potensi peserta didik melalui transfer ilmu pengetahuan yang tidak bersifat indoktriner dengan guru sebagai fasilitatornya.
Mengerahkan Guru untuk mengajar menyenangkan Di kelasÂ
Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan nasional yaitu mnenciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Oleh karena itu profesi guru harus dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi tertentu agar mampu mendidik anak didiknya dengan baik. Menurut UU No.14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Setidaknya ada empat cara untuk memunculkan pembelajaran menyenangkan di ruang belajar. Kolaborasi dengan guruTentunya agar suasana di sekolah nyaman bagi semua pihak, kita bisa berkolaborasi dengan guru lain dalam menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan.Â
Ada beberapa strategi  untuk  belajar menyenangkan dapat ditempuh sebagai berikut :Â
1. Menemukan Hal Baru Bersama Dalam Belajar
Ketika ada persolan, guru Bersama siswa Bersama-sama siswa mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang lebih interaktif, Misalnya mulai dengan dengan mengubah posisi tempat duduk di kelas. Dari awal semua tempat duduk siswa menghadap ke depan kelas, kita dapat menggeser tempat duduk tersebut menjadi lingkaran besar dengan ruang kosong di tengahnya. Guru wajib dengan kiat pendekatan humanistic bisa melakukan berbagai penggalian ide-ide cara mengajar lain yang menyenangkan dan tidak membosankan, tidak hanya sekadar mengubah susunan tempat duduk siswa di kelas.
2. Guru harus mampu membangkitkan Minat dan Antusiasme Belajar Siswa