Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Insulting Politicians Menyerang Presiden Jokowi?

5 Agustus 2023   01:09 Diperbarui: 5 Agustus 2023   01:20 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok FB-Jokowi Untuk Indonesia)

Politik selalu menjadi arena perdebatan sengit. Pertukaran verbal yang jenaka, tajam, ironis, dan seringkali pedas adalah bagian dari wacana yang mendefinisikan persaingan politik dan menggambarkan hubungan kekuasaan antara aktor politik. Disini politik adalah seni mencari masalah. 

 Pada saat yang sama, pertukaran semacam itu seringkali memberikan sinyal tentang apa yang diperbolehkan dalam wacana publik. Oleh karena itu, pilihan kata-kata seorang politisi dapat menahan dan mendamaikan, karena dapat menyebarkan perpecahan dan meningkatkan status ofensif dari yang tidak dapat diterima menjadi rutin dan biasa. Begitulah seharusnya seorang politikus, tulis Yannis Theocharis et al., (2020) , dalam sebuah artikel bertajuk " The Dynamics of Political Incivility on Twitter". Dunia maya menyediakan beragam platform untuk  memungkinkan melakukan perdebatan politik.

Dalam memaknai itulah, saya  berusaha menganalisis sepak terjang   Rocky Gerung  yang rajin  melemparkan amunisi  berat, sinis dan nyinyir dengan bahasa pedas,  dengan menyebut Presiden Joko Widodo "bajingan tolol".  Sebuah predikat yang luar biasa berani dan nampak kurang ajar  dalam tatanan adat ketimuran , yang menjunjung sopan santun dan keadaban itu , banyak yang kaget kaget, resah dan tidak bisa menerima , bak petir di siang bolong. Apakah  seorang  Rocky Gerung  ingin menyadarkan 'kita  semua akan sosok  Jokowi yang dicintai itu, apakah kita benar-benar memiliki ikatan kohesivitas yang tinggi cinta padanya, atau  cinta yang mudah luntur bak istana pasir, hilang sekejap dengan datangnya ombak besar? Entahlah.

Yang pasti, perasaan  rakyat yang mencintai presiden tentu panas, kaget,  atas  ujaran-ujaran yang tak elok seakan mengalir tanpa rasa malu,   dan  beberapa elemen masyarakat ' pun banyak melaporkan Rocky  ke pihak  kepolisian 

Rocky Gerung, telah memahami benar bahwa politik harus beroperasi di arena di mana bahasa dan argumentasi yang sangat tajam,  harus diciptakan dan sehingga   orang akan berharap bahwa politisi tidak akan terkejut dengan (dan tahan terhadap) hasil dari kapasitas publik yang baru diperoleh untuk menangani mereka secara langsung melalui saluran media baru, seperti melalui platform microblogging., Twitter atau Tiktok, dan Rocky menggunakan Youtube.

Kejelian Rocky, ingin memancing dan membuktikan apakah Presiden Jokowi itu memang tulus dicintai oleh rakyat dan orang-orang partai yang mengusung dan koalisi yang ada selama ini. Mengapa demikian? Betapapun tingginya persetujuan public pada  seorang politisi, bukan rahasia lagi bahwa warga negara bersikap sinis terhadap politisi, Ketika mereka tidak setia pada janji-janji yang diucapkannya. (Hay, 2007).

Dalam hal ini saya setuju dengan ucapan Oscar Ameringer ((1870 - 1943) " Politik adalah seni halus mendapatkan suara dari orang miskin dan dana kampanye dari orang kaya, dengan menjanjikan perlindungan i satu dari yang lain. Lebih-lebih kini mendekati tahun politik, dan pemilu membutuhkan suara rakyat, hentakan-hentakan ke publik akan semakin sering kita saksikan. Disinilah dibutuhkan keahlian  untuk menerapkan strategi baru.

Di terminal itu, bagaimanapun, partai adalah institusi demokrasi yang cenderung paling tidak dipercaya dibandingkan dengan yang lainnya, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat (Capella & Jamieson, 1997; Torcal & Montero, 2006). Dengan demikian, platform anonim untuk komunikasi langsung dan terlihat secara publik dengan perwakilan seseorang dapat menjadi saluran alami bagi warga negara untuk mengomunikasikan sebagian dari rasa frustrasi ini dalam bentuk komentar yang memanas, termasuk komentar yang mendekati caci maki.

Kalimat- kalimat yang keluar dari mulut mulut Rocky Gerung  selalu membuat hati panas,tolol, bajingan, dan yang lain  banyak yang kaget  ketiga demonstrasi  menolak UU Kesejatan beberapa waktu lalu, ada kata bangsat' ditujukan kepada menteri kesehatan, oleh demonstran yang nota bene kumpulan para dokter. Sungguh menarik bahwa politik  caci maki menjadi kebutuhan untuk menyampaikan pesan.

 Sebuah  etika politik baru nampaknya semakin menguat  terjadi di alam demokrasi kita, yakni  insulting politicians,  meminjam istilah yang terus beredar di dunia gital,oleh  Francesca D'Errico   ddk  dalam artikel ilmiahnya yang berjudul " Aggressive Language And Insults In Digital Political Participation"Insulting politician adalah sebuah  model penyajian  sosio-kognitif diskredit dalam komunikasi politik yang  berfokus pada bahasa agresif dalam web untuk menganalisis berbagai jenis tindak tutur seperti hinaan dan komentar evaluatif, yang terus berbiak di negara yang sedang tumbuh demokrasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun