Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pantai Tempat Berlabuh Hati Rindu

23 September 2022   05:50 Diperbarui: 23 September 2022   05:54 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinar mentari pagi beranjak menyingkap kabut tipis, gelora asa kembali bangkit, roda kehidupan berputar, nafas orang- orang menaik, sebagai katalis penyambung hidup.

Hidup itu hadir dengan riak teratur, seirama dengan nafas alam, cinta menjadi sebuah aktivitas penuh bermakna, menjaga harmoni.Sebuah pesan terus menghiang, bahwa Cinta hadir dengan aktivitas dialektika dengan beragam alasan untuk balik , walau kerap  kita sudah jauh bergerak melalang buwana. Cinta tak pernah redup 

Banyak orang lalu lalang pun bergelayut dalam riak hati yang semakin sunyi. Datang untuk menikmati sejumput kisah kehidupan yang terus bergulat delam selaksa pemberi kasih. Hadiah cinta yang paling disukai dijeda itu, bukanlah kemewahan materi, Melainkan sebentuk asa yang dibalut dengan kasih sayang yang tulus,  semua hadir seperti tumbuhan penuh kuncup.

Jalan lurus tepi pantai, tempat berlabuh, dan tidak hanya kapal, hati pun berlabuh dan mendarat dengan mesranya, untuk mengisi buih hati yang terus menepi. Disana bependar reaksi berantai pada wahana hati yang terus berbunga, maka, sebuah pesan datang dari angin yang bergerak lambat, Lebih mulia mencintai dan kehilangan, daripada engkau hadir tanpa pernah mencintai sama sekali, pesan itu menguat pada angin yang ku hirup.

Sabait puisi cinta terus bergelayut dalam buih-buih air pantai untuk membuatnya berseru dalam angan. Engkau kunanti di tepi jalan itu, untuk melepaskan rindu, karena engkau telah pergi... lama , karena tak bisa Kembali. Senadung irama lagu kehidupanmu yang aku dengar itu memang terasa manis dan menggugah , tapi yang tidak terdengar jauh lebih dari segala yang manis dan merdu, suasana itu sulit digambarkan sebab mengulasnya kata kata  tak pernah cukup. 

Deru dan desau angin selatan terus terdengar lamat-lamat, jiawa ingin melayang menantimu tak kunjung datang, Namun aku masih bertahan, sebab tak ada nita ku pergi tanpa bertemu sebentar dengan mu. Anganku melayang kepadapada Paras jelitamu terbayang menggoda sukma, membuat hatiku gugup.

Sketsa wajahmu Seakan menari-nari di pelupuk mata, untuk menunjukkan bahwa Kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita bisa mencintai dan dicintai. tergambar disana bahwa pipimu penuh kecup.

Engkau bersemayam di singgasana hati. Di tempay itu aku memberikan harapan yang pertama, engkau melayang keangkasa, Pantai yang permai, menjadi tempat yang selalu abadi dalam kenangan, itu hati bak perahu  yang terlangkup. 

Laksana sekuntum bunga di sudut taman hati, Engkau menjadi sang pujaan hati, yang senan tiasa kuimpikan alunan nafas hidup ini, tak ada kesempatan yang lepas pada dengan desahan nafas yang teak pernah pudar. Jantungku berdetak, Ketika rindu datang menyapa, Bayangmu seolah hadir menjelma Ingin kugapai dalam bunga mimpi, Agar bersua walau sebatas mimpi. Aku selalu berdoa, engkau Moga hadir dalam banyak mimpi-mimpiku, itu sudah lebih dari cukup

Aku berhenti di sudut jalan, menantimu telah lama, akhirnya engkau muncul juga dengan banyak senyum yang dalam, ku berjalan bersamamu, bulir pasir seakan berkata menyambutmu, Bagi dunia engkau mungkin satu orang, tetapi bagiku satu orang dirimu adalah duniaku yang luas.Disana hatih anya bisa menyungkup 

Dipantai yang ombaknya selalu hadir berbuih, Aku menatapmu dengan dalam, aku sadar bahwa kamu sempurna, dan aku mencintaimu. Lalu aku melihat bahwa kamu juga tidak sempurna dan aku bahkan lebih mencintaimu, disana hati selalu bersenandung dengan tulus, bagiku itu semuanya bukti engkau mulai memberikan kabar indah walau masih sayu-sayup.  *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun