Keraguan dan kembimbangan Prabu Salya, yang membuatnya menderita selama perang Baratayuda, Salya harus berhadapan dengan Pandawa, yang tiada lain adalah keponakannya sendiri.
Salya kemudian menemui para keponakannya, yaitu Pandawa Lima untuk memberi tahu bahwa dalam perang kelak, dirinya harus berada di pihak musuh. Para Pandawa terkejut dan sedih mendengarnya. Namun Salya menghibur Pandawa akan tetap jaya dalam peperangan..
*****
Tengah malam di hari ke tujuh belas perang Mahabarata itu Nakula diutus untuk bertemu dengan Prabu Salya. Nakula adikku, datanglah temui Prabu Salya, pamanmu, dia sangat sayang padamu, dari pada besok engkau dibunuh, lebih baik mintalah engkau dibunuh malam  ini, pesan Krishna.  Nakula mengangguk, tanda paham.
Dalam keremangan malam yang hanya ditemani kerlipan bintang dan cahaya remang bulan sabit, dia berjalan mengendap-mengendap menyusuri pinggiran  Kurusetra itu,  menuju tempat penginapan Prabu Salya.
Sesampai di tenda itu, dia mengucapkan salam, Paman besok engkau menjadi Senapati Kurawa. Aku tidak mengerti mengapa hidup ini seperti ini. Dunia tidak mengizinkan kita selalu Bersama denganmu. Kata Nakula.
 Nakula kemudian melanjutkan pembicaraannya, Paman, Ketika engkau ada di pihak Korawa, aku seperti saudara tiri dengan kakakku di Pandawa, aku sedih akan keadaan ini?  Oleh karena itu bunuhlah aku sekarang,  dari pada aku engkau bunuhku  di Medan kuru kestra, Paman.
Salya berkata, anakku Nakula, yang aku sayangi lebih dari  semua anak-anakku,mengapa demikian?  Engkau kehilangan ayah Ketika engkau masih kecil, aku sangat menyadari kekecewaan ini. Namun ketahuilah Jiwa raga tinggal di dunia bersifat sementara. Tuhan bersemayam di dalam hati. Selalu ada interaksi yang berlangsung antara yang satu dengan yang lainnya. Orang menangis ketika mereka dilahirkan. Orang-orang menangis ketika mereka mati. Menyadari ini,  Aku sebagai pamanmu bisa menerima , takdir-takdir ini, aku ikhlaskan semuanya.
 Prabu Salya menambahkan, aku menyadari, engkau menangis atau orang kebanyakan menangis bahkan antara kelahiran dan kematian untuk berbagai hal. Namun, kita harus bertanya, apakah orang menangis untuk mendapatkan pengetahuan sejati tentang yang tertinggi? Apakah mereka menangis untuk kasih karunia Tuhan? Apakah mereka menangis untuk memahami dan menyadari Tuhan?  Pertanyaan yang dalam terlontar  dari bibir Prabu salya. Suasana menjadi hening.
Nakula berkata, aku kurang paham Paman, apa yang paman maksudkan itu? Kini suasana bukan untuk pembelajaran filsafat, saat ini adalah perang, antara  mati dan hidup, kita membunuh atau dibunuh, Paman.
Nakula anakku, Â perlu engkau pahami dengan hati-hati, bahwa Dalam hidup, adalah keinginan setiap manusia untuk menikmati kedamaian dan kebahagiaan., untuk mencapai itu dualisme suka duka selalu berdampingan. Tapi apakah kita sudah berusaha untuk mengetahui alasan sebenarnya dari kurangnya kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup kita? Ketiadaan kedamaian dan ketiadaan kebahagiaan seperti itu hanya dapat dihilangkan ketika kita mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui, ketika kita melupakan apa yang seharusnya kita lupakan, ketika kita mencapai tujuan yang seharusnya kita capai. Â Kata Salya tak pernah berhenti.