Khalayak pasti tahu, tradisi Ngaben merupakan tradisi yang banyak dilakukan oleh komunitas Hindu yang ada di Indonesia, khususnya dari etnis Bali. Ngaben merupakan tradisi pembakaran mayat, prosesi korban suci pada keluarga yang meninggal. Ngaben tergolong sebagai upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur).
Ngaben di desa saya, memang unik, walaupun kini seakan tergerus oleh minat masyarakat yang terus meningkat dengan cara kremasi, yang lebih singkat, murah dan cepat. Namun tradisi ngaben gabungan (bersama) masih memiliki nilai lebih dibandingkan dengan metode yang lain. Paling tidak ada beberapa kelebihan yang ada, antara lain.
Pertama, ngaben gabungan itu dilakukan secara gotong royong, baik tenaga maupun material, bagi yang memiliki lebih bisa memberikan amal sosial, atau beryadnya. Dengan materi dan tenaga. Kegiatan ini menjadi luar biasa, karena dapat menyambung rasa persaudaraan diantara keluarga, misalnya yang awalnya bertentangan dan bermusuhan karena masalah sepele, seperti warisan, pekerjaan dan lain-lain, dapat akur dan saling sokong karena ada niat yang tulus dengan memberikan sumbangan, maka mereka akan mendapat pahala yang baik, pahala dari karma yang baik. Prinsisp yang mereka pegang adalah, memberikan sesuatu itu kepada leluhur dengan iklhas tak pernah sepi mendatang rezeki dan kerahayuan pada diri dan keluarga, sebab alam tak pernah mau berhutang budi kepa manusia, dia akan selalu membalasnya, walaupun bentuk tidak pernah diketahui dan tidak pernah bisa diramalkan. Disin akan terlihat bahwa 'kekaguman akan rahmat yang mendadak memberikan rasa syukur yang sangat dalam.
Kedua, wahana belajar manajemen kerja', upacara ngaben gabungan yang satu klan di desa saya ini, banjar Bucu desa paksebali Kecamatan Dawan Klungkung bali ini, serempak dilakukan. pada tahap  awalnya dilakukan rapat, ya , semacam focus group discussion (FGD), bagi mereka yang memiliki keluarga yang meninggal, atau dalam bahasa di desa saya disebut 'Sawa' setelah FGD berhasil menghasilkan struktur kepanitiaan ad ac. Yang disebut 'manggala upacara" Panitia inilah yang terus bekerja menyusun jadwal, dan melengkapi seksi-seksi agar fungsi panitia berjalan dengan baik. Pada penyusunan ini tetua adat dan para orang tua ikut rembug dan biasanya dipilih yang muda, agar kerjanya smart. Pada titik inilah saya sebut 'alih generasi' dengan memberikan beban tugas memangku tradisi adat, sehingga yang muda-muda mengetahui apa yang harus dilakukan, dengan bimbingan tetua adat dan rohaniawan Hindu (ida pedanda, atau sri empu, Jro mangku gede), sehingga pekerjaan bisa lancar.Â
Management inilah para kaum muda diberikan tanggung jawab yang besar, sekaligus mereka belajar untuk melakukan pekerjaan dengan bersemangat, disini para orang tua hanya melihat dan memberikan nasehat bila ada penyimpangan, Kembali merujuk pada pakem awig-awig adat,
Saya melihat kerja mereka sangat antusias dan mereka benar-benar menerapkan kata-kata bijak " Kembangkan kesuksesan dari kegagalan. Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan paling pasti menuju sukses. Tepatlah sesungguhnya ' tradisi ngaben ini, sebagai Latihan para kaum muda untuk belajar tanpa pamrih' dan belajar mengelola pekerjaan yang besar. Cara ini adalah metode transmisi budaya yang terus terjadi, dan diyakini, akan tetap lestari, karena adaptif dengan kemajuan zaman. Disin terlihat bahwa, para tetua adat telah memberikan panutan yang bagus, seakan mereka paham  dan mengajarkan nilai pada kaum muda "Sebelum kamu menjadi seorang pemimpin, sukses adalah tentang menumbuhkan dirimu sendiri. Ketika kamu menjadi seorang pemimpin, kesuksesan adalah tentang menumbuhkan orang lain"
Kelima,ekspresi kegembiraan, dalam ngaben kalai ini, wadah tempat mayat di bakar dibuat dalam bentuk lembu (di keluarga saya disebut lembu cemeng), lembu pustaka suci sebagai kendaraan dewa Siwa, para leluhur diyakini dengan kendaraan itu dapat menuju stana dewa siwa. Lembu itu menuju ke setra (kuburan) diarak, serti dibuatkan tarian dengan irama baleganjur. Kaum muda disini mengusung dengan tiakan-terikan yang isteris, meluapakan kegembiraannya,
Maka dibingkai itu, dapat dikatakan bahwa Kegembiraan adalah salah satu emosi asas dan terpenting bagi manusia, juga merupakan salah satu yang paling bermanfaat dan menyelerakan. Ini adalah sensasi yang dikaitkan dengan adanya serangkaian pengaktifan dan kesan fisiologi (di antaranya peningkatan kadar jantung dan pernafasan dan rembesan hormon dan endorfin), Arak-arakan ini semacam terapi psikologis yang berdampak positif bagi kaum muda.
Kondisi ini memang berbeda dengan daerah lain yang biasa berjalan mulus, di desa saya di berjingkrak-jingkrak dengan gamelan seperti berangkat perang, sampai di kuburan, Kembali dengan tenang, dan dilanjutkan dengan upacara selanjutnya.
Keenam, penyampaian aspirasi, kegiatan ini memang menyedot perhatian banyak kalangan, Maka kegiatan ini edia untuk  mendekatkan rakyat  dengan para pejabat setempat. Upacara ini juga banyak dikunjungi oleh para pejabat seperti Bupati Klungkung, Camat dawan dan berbagai perwakilan Fraksi di DPRD kabupaten Klungkung. Masyarakat yang di desa dan guyb bertemu dengan mereka, dan mendengarkan aspirasi mereka. Aspirasi itu tulus disampaikan sehingga mereka merasa dekat. Walaupun tidak sedikit yang mengatakan bahwa menjelang 2024, mereka dating untuk meminta dukungannya. Walaupun demikian saya melihat bahwa kami sang rakyat  sudah pintar untuk memilih pemimpin mereka.
Memang ngaben ini di keluarga saya memang sejak terakhir tahun 2010 belum pernah dilakukan baru kali ini dilakukan kembali. Setelah ngaben ada upacara lagi yang kedua yang disebut "ngerorasin (past 12 hari setelah ngaben dilakukan), setelah itu dilakukan upacara nuntun, menempatkan leluhur di merajan keluarga masing-masing. Mogi rahayu *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H