Ketika itu, saya ingat di sudut gang kecil, kami tinggal berdua, di Bilangan Pelesiran dekat Cihampelas, Bandung. Sore menjelang malam, udara dingin kota kembang itu seakan menusuk kulit , walau perumahan padat masih menyisakan keramahan yang dalam, dan di hujung jalan 'berderet " toko pakaian, yang dikenal 'jean Cihampelas.
Tempat mondok kost-kost itu menjelang Natal memang agak ramai, maklum penghuni sebagian besar disebelah rumah ' orang merayakannya. Pak de, begitu panggilannya, Beliau selalu ingat kami, sehingga kiriman kue natal selalu saja mampir ke rumah, ikut bahagia atas hadirnya Hari raya itu.
Setelah berpisah , puluhan tahun, Anak Pak De, bertemu secara kebetulan di jalan besar, dia menyapa ramah, tentu menanyakan teman saya yang saya ajak tinggal, Saya bilang Nyoman yang satu lagi itu, sudah pergi mendahului, anak -anak bapak de, itu kelihatan kaget, atas berpulangnya teman saya itu. Saya disebut Nyoman kecil, karena tubuh saya pendek dan memang kecil, sedangkan Nyoman satu lagi disebut Nyomen Gede, karena memang tubuhnya tinggi dan besar.
Dari kisah itu, ada nilai bahwa walau tak pernah bersua lagi dalam rentang waktu yang lama. Namun kadang sang waktu selalu membuat kita bisa bertemu lagi, walau hanya sebentar, moga semuanya bisa berjalan dengan lancar, kerinduan membuat kita melayang, memberikan makna ke angkasa biru, alam semesta sekan mensintesis waktu, sehingga bisa ada ruang dan waktu untuk bertemu, Ya sebuah keindahan tampak dalam wajah. yang sedang rindu.
Saya ingat aktivitas pak De itu, beliau rajin menanam bunga di halaman rumahnya, sering menyapa dan berdiskusi. tak hayal, kumbah dan lebih selalu ramai berkunjung ke taman rumahnya. Kami selalu diajak ngobrol diskusi, tentu dengan nasihat , semangat, tempat kost itu jarang yang gagal kuliah.
Suara seekor kumbang betina mendengung , sudah biasa diamati, itu semua sebagai tanda cintanya menanti sang pujaan hati, diantara kembang aneka warna ditaman, disanalah dia bersembunyi dalam bahasa cinta.
Saya jadi ingat teman yang sudah pergi, walau begitu, Engkau juga seakan hadir dengan seribu kisah yang dalam.
Pak De, berkata di saat diskusi, "Cinta tumbuh subur ketika kesalahan dimaafkan, tetapi terus memikirkannya akan memisahkan teman dekat. Sebuah nasihat hati yang dalam.
Pada belalang malam, suaranya menyiratkan kemerduan yang tak pernah sepi, amat romantis, dia pergi bersama angin di musim hujan. Demikian juga cinta sejati adalah bahasa yang selalu menjadi tanda kehidupan manusia, dan kita berdiri seakan menyiratkan pesan itu, "
Disana saya mendapatkan pemaknaan baru tentang hakikat cinta yang sesungguhnya terjadi. Bahwa tuhan adalah sumber kasih dan cinta sejati, seakan berpendar, bahwa Cinta yang sejati, cinta yang ketika kita kira sudah pergi, ternyata cuma bersembunyi, menunggu waktu untuk kembali lagi." Cinta sejati serupa api abadi. Selalu terbakar, tak pernah sakit, tak pernah tua, tak pernah mati.
Tak pernah pula berpaling. bak matahari pagi selalu siap terbit entah diminta atau tidak, karena ingin membahagiakan dan membangunkan seluruh insan yang masih terlelap tidur, untuk bangun, bahwa hidup harus bekerja.
Lalu, pengalaman saya menemukan, bisikan indah angin selatan, seakan berjurai dengan sebuah isyarat puitis yang selalu hadir mengukir kalbu, "Keindahan sejati terletak pada keserasian spiritual yang diberi nama cinta. Yang dapat bersarang di antara seorang lelaki dan seorang wanita."Keterpaduannya, membuat hati ini bangkit menggelora diantara ribuan tantangan.
Cinta sejati selalu datang pada orang-orang yang berharap berjumpa padanya dan tak pernah berputus asa." "Ketika diri kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan memberikan semua yang diri kita bisa dan tidak pernah mengharapkan balasan.
Cinta sejati bukan tanpa masalah, ia memiliki banyak rintangan, cinta sejati mampu melalui semuanya dan tampil bahagia dengan seseorang di sisi lain.
Mentari sore hari menjelang petang dengan kekudusan makna yang selalu berhembus dalam kegelapan malam. Nuansa hari raya seakan membawa kita pada kegembiraan yang sama.
Pak De mengutip kata bijak, untuk menasehati kami, Kamu mencuri hatiku, tapi aku akan membiarkanmu menyimpannya." Aku mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu karena hidupku menjadi lebih baik sejak aku menemukanmu." Jika kamu membuat anak laki-laki tertawa, dia menyukaimu. Tapi, jika kamu bisa membuatnya menangis, dia sangat mencintaimu." Dengan senyum merekah Pak De mengakhiri diskusi itu
Mas Nyoman berdua kami akan berangkat, Kudengar teman-teman kostku berbicara. Cinta yang sejati di malam yang kudus ini aku rasakan, cinta nya selalu membuat kita bahagia, karena Dia akan menyelamatkan kita, dia berkorban karena cintanya pada kita, itulah junjungan, sang Juru selamat, yang namanya selalu terukir dengan dengan indah di hatiku.
Dia tersenyum bahagia menatap kami dengan memberikan bungkusan makanan kesukaan kami, Aku Ke Gereja dahulu, aku ingin mengucapkan "atas pengorbananNya, untuk mengatasi kesusahan umat manusia, katanya pelan.
Pak De berkata mengutifp sebuah kata bijak, "Bersabarlah dan saling memaafkan jika ada di antara kalian yang memiliki keluhan terhadap seseorang. Ampunilah seperti Tuhan mengampunimu. Jangan menghakimi dan kamu tidak akan dihakimi. Jangan mengutuk dan kamu tidak akan dihukum. Ampunilah, dan kamu akan diampuni
Saya mengangguk, "Selamat Natal, bagi teman-teman yang merayakannya, Moga Tuhan memberikan rahmat-Nya  untuk  kita semuanya, salam penuh  kasih****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H