Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelisik Pemikiran Machiavelli dan Pilpres 2024

30 Oktober 2022   22:08 Diperbarui: 30 Oktober 2022   22:40 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENELISIK PEMIKIRAN MACHIAVELLI DAN PILPRES 2024

Memasuki tahun politik,pemilihan presiden dan wakil rakyat tahun 2024, semakin seru, sebab banyak kepentingan akan berusaha untuk saling berebut dan memenangkan kekuasaan itu. Pilpres 2024, menyedot banyak perhatian pengamat , politikus dan masyarakat. Konsumsi politik memang sangat menarik ' di Indonesia" dia hadir,  dan kerap  menjadi  hiburan masyarakat.

Oleh sebab itu, berpolitik adalah berkesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk sadar akan sejarah dan masa depan bangsa dan negara. Bukan sekedar ajang mengerahkan massa demi mencari jabatan melalui proses pemilihan umum.

Dalam konteks sejarah, kesadaran berbangsa kita perlu dibangun dengan mengingat besarnya pengorbanan para pendiri (founding fathers) bangsa ini dalam meraih kemerdekaan. Bahkan bukan hanya pengorbanan yang besar mereka tapi juga ide-ide besar, cita-cita besar untuk bangsa ini. Inilah kesadaran yang mulai dilupakan.

Itulah risalah, yang disampaikan teman saya, di balai bengong yang berdiri kokoh di depan perumahan kami.

Teman saya berkata lagi, kekuasaan menjadi tujuan akhir berpolitik, dia mengutip kata-kata bijak Plato, Jika Anda harus melanggar hukum, lakukanlah untuk merampas kekuasaan yang korup; untuk kasus-kasus lain pelajarilah lebih dulu.

Dengan semangat yang berapi-api, dia juga menyebutkan, "Indikator yang harus dipegang, apakah kekuasaan pemimpin saat ini korupsi?, kalau ya, menurut Plato, pelanggaran hukum bisa ditoleransi. 

Namun Korup atau tidak harus dilakukan berdasarkan pembuktian hukum di pengadilan. Itu sebabnya, hukuman utama yang akan diatur oleh seseorang buruk jika seorang manusia tidak ingin dirinya memegang jabatan dan kekuasaan.namun pernyataan terakhir itu, memang sulit ditemukan saat ini.

Teman yang lain, berkata bahwa, memang tak lepas dari kajian politik, dalam teori kecepatan reaksi terbentuknya " suatu senyawa, maka terjadi tumbukan, pengadukan dan persentuhan dengan permukaan yang luas, dan suhu, keempat fator itu menyebabkan segera terbentuk  suatu senyawa  dalam bentuknya  yang ideal "negara yang maju adil dan makmur, yang Bernama Indonesia. Lalu, mengapa itu harus ditakutkan. Siapapun memimpin, jika diawasi dan koridor pelaksanaannya sesuai dengan amanah kebijakan politik , maka berjalan seperti biasa , damai dan tak perlu dikhawatirkan.

Teman saya agung, dengan sigap membantahnya, Pada tahap itu, maka berlaku teori politik Socrates, tes, Socrates memiliki kepribadian sebagai seorang teoritikus politik yang berupaya jujur, adil dan rasional dalam hidup kemasyarakatan dan mengembangkan teori politik yang radikal. Namun keinginan dan kecenderungan politik Socrates sebagai teoritikus politik membawa kematian melalui hukuman mati oleh Mahkamah Rakyat (MR).

Metode Socrates yang berbentuk "Maieutik" dan mengembangkan metode induksi dan definisi. Pada sisi lain Socrates memaparkan etika yang berintikan budi yakni orang tahu tentang kehidupan dan pengetahuan yang luas. Dan pada akhirnya akan menumbuhkan rasa nasionalisme sebagai wujud teori politik Socrates.

Saat ini  menjelang tahun politik pilpres 2024, banyak yang melihat dan menciptakan  peluang untuk menarik sang rakyat, seperti main catur, melihat Langkah awal, lalu mengatur strategi lalu mengambil ancang-ancang menyerang. 

Namun, tak sedikit , yang  menggunakan teori  politik Machiavelli, begitulah teman saya berargumen dia mengomentari gejala-gejala -gejala itu semakin menguat dengan terminology baru "politik identitas. Teman saya memang sedikit nyeleneh dalam berkomentar. Saya menghargainya karena ' kita berada di negara demokrasi.

Teman saya ini,  ingat  betul pelajaran sejarah Ketika SMP dahulu, kami memiliki guru sejarah yang sangat detil  tentang  sejarah Eropa. Kebetulan kami satu sekolah, saya berbeda kelas dengan teman saya  itu, namun guru sejarah saya sama.

Teman say aitu  berkata, tentu berdasarkan ilmu yang diberikan oleh guru sejarah kami, Menurut Machiavelli bentuk negara meliputi negara republik dan monarki. Selanjutnya Monarki dibagi atas dua yaitu Monarki Warisan dan Monarki Baru. Tujuan negara yaitu memenuhi berbagai kebutuhan warga negara selama negara tidak dirugikan karena negara juga memiliki berbagai kepentingan dan kepentingan utama.

Apa Itu? tanya teman yang lain dengan nada serius

Dia menambahkan, kekuasaan negara merupakan alat yang harus digunakan untuk mengabdi pada kepentingan negara. Oleh karena itu sumber kekuasaan adalah negara. Dalam hal penyelenggaraan kekuasaan negara membutuhkan kekuasaan, wujud kekuasaan fisik, kualitas penguasa untuk mempertahankan kekuasaan negara, maka diperlukan militer. Penguasa yang ideal yaitu penguasa militer, hal ini digambarkan dalam teori politik dan etika Machiavelli sebagai dasar nasionalisme.

Namun, Menurut Machiavelli, tujuan selalu membenarkan cara---tidak peduli seberapa kejam, penuh perhitungan, atau tidak bermoral cara itu. Tony Soprano dan Shakespeare's Macbeth mungkin adalah karakter Machiavellian yang terkenal, tetapi pria yang namanya menginspirasi istilah itu, Niccolo Machiavelli, tidak beroperasi dengan buku aturan sinisnya sendiri. 

Sebaliknya, ketika Machiavelli menulis The Prince, pedomannya yang cerdik untuk berkuasa di abad ke-16, dia adalah seorang negarawan yang diasingkan yang mencari posisi di pemerintahan Florentine. Itu adalah harapannya bahwa penguasa yang kuat, seperti yang digariskan dalam tulisannya, dapat mengembalikan Florence ke kejayaannya.

Semua teman di bale bengong itu, bengong dan terus bertanya-tanya, tentang teori Machiavelli, itu, kita sepakat untuk Bersama menelisiknya.

Dia menjawab, Panduan Machiavelli menuju kekuasaan bersifat revolusioner karena menggambarkan bagaimana orang-orang kuat berhasil---seperti yang dia lihat---bukan seperti yang dibayangkan seorang pemimpin harus beroperasi.

Anda perlu tahu katanya, Sebelum pengasingannya, Machiavelli telah menavigasi lingkungan politik yang bergejolak di Italia abad ke-16 sebagai seorang negarawan. Ada perebutan kekuasaan yang konstan pada saat itu antara negara-kota Italia, Kekaisaran Romawi Suci, Prancis dan Spanyol.

Anda sangat jelas menceritakan Machiavelli, teol teruskan, kata teman yang lain.

Dia sambal mengisap rokok, lalu meneruskan kata-katanya, " Ketika para pemimpin dengan cepat naik dan turun, Machiavelli mengamati sifat-sifat yang, dia yakini, mendukung kekuatan dan pengaruh. 

Pada tahun 1513, setelah dikeluarkan dari dinas politik dengan pengambilalihan Florence oleh keluarga Medici, Machiavelli menulis garis besarnya tentang apa yang membuat seorang pemimpin yang efektif dalam The Prince' Tidak seperti pangeran bangsawan yang digambarkan dalam dongeng, seorang penguasa kerajaan yang sukses, seperti yang dijelaskan dalam tulisan-tulisan Machiavelli, brutal, penuh perhitungan dan, bila perlu, sama sekali tidak bermoral.

Apakah itu relevan di Indonesia saat ini? 

Aku pikir ya, katanya dengan tangkas, dia menjelaskan, Karena orang "cepat mengubah sifat mereka ketika mereka membayangkan mereka dapat meningkatkan nasib mereka," tulisnya, seorang pemimpin juga harus lihai. "Faktanya adalah bahwa seorang pria yang ingin bertindak bajik dalam segala hal pasti mengalami kesedihan di antara begitu banyak orang yang tidak bajik. 

Oleh karena itu, jika seorang pangeran ingin mempertahankan kekuasaannya, ia harus bersiap untuk tidak berbudi luhur, dan menggunakannya atau tidak sesuai kebutuhan." Mendengar ini semua yang mendengar nyengir kuda, "dengarkan dulu" kata teman saya itu.

Perlu anda ingat, Berpijak pada tulisan Machiavelli, sebagian besar filsuf politik telah mendefinisikan pemimpin yang baik sebagai orang yang rendah hati, bermoral dan jujur. Machiavelli melepaskan gagasan itu, dengan terus terang mengatakan, "Lebih baik ditakuti daripada dicintai, jika Anda tidak dapat memiliki keduanya." Semakin menarik memang penjelasannya.

Perlu disimak ya, katanya lagi, Kekejaman bisa lebih baik daripada kebaikan, ia juga berpendapat, dan menjelaskan bahwa "Membuat contoh dari satu atau dua pelaku lebih baik daripada terlalu berbelas kasihan, dan membiarkan kekacauan berkembang menjadi pembunuhan dan kekacauan yang mempengaruhi seluruh masyarakat." Menepati janji juga bisa berbahaya, katanya, karena "pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang tidak menepati janji akan mendapatkan yang lebih baik dari mereka yang melakukannya." Wah ini lah dasar pijakan para wakil rakyat dan pemimpin ingkar janji ya... tanya teman yang lain heran.

Teman saya menambahkan, bahwa, Selain itu, Machiavelli juga percaya bahwa ketika pemimpin tidak bermoral, penting bagi mereka untuk berpura-pura menjaga penampilan. "Seorang pangeran harus selalu terlihat sangat bermoral, meskipun sebenarnya tidak. 

Oleh sebab itu , para pemimpin tidak boleh mengandalkan keberuntungan, tulis Machiavelli, tetapi harus membentuk keberuntungan mereka sendiri, melalui karisma, kelicikan dan kekuatan. Seperti yang dilihat Machiavelli, ada dua variabel utama dalam hidup: keberuntungan dan kebajikan. Anda paham kata teman saya, kepada yang hadir di balai Bengong itu.

Anda perlu ingat dan tahu, bahwa Virt (not virtue) (bukan kebajikan) berarti keberanian, kekuatan dan kemampuan untuk memaksakan kehendaknya sendiri. Keberuntungan, seperti "sungai ganas" yang dapat membanjiri dan menghancurkan bumi, tetapi ketika tenang, para pemimpin dapat menggunakan kehendak bebas mereka untuk mempersiapkan dan menaklukkan sungai takdir yang ganas. Seorang pemimpin yang efektif, tulis Machiavelli, memaksimalkan kebajikan dan meminimalkan peran keberuntungan. Dengan cara ini, "keberuntungan berpihak pada yang berani."

Jelaskan kepada kami, benarkah Machiavelli menginspirasi kediktatoran? Tanya teman yang lain.

Teman saya tertawa, ketahuilah, Machiavelli tetap disalahkan karena menginspirasi Henry VIII untuk menentang paus dan merebut otoritas agama untuk dirinya sendiri. William Shakespeare mengutip Machiavelli sebagai "Machiavel pembunuh" di Henry VI, dan banyak karakternya akan mewujudkan sifat Machiavellian.

Lain lagi, Filsuf Edmund Burke akan menggambarkan Revolusi Perancis sebagai bukti dari "pepatah najis dari kebijakan Machiavellian." Pada abad ke-20, beberapa orang akan menunjuk Machiavelli sebagai memainkan peran dalam kebangkitan diktator seperti Adolf Hitler dan Joseph Stalin.

Begitu juga dengan Hitler menyimpan salinan The Prince di samping tempat tidurnya dan Stalin diketahui telah membaca dan memberi anotasi pada salinan bukunya. Para pemimpin bisnis telah melihat pekerjaan itu sebagai pendekatan kejam untuk maju, dan buku itu disebut "Alkitab Mafia" dengan para gangster, termasuk John Gotti, mengutip dari halaman-halamannya.

Dan ingat, Beberapa cendekiawan mempertanyakan apakah Machiavelli bermaksud agar pembaca menerima kata-katanya. Sebaliknya, mereka mengusulkan bahwa Pangeran sebenarnya adalah karya satir dan dimaksudkan sebagai peringatan tentang apa yang bisa terjadi jika kekuasaan dibiarkan.

Tetapi sebagian besar menganggapnya begitu saja sebagai cetak biru berdarah dingin tentang cara mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Francis Bacon, negarawan-ilmuwan-filsuf Inggris, termasuk di antara mereka yang menghargai refleksi jujur Machiavelli sejak awal, menulis pada tahun 1605, "Kami sangat terikat pada Machiavel dan orang lain yang menulis apa yang dilakukan manusia dan bukan apa yang harus mereka lakukan.

Benarkah Machiavelli mengajarkan seni perang? Tanya Agung teman yang terus dengan tekut mencatat penjelasan teman tadi.

Ya, Bertahun-tahun setelah menulis The Prince, Machiavelli menulis The Art of War, sebuah risalah yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang ahli militer dan warga. The Art of War membahas peran warga negara dalam mendukung dan menggunakan pasukan militer untuk keuntungan warga, peran pelatihan dan penggunaan artileri terbaik dalam melucuti senjata musuh. Menggambar pada tema yang iya perkenalkan di The Prince, Machiavelli juga mencatat bagaimana penipuan dan intrik adalah strategi militer yang berharga.

Perlu juga anda ketahui teman, kata teman saya, yakni, Salah satu model kehidupan nyata Machiavelli mengambil inspirasi dari ketika menulis Pangeran adalah Cesare Borgia, seorang pangeran kasar, brutal dan licik dari Negara Kepausan yang Machiavelli telah mengamati tangan pertama. 

Selama kunjungan dengan Borgia untuk membahas hubungan dengan Florence, Machiavelli menyaksikan Borgia memikat musuh-musuhnya ke kota Senigallia dengan hadiah dan janji persahabatan dan kemudian mereka semua dibunuh.

Pada akhirnya, bahkan Borgia akan menyerah pada nasib buruk ketika ayahnya, Paus Alexander VI, jatuh sakit dan meninggal. Borgia meninggal beberapa tahun setelah kematian ayahnya pada usia muda 32 tahun.Terlepas dari kematian dini Borgia, Machiavelli percaya bahwa pemimpin yang kuat seperti Borgia adalah apa yang dibutuhkan Florence untuk meningkatkan moral, menyatukan orang-orang, dan meningkatkan keunggulan negara kota ke kejayaannya.

Saya berikan beberapa kata-kata yang menginspirasi banyak orang dari Machiavelli antara lain (1) Metode pertama untuk memperkirakan kecerdasan seorang penguasa adalah dengan melihat orang-orang yang ada di sekitarnya. (2) Bukan gelar yang menghormati pria, tetapi pria yang menghormati gelar. (3) Siapa pun yang percaya bahwa kemajuan besar dan manfaat baru membuat pria melupakan cedera lama adalah keliru. (4) Benteng terbaik adalah ditemukan dalam cinta orang-orang, karena meskipun Anda mungkin memiliki benteng, mereka tidak akan menyelamatkan Anda jika Anda dibenci oleh orang-orang. (5) Di mana kemauannya besar, kesulitannya tidak akan besar. (6) Tidak ada cara lain untuk menjaga diri Anda dari sanjungan selain dengan membuat pria mengerti bahwa mengatakan yang sebenarnya tidak akan menyinggung Anda. (7) Setiap orang melihat seperti apa dirimu, hanya sedikit yang benar-benar tahu siapa dirimu."

Teman saya yang lain bertanya, lalu bagaimana akhir dari  prinsip Machiavelli ini? 

Teman say aini tersenyum, sambal berkata,   Machiavelli tidak akan menemukan sosok yang tepat untuk karyanya sebelum kematiannya dan Florence tidak dikembalikan ke kejayaannya di masa hidupnya. Prancis, kemudian Spanyol dan Austria, menginvasi Italia dan negara-kota yang bertikai tidak dapat mempertahankan diri, yang menyebabkan hampir 400 tahun dominasi oleh penguasa luar.

Akhirnya, The Prince diterbitkan pada tahun 1532, lima tahun setelah kematian Machiavelli. Selama berabad-abad berikutnya, prinsip-prinsip yang dianutnya akan memicu kemarahan serta kekaguman dan menjadikan Machiavelli sebagai pemikir politik yang kontroversial dan revolusioner.

Lalu, anda perlu tahu, kata teman saya mengakhiri, Pada tahun 1559, semua karya Machiavelli dimasukkan ke dalam "Indeks Buku Terlarang" gereja Katolik. Gereja Protestan yang baru dibentuk juga mengutuk The Prince, dan dilarang di Elizabethan Inggris. Meskipun demikian, buku itu dibaca secara luas, dan nama penulisnya menjadi identik dengan perilaku licik dan tidak bermoral.

Walaupun demikian, pemikiran Machiavelli, tetap menjadi salah satu jurus bagi mereka yang haus kekuasaan di setiap ajang, dan setiap kontestan pemilihan umum, namun harapan pilpres 2024, menjadi ajang adu program untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik dengan kuatan dalam diri bangs ini. Sebab, bangsa yang tidak percaya kepada kekuatannya sebagai suatu bangsa, maka bangsa itu tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka. Moga bermanfaat***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun