Tampak  siring diasosiaikan dengan dari tampak giring/miring. Tampak siapakah itu? , dan kisah legenda di Bali, diketahui sebagai sosok  Raja  Mayadewana, Raja ini berkuasa  penuh di bali dan sekitarnya  serta  dia melarang  masyarakat bali untuk memuja  pada para dewa, leluhur dan Tuhan. Sosok raja mayadanawa wajib dipuja sebagai Tuhan  dan  dirinya  Tuhan, aku lah Tuhan, maka pujalah aku, demikianlah pesannya pada rakyat bali.Â
 Akibatnya ada banyalk kejadian menimpa rakyat, panen gagal, penyakit gering menjalar dan masyaatrakat menderita akibat dari tidak adanya 'doa dan persembayangan ke pura-pura.
Lalu  melihat kondisi demikian ada seorang pendeta bernama Mpu Kulputih.  Beliau yang berduka dan sedih  melihat  kondisi rakyat akhirnya melakukan tapa berata  dan semedi  di Pura Besakih memohon petujuk para Dewa untuk mengatasi Mayadenawa. Dewa Mahadewa kemudian memerintahkan beliau pergi menuju Jambu Dwipa (India) untuk meminta bantuan.
Singkat cerita, bantuan pasukan datang dari India dan kahyangan untuk memerangi Mayadenawa dipimpin oleh Dewa Indra. Namun Mayadenawa sudah mengetahui kedatangan pasukan ini berkat banyaknya mata-mata. Perang dashyat pun terjadi dengan korban berjatuhan di kedua belah pihak. Akhirnya pasukan Mayadenawa kocar-kacir dan melarikan diri meninggalkan sang raja. Namun Mayadenawa belum mau menyerah begitu saja. Pada malam hari di saat jeda perang, Mayadenawa diam-diam menyusup ke tempat pasukan kahyangan dan memberi racun pada sumber air mereka. Agar tidak ketahuan, Mayadenawa berjalan hanya dengan menggunakan sisi kakinya. Tempat inilah yang kemudian dikenal dengan Tampak Siring.
Pagi harinya, pasukan kahyangan meminum air dan keracunan. Dewa Indra tahu racun berasal dari sumber air, sehingga beliau menciptakan mata air baru yang sekarang dikenal dengan Tirta Empul. Berkat Tirta empul, semua pasukan yang keracunan bisa pulih kembali. Sungai yang terbentuk dari Tirta Empul kemudian dikenal dengan nama Tukad Pakerisan.
Dewa Indra mengejar Mayadenawa yang nelarikan diri dengan pembantunya. Dalam pelarian, Mayadenawa sempat mengubah wujudnya menjadi Manuk Raya (burung besar).Â
Tempatnya berubah wujud sekarang dikenal dengan Desa Manukaya. Namun Dewa Indra terlalu sakti untuk dikelabui sehingga selalu mengetahui keberadaan Mayadenawa walaupun sudah berubah wujud berkali-kali. Sampai akhirnya Dewa Indra mampu membunuh Mayadenawa. Darah Mayadenawa mengalir dan menjadi sungai yang dikenal dengan Tukad Petanu. Sungai ini konon telah dikutuk. Bila airnya digunakan untuk mengairi sawah, padi akan tumbuh lebih cepat namun darah akan keluar di saat panen dan mengeluarkan bau. Kutukan akan berakhir setelah 1000 tahun.
Beragam makna filosofis dari Kegiaatan melukat di Pura Tirta Empul
Air sebagai penyembuhÂ
Prosesi melukat dominanasi penggunaan air, dan biasanya dibuat basah kuyup. Air banyak yang memberikan kajian dan perlu dijelaskan lebih mendalam. Teori moderna bahwa air memiliki kemampuan vibrasi yang luar biasa dapat mengubah frekwnsi pikiran manusia. Adalah cara untuk memahami dan mempertebal keyakinan akan proses penyembuhan oleh air, dalam tradsisi melukat ini Nampak simetris dengan penjelasan itu Dr. Masaru Emoto.Â
Dr. Masaru Emoto, penulis buku terlaris New York Times lahir pada 22 Juli 1943 di Yokohama Jepang. Penelitiannya menunjukan bahwa pikiran, kata-kata, emosi, doa, dan musik memilik efek langsung pada pembentukan kristal air. Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atauin!ormasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positi!,termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah merupakan pengalaman menak$ubkan karena membuktikan bahwa airternyata dapat merespon apa yang disampaikan manusia