Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prabu Salya dan Politik Meja Makan

20 Agustus 2023   21:59 Diperbarui: 21 Agustus 2023   07:21 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabu Salya (Dok. FB-Bambwp)

Salya melanjutkan, "walaupun dalam perang, kita tidak boleh lupa anakku tentang nilai penyemat  kehidupan, untuk perjalanan ke alam lain. Dalam hal ini, ada tiga langkah utama yang akan membawa kita pada pengetahuan tentang apa yang harus diketahui. Ada kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan sekali lagi: Apa yang harus kita lupakan? Apa yang harus kita ketahui? Apa yang harus kita capai? Jawabannya, kita harus melupakan aspek jiva. Kita harus tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Kita harus mencapai Ketuhanan. Tiga aspek inilah yang dijelaskan kepada kita dengan tiga kata jiva, Easwara dan Prakruthi. Untuk memampukan kita dan memberi tahu kita serta memahami aspek dan atribut dari ketiganya itulah kitab suci anakku.

 Anakku Nakula, ketahuilah, Apa yang disebut Beautika mengacu pada aspek tubuh, apa yang disebut Daivika mengacu pada aspek Atma atau jiwa dan apa yang disebut Adhyatmika mengacu pada aspek jiva. Apa yang berhubungan dengan jiwa bertanggung jawab atas perbudakan. Yang berhubungan dengan Atma adalah untuk melepaskan segala sesuatu yang bersifat belenggu. Jiva Thathwa mengikat dirinya sendiri sedangkan Atma Tatwa melepaskan segalanya. Atma Thathwa (pengetahuan tentang atma)  harus menjadi landasan kita.

Dirimu itu sejatinya, bukan satu orang tetapi tiga, yaitu, yang Anda pikirkan tentang Anda, yang menurut orang lain tentang Anda, dan diri Anda yang sebenarnya. Jika kita mampu mengarahkan hidup kita, dengan mengingat ketiga aspek ini, maka Atma Tatwa dapat masuk ke dalam hidup kita sampai taraf tertentu

Kita, pada gilirannya, membuat diri kita terikat pada gagasan material dan mendorong diri kita menjauh dari jalan spiritual. Sangat mudah untuk mengusir orang, tetapi sangat sulit untuk memimpin dan membuat mereka mengikuti dirimu

Nakula bertanya lagi,  kami Pandawa akan berperang melawan paman? Apa yang akan terjadi Ketika Aku berhadapan dengan Paman?

Anakku, Nakula, engkau akan tetap menang, dan  sebentar lagi aku akan berikan rahasia bagaimana aku bisa engkau kalahkan. Namun setelah kamu menang, ajaran ku ini, belum ada yang aku berikan, hanya padamulah aku berikan prinsip-prinsip hidup ini untuk engkau terus dalam mengisi kemenangan itu.

Mendengar itu Nakula berbinar dia mulai tampak tidak murung. Lalu Prabu Salya melanjutkan " Nakula perlu engkau campakan,   setiap individu bahwa itu adalah cara dunia orang mengejar kekayaan, setelah biji-bijian makanan, setelah logam mulia seperti perak dan emas, dan sebagainya. Tapi sungguh, ini bukan kekayaan kita, ini bukan kebahagiaan kita dan ini bukan hal-hal yang harus dianggap menandakan kemakmuran kita.

Nakula, Tingkah laku kita yang baik adalah kekayaan sejati kita. Pengetahuan Ilahi adalah kekayaan sejati yang harus kita miliki. Tindakan yang tepat dan perilaku yang tepat adalah kemakmuran kita. Hanya ketika engkau  menyadari bahwa sifat-sifat baik ini adalah apa yang harus kami peroleh sebagai kekayaan kamu dan bukan kesenangan duniawi, Perlu engkau sadari bahwa,  bahwa di antara semua makhluk , terlahir sebagai manusia sangatlah sulit. Oleh karena itu, Anda harus memberikan perhatian yang besar untuk mengembangkan tingkah laku yang baik dan perilaku yang baik sepanjang hidup Anda. Bisa tidur, bisa makan dan merasa takut bila ada rasa takut adalah hal yang biasa bagi manusia dan hewan. Kualitas-kualitas ini tidak membedakan manusia dari binatang. Ciri pembeda satu-satunya yang menandai manusia adalah ia memiliki kecerdasan atau buddhi; dan jika manusia tidak menggunakan kecerdasannya dengan benar, dia sama seperti binatang.

Atas pemaknaan itulah aku ada di Kurawa namun hatiku ada di Pandawa. Aku rela bersekutu dengan Kurawa agar Kurawa  memiliki semangat untuk berperang, dan kemudian dapat engkau kalahkan.

 Anakku, berangkatlah perang, aku akan mengeluarkan, kesaktianmu, Salya maju perang menggunakan senjata Rudrarohastra atau cakrabirawa. Muncul raksasa-raksasa kerdil namun sangat ganas yang jika dilukai justru bertambah banyak. Salya pun dengan jujur mengatakan,  Cakrabirawa ini hanya bisa ditaklukkan dengan jiwa yang suci. Anakku mintalah kamu  Yudistira yang terkenal berhati suci untuk maju menghadapi Aku., Ingat anakku, Ketika aku marah,  jangan diperhatikan , dan jangan di lawan , karena dengan demikian, Cakrabirawa  akan menyusut dengan sendirinya, pada saat itu panggil Yudistira untuk mengeluarkan  melepaskan pusaka Kalimahosaddha ke arah ku maka senjata itu akan membunuhku. Nakula menitikkan air mata yang deras membasahi pipi. Paman  engkau rela mati demi menyelamatkan diri kami, betapa agung  sifatmu. Prabu Salya tersenyum. Nakula kemudian  memeluk pamannya,  pelukan terakhir ke paman yang menyayanginya.******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun