Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tirta Empul Tampaksiring dan Tradisi Melukat di Keluarga Kami

29 Agustus 2022   21:07 Diperbarui: 29 Agustus 2022   21:26 2128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari minggu lalu (27 Agustus 2022), Kami bersama keluarga melukat ke Pura Tirta empul. Idenya muncul dari istri saya, agar anak-anak mendapat proses penyucian lahir dan bathin,  tentu, istri sibuk menyiapkan banten untuk keperluan melukat itu. 

Sesungguhnya, kegiatan ini sekaligus mengenalkan kepada anak-anak agar mereka memahami dan mengenal tempat suci, bersembahyang sambil berwisata, begitulah anak-anak memaknainya,

Pasalnya pura Tirta Empul di Tampaksiring adalah obyek wisata yang sangat diminati oleh turis domestik maupun mancanegara. Tempat sembahyang dan ada permandian , tempat melukat yang sangat indah.

Melukat dalam tradisi keluarga kami memang menarik, kalau ada yang sakit lama sembuhnya, pasti diadakan prosesi melukat. Selain itu kalau sering kena musibah entah kecelakaan atau cekcok dalam keluarga juga sama melukat. Atau lama merantau pulang ke desa, pasti disarankan untuk melukat oleh orang tua.

Dimana kita bisa  melukat ?  Melukat dapat dilaksnakan  di sumber air yang dianggap suci, atau ke Geria, tempat ida pedanda (rumah Ida pendeta Hindu), disana dengan membawa banten (sesajen), dilakukan puja mantra, maka proses melukat pun dilaksanakan setelah itu, dengan jalan mengguyur diri dengan air. Air itu kalau di rumah pendeta berisi bunga, kembang yang harum, biasanya ada "kukusan" disana dituangkan  tirta/ airnya , yang akan dilukat berada dibawahnya.

foto: dok. pribadi
foto: dok. pribadi

Lalu apa itu melukat? Melukat adalah sebuah upacara turun temurun yang dilakukan oleh umat Hindu. Upacara ini dipercaya sebagai sebuah pensucian secara rohani untuk menghilangkan pengaruh kotor atau klesa dalam diri. Melukat sendiri berasal dari akta Sulukat yang terdiri dari suku kata Su yang berarti baik dan lukat yang berarti pensucian.

Dalam pemimpin upacara Melukat berasal dari kata sulukat yakni su yang berarti baik dan lukat yang artinya pensucian. Upacara Melukat dipimpin oleh seorang pemangku. Sesajian seperti prascita dan bayuan yang disiapkan dengan diberikan mantra-mantra. Orang yang akan diupacarai akan dimantrai terlebih dahulu oleh pemangku. Setelah proses pemantraan selesai, orang yang akan diupacarai disiram dengan airkelapa gading. Setelah mandi air kelapa gading, ritual dilanjutkan dengan pemandian di danau, sungai, laut atau tempat pemandian yang diyakini membawa berkah. Upacara ini dilakukan pada saat bulan purnama, tilem, Kajeng Kliwon.

Upacara Melukat sering dilakukan beramai-ramai, misalnya oleh sekolah, jawatan, pemerintahan, atau masyarakat setempat. Upacara ini dilaksanakan di tempat bersejarah, di pura, tempat pemandian, dan laut yang ada di Bali.

Keluarga kami meyakin I bahwa Pengaruh tradisi melukatdi pada keluarga kami akan memberikan semacam kehidupan psiko-spiritual, dimana air yang sudah didoakan dengan lantunan puja dan mantra oleh Jero Mangku dan pendeta Hindu lainnya merupakan sarana utama dapat meningkatkan kekuatan (power) dan menetralisir energi menjadi positif, sehingga secara psikologi dapat menimbulkan rasa nyaman dan damai.

foto: dok. pribadi
foto: dok. pribadi

Melukat ke Tirta Empul Tampaksiring.

Melukat ke pura Tirta Empul itu membawa kesan tersendiri , saya Bersama keluarga dari kota Singaraja berjarak 74 Km itu berjalan pagi hari, sebab hari minggu biasanya banyak pengunjung datang untuk melukat sehingga bisa saja ngantre. Hantre di tempat pancoran air itu, bisa memakan waktu dua jam berenang pada kondisi air yang dingin, memang aga menyulitkan. Hal ini dikarenakan kami yang terbiasa dilingkungan bali utara (Singaraja relatif panas), agak kesulitan berlama-lama berendam menunggu dapat giliran di air pancuran itu. Kalau pengunjung padat mengular dan ini memakan waktu yang relatif lama, dan saya pernah mengalami berendam menunggu sampai  1- 2 jam. Agar sampai di pancuran tempat melukat itu. 

Padatnya pengunjung yang hendak melukat itu , selain tamu /turis juga masyarakat Hindu di Bali banyak yang melakukan 'tradisi melukat" itu dalam kaitan tirta yatra. Rangkaian terakhir pada upacara pitra yadnya.

Minggu pagi, kami berangkat , menuju arah timur dari kota Singaraja, sampai dipertigaan kubutambahan kami meluncur ke arah kintamani, sampai di kintamani kabut tipis masih menghiasi gunung batur, sinar Mentari masih kelihatan samar, karena awan agak tebal, namun tetap putih seputih sutra, Perjalanan pagi itu memang sangat menarik dan mempesona, pikiran bebas karena tidak ada beban, ingin menuju lokasi secepatnya sampai di pura Tirta empul Tampaksiring itu.

Desa Tampak siring, memang sejuk dan indah, dalam perjalanan banyak ada kedai kopi luwak yang siap menerima tamu domistik maupun turis asing yang ingin menikmati hangatnya kopi luwak asli ditambah dengan santapan kue khas Bali. Jangan terkejut ya, kopi luwak asli disini harganya kemasan 300 gram seharga Rp 1200.000,-

Sekitar Pura, adalah Sebuah lokasi yang indah disis barat berdiri Istana tampak Siring, dari arah tempat melukat itu masih bisa terlihat.

Pada tempat melukat itu  airnya  sangat jernih dan dingin, sebelum dimulai ada persembahyangan, memohon agar Tuhan dapat membersihkan pikiran dan kekotoran yang ada dalam badan manusia, badan fisik dan rohani ( suksme sarira dan antahkarana sarira).

Tempat melukat ini tidak hanya dipadati oleh orang Bali Hindu, namun para turis mancanegara pun banyak yang ingin melukat, Acara melukat menjadi paket wisata spoitual yang diminati para turis, sseperti saya lihat ITalai, India, China, jebang dan Amerika, australia.


Tirta Empul dan Legenda Yang Melingkupinya 

Tirta empul, termasuk salah satu situs  budaya yang sangat lama  tentang air sebagai sumber berkah, dan sampai hari ini tetap menarik sebagai tempat pumujaan  dan penyucian. kondisi ini  telah terpatri di benak umat Hindu. 

Tampak  siring diasosiaikan dengan dari tampak giring/miring. Tampak siapakah itu? , dan kisah legenda di Bali, diketahui sebagai sosok  Raja  Mayadewana, Raja ini berkuasa  penuh di bali dan sekitarnya  serta  dia melarang  masyarakat bali untuk memuja  pada para dewa, leluhur dan Tuhan. Sosok raja mayadanawa wajib dipuja sebagai Tuhan  dan  dirinya  Tuhan, aku lah Tuhan, maka pujalah aku, demikianlah pesannya pada rakyat bali. 

 Akibatnya ada banyalk kejadian menimpa rakyat, panen gagal, penyakit gering menjalar dan masyaatrakat menderita akibat dari tidak adanya 'doa dan persembayangan ke pura-pura.

Lalu  melihat kondisi demikian ada seorang pendeta bernama Mpu Kulputih.  Beliau yang berduka dan sedih   melihat  kondisi rakyat akhirnya melakukan tapa berata  dan semedi  di Pura Besakih memohon petujuk para Dewa untuk mengatasi Mayadenawa. Dewa Mahadewa kemudian memerintahkan beliau pergi menuju Jambu Dwipa (India) untuk meminta bantuan.

Singkat cerita, bantuan pasukan datang dari India dan kahyangan untuk memerangi Mayadenawa dipimpin oleh Dewa Indra. Namun Mayadenawa sudah mengetahui kedatangan pasukan ini berkat banyaknya mata-mata. Perang dashyat pun terjadi dengan korban berjatuhan di kedua belah pihak. Akhirnya pasukan Mayadenawa kocar-kacir dan melarikan diri meninggalkan sang raja. Namun Mayadenawa belum mau menyerah begitu saja. Pada malam hari di saat jeda perang, Mayadenawa diam-diam menyusup ke tempat pasukan kahyangan dan memberi racun pada sumber air mereka. Agar tidak ketahuan, Mayadenawa berjalan hanya dengan menggunakan sisi kakinya. Tempat inilah yang kemudian dikenal dengan Tampak Siring.

Pagi harinya, pasukan kahyangan meminum air dan keracunan. Dewa Indra tahu racun berasal dari sumber air, sehingga beliau menciptakan mata air baru yang sekarang dikenal dengan Tirta Empul. Berkat Tirta empul, semua pasukan yang keracunan bisa pulih kembali. Sungai yang terbentuk dari Tirta Empul kemudian dikenal dengan nama Tukad Pakerisan.

Dewa Indra mengejar Mayadenawa yang nelarikan diri dengan pembantunya. Dalam pelarian, Mayadenawa sempat mengubah wujudnya menjadi Manuk Raya (burung besar). 

Tempatnya berubah wujud sekarang dikenal dengan Desa Manukaya. Namun Dewa Indra terlalu sakti untuk dikelabui sehingga selalu mengetahui keberadaan Mayadenawa walaupun sudah berubah wujud berkali-kali. Sampai akhirnya Dewa Indra mampu membunuh Mayadenawa. Darah Mayadenawa mengalir dan menjadi sungai yang dikenal dengan Tukad Petanu. Sungai ini konon telah dikutuk. Bila airnya digunakan untuk mengairi sawah, padi akan tumbuh lebih cepat namun darah akan keluar di saat panen dan mengeluarkan bau. Kutukan akan berakhir setelah 1000 tahun.

Beragam makna filosofis dari Kegiaatan melukat di Pura Tirta Empul

Air sebagai penyembuh 

Prosesi melukat dominanasi penggunaan air, dan biasanya dibuat basah kuyup. Air banyak yang memberikan kajian dan perlu dijelaskan lebih mendalam. Teori moderna bahwa air memiliki kemampuan vibrasi yang luar biasa dapat mengubah frekwnsi pikiran manusia. Adalah cara untuk memahami dan mempertebal keyakinan akan proses penyembuhan oleh air, dalam tradsisi melukat ini Nampak simetris dengan penjelasan itu Dr. Masaru Emoto. 

Dr. Masaru Emoto, penulis buku terlaris New York Times lahir pada 22 Juli 1943 di Yokohama Jepang. Penelitiannya menunjukan bahwa pikiran, kata-kata, emosi, doa, dan musik memilik efek langsung pada pembentukan kristal air. Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atauin!ormasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positi!,termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah merupakan pengalaman menak$ubkan karena membuktikan bahwa airternyata dapat merespon apa yang disampaikan manusia

Dan oleh karena tubuh dan planet kita sebagian besar adalah air, pikiran dan kata-kata tidak hanya memengaruhi pikiran kita sendiri, tetapi juga dunia.

Air adalah hal pertama dan utama dalam sebuah kehidupan. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi yang tidak dapat digantikan dengan senyawa lainnya. Air adalah gabungan dua atom Hidrogen dan Oksigen (H2O). Air dapat berbentukcair, padat, embun dan gas tersebar diseluruh alam semesta, baik berupa hujan maupun yang muncul dari perut bumi, berupa sungai, pancuran, kelebutan, danau dan sumber air terbesar adalah lautan. Substansi alam semesta adalah air, 71 % permukaan bumi tertutup oleh air, bumi terapung di atas air (filsuf Thales). Matahari mempunyai peranan penting dalam perputaran hidrologi air, adanya energi kalor menjadikan seluruh air yang ada dipermukaan bumi mengalami penguapan ke angkasa, menurunkan hujan kembali sehingga terjadi rute perputaran air di permukaan bumi terjadi seimbang dan harmonis

Kenyataan lainnya memperlihatikan bahwa keberadaan molekul air dalam bentuk cair di bumi tampak sangat vital bagi terdapatnya kehidupan di bumi. Jarak antara orbit bumi terhadap matahari yang sedemikian rupa sehingga molekul-molekul air bumi sebagian besar selalu tersedia dalam fasa cair, menyebabkan bumi menjadi tempat yang layak huni bagi makhluk hidup.

Sekitar 71% permukaan bumi tertutup oleh air dan lautan mengandung sekitar 96,5% dari seluruh air bumi. Pada beberapa organisme, 90% berat tubuhnya berasal dari air. Bagi manusia, laki-laki dewasa memiliki kandungan air pada tubuh sekitar 50--70% berat badan, sedangkan bagi perempuan adalah antara 45--65%.

Namun keyakinan menjadi dasar utama karena semua memiliki hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Adanya keseimbangan kehidupan Psiko-Spiritual selalu memiliki komitmen positif dan kesadaran lebih peka dalam hubungan antara Parahyangan, Pawongan dan PalemahanKemenangan Dewa Indra atas Mayadenawa kemudian menjadi simbol kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma) yang diperingati sebagai Hari Galungan yang dirayakan setiap tahun Bali (210 hari) sebagai hari sukacita, yang mengingatkan kita semua akan kemenangan kebaikan atas kejahatan

Legenda Mayadenawa.

Makna dibalik Maya denawa, , Maya  juga berarti kegelapan, denawa artinya  raksasa. Manusia akan selalu diliputi oleh kegelapan, bilamana dia ahanya mementingkan sifat raksasa. Kondisi demikian bisa dialami oleh amanusia, bila mana tidak waspada.

Maya seperti bayangan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mengabdi kepada-Nya dalam penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan dunia ini. Sama seperti bayangan tidak memiliki kekuatan independen untuk bergerak tetapi mengikuti substansi yang membentuk bayangan, energi ilusi Tuhan tidak memiliki kekuatan independen, tetapi membingungkan para makhluk hidup sesuai dengan keinginan Tuhan. Salah satu wejangan  Krishna dalam Bhagawad Gita menyebutkan bahwa , mereka tidak terikat; ketika makhluk hidup ingin melupakan-Nya, Krishna segera menggunakan energi ilusi-Nya untuk memfasilitasi kebodohan jiwa yang terikat." Moga bermanfaat ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun