Temanku adalah orang yang selalu mengikuti  berita di media sosial,  beberapa hari yang lalu, dia kaget,  ketika Nasdem mencalonkan Anies Baswedan, menjadi calon presiden tahun 2024 dari partai itu.
Reaksi kekagetan  terjadi,  setelah  dia  mengikuti detik-detik pencalonan itu, dia tampak  gusar dan menunggu reaksi Ni Luh Djelantik , tokoh idolanya.  Ni Luh Djelantik kerap  menjadi penyalur aspirasi rakyat kecil.  Temanku itu memang salah satu pemujanya, sebab menurut dia, rakyat yang terabaikan, seolah mendapat ruang pada sosok desainer itu. Dari raut mukanya terlihat dia juga tak suka pencalonan itu.Â
Apa salahnya, Nasdem mencalonkan Anies, kata saya, menyela, itu khan wajar di negara demokrasi, semacam Indonesia ini? Siapapun berhak dan mencalonkan siapa? Aku menunggu reaksi " Ni Luh Djelantik, katanya, lalu diam, Tentang apa ?Tanya saya memotong, seolah kepo tentang maksudnya.
Ya.... Dia adalah kader Nasdem yang paling vokal di Bali, karena Ni Luh Djelantik, kerap menjadi penyambung aspirasi, Â dapat dikatakan penyambung lidah rakyat, menyuarakan apapun yang dianggap keliru, misalnya tentang turis asing yang berprilaku aneh di Bali, sebagai contoh, Ni Luh Djelantik langsung angkat bicara setelah akun Instagram @alina_yogi , misalnya, memposting aksi pemotretan yang dilakukan tanpa mengenakan baju. Padahal, menurut Ni Luh Djelantik tempat itu sangat disucikan di Bali, yakni diduga di wilayah Pura Babakan, Ubud.
Dia bergumam di akunnya, " Bali tidak perlu turis sampah!!! Kamu tahu pohon Kayu putih yang telah berusia 700 tahun ini terletak di belakang Pura Babakan ? Artinya apa? Pura ini masuk dalam lingkungan tempat suci dia angkat, Gubernur Bali bereaksi langsung " mendeportasi turis itu ke negara asalnya.
Hebat khan!,  katanya penuh senyum, Beberapa waktu berselang...Ya... kini aku sudah mendapat jawabannya Ni Luh Djelantik akhirnya " mengundurkan diri dari Partai Nasdem, artinya dia memang menepati janjinya, akan keluar dari Partai Nasdem itu kalau 'mencalonkan Anies Baswedan sebagai calon Presiden 2024, itu janjinya  dahulu, dan dicatat oleh pemujanya dimanapun berada. Dia satya wacana" setia akan janji yang diucapkan, dengan pengunduran itu.Â
Dia contoh politikus Wanita yang dimiliki Bali, janji tidak sebatas janji, namun melaksanakan dalam bentuk  satya wacana, setia akan ucapannya, contoh menarik, sebab politikus biasanya ngobral janji dan jarang ditepati. Namun Ni Luh Djelantik  melakukan apa yang menjadi ucapannya,  dan itu contoh orang yang berpolitik dengan prinsip, seperti kata Mahatma Gandhi" Tukasnya sedikit berfilsafat
Saya tersenyum, lalu berkata kepadanya, bukankah Mahatma Gandhi juga pernah berkata, begini, "Freedom is not worth having if it does not include the freedom to make mistakes"-Kebebasan tidak layak dimiliki jika itu tidak termasuk kebebasan untuk melakukan kesalahan-. Nasdem saat ini dimatamu , kalaupun itu engkau anggap sebagai kesalahan, nampaknya wajar 'demi sebuah kebebasan' Kebebasan menjadi kata kunci yang harus dihargai pada konteks ini".Zaman ini orang banyak berpraduga, dan berasumsi' menurut logikanya sendiri.
Kalaulah engkau tak setuju dengan Nasdem, jangan dipilih khan selesai, namun sebagai Partai, Surya Paloh berhak bermanuver, seperti yang banyak pimpinan partai  lain lakukan" potong saya.
Dia pun berkelit, mengutip kata-kata  bijak  yang lain " "I will not let anyone walk through my mind with their dirty feet"-Saya tidak akan membiarkan siapapun berjalan di pikiran saya dengan kaki kotor mereka- tukasnya lagi. Mungkin banyak Kader yang minggat dari Nasdem, karena banyak alasan , tidak seide dan juga tidak sehaluan karena Nasdem, mencalonkan "Anies Baswedan, karena Anies adalah pengusung politik identitas.
Demikian argumennya. Padahal identitas itu perlu, kataku memancing nya, Ketika kita sudah berkelompok dalam satu partai, bukankah terjadi  peleburan identitas individu, menjadi identitas kelompok, terbentuk persenyawaan baru identitas dan tidak ada lgi identitas individu.  Ketika Anies lebur dalam identitas kelompok Nasdem , maka dia pun harus menyukseskan 'identitas Nasdem, yakni Retorasi Indonesia"yang berarti "memulihkan Indonesia melalui pemulihan negara, pemulihan kehidupan rakyat, dan pemulihan kebijakan internasional sehingga akan tercapai Masyarakat Indonesia yang Merdeka Seutuhnya. Temanku terdiam, menerang,diskusi kami menjadi beku. Dia masih belum bisa menerima sepenuhnya.Â