Tanggal 3 Maret 2022 merupakan hari Raya Nyepi Tahun Saka 1944.  Walaupun masih dalam kondisi pandemi Covid-19, namun  penyambutan dan perayaan Nyepi tetap menuruti Prokes, sehingga tak mengurangi antusias umat Hindu untuk merayakannya.
Hari Raya Nyepi adalah hari  perayaan pergantian tahun baru  Saka (Isakawarsa). Perayaan hari tahun baru saka yang jatuh pada penanggal apisan sasih Kedasa (eka sukla paksa Waisak) sehari setelah tilem Kesanga (panca dasi Krsna Paksa Caitra).
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap) dan diharapkan menjadi ening dan damai. Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan pergantian tahun  berdasarkan penanggalan/kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.
Dalam ulasan ini, penulis mengajak pembaca kompasiana, untuk menyusuri  apa dan bagaimana agama Hindu itu, kitab suci  agama  Hindu, serta Perayaan Hari Raya Nyepi.
SELAYANG PANDANG TENTANG AGAMA HINDU
Agama Hindu, umurnya sangat tua.  Dari beberapa  manuskrip  disebutkan bahwa Hindu adalah agama tertua yang diketahui di bumi. Sejarahnya dimulai pada 2500 SM. tetapi beberapa orang percaya itu bahkan lebih tua dari itu dan dapat diperkirakan sekitar  7000 SM atau sebelum itu. Penemuan Dwaraka (sebuah kota dari Mahabharata) baru-baru ini menguatkan klaim ini (Gaur, A., Tripathi S., (2005),
Oleh karena itu, Sangat sulit untuk menggambarkan sejarah agama Hindu karena tidak ada catatan tertulis yang tersedia tetapi dari potongan-potongan bukti yang ditemukan di situs penggalian di berbagai bagian India, sejarah Hindu dapat ditelusuri kembali ke 2500 SM. Banyak pekerjaan yang masih tertunda dalam hal ini.
Sekali waktu, agama Hindu diperluas ke seluruh Asia. Jejak agama Hindu ditemukan di Rusia, Jepang, Afghanistan, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan negara-negara non-Hindu lainnya juga. Sebagian besar wilayah ini adalah 100% wilayah penyebaran agama  Hindu.
Siapa pendiri agama hindu? Agama Hindu atau Sanatan Dharma tidak didirikan oleh satu orang karena tidak didirikan sebagai agama.
MAKNA KATA HINDUÂ
Orang barat  kerap menyematkan satu kalimat  pada agama Hindu,  yakni  Hindu adalah cara hidup, yang membantu Anda untuk membebaskan diri dari  siklus kelahiran dan kelahiran kembali.
Selain itu, agama Hindu adalah penggabungan  dari doktrin dan tradisi yang berbeda terutama berdasarkan kitab suci  Weda dan dimodifikasi dari waktu ke waktu oleh orang-orang suci besar tanpa mengubah ajaran dasar agama dan tujuan utama hidup yaitu keselamatan (pembebasan dari siklus kelahiran dan kelahiran kembali).
Beberapa orang mendefinisikan agama Hindu sebagai cara hidup yang diikuti oleh orang-orang di India, yang hanya sebagian benar. Meskipun Hinduisme bukanlah sebuah agama dan hanya merupakan cara hidup yang diikuti oleh orang-orang India dan sebagian besar Asia, kini Hinduisme diidentifikasi sebagai agama yang terpisah. Tidak ada satu buku atau satu doktrin pun, yang dapat menggambarkan agama Hindu. Untuk memahami agama Hindu, Anda perlu mengetahui semua aliran pemikiran dalam agama Hindu.
Hinduisme adalah agama yang sangat luas dan ada cukup banyak buku yang mendasarinya. Banyak adat, tradisi, dan kepercayaan Hindu berbeda dari satu daerah ke daerah lain dan kondisi iklim. Ada perbedaan besar antara Hinduisme dalam kitab suci dan Hinduisme yang dianut secara praktis. hal ini dapat dilihat antara umat Hindu di Bali dengan di jawa, ataupun dengan di India.Â
KATA HINDU
Kata Hindu dan Hindu adalah istilah geografis dan tidak memiliki arti sebenarnya. Nama asli agama Hindu adalah "Sanatan Dharma (Agama Abadi)."
Lalu, kata Kata Hindu mengacu pada orang-orang yang tinggal di sekitar sungai Sindhu di India. Sindhu adalah kata Sansekerta untuk sungai Indus. Oleh karena itu, cara hidup yang mereka ikuti disebut sebagai Hindu, yaitu agama orang Hindu. Kata Hindu diyakini pertama kali digunakan oleh orang Persia. Tidak ada penyebutan kata Hindu atau Hindu dalam kitab suci Hindu manapun.
India juga disebut sebagai Hindustan karena mayoritas orang yang tinggal di sana beragama Hindu. Nama-nama lain yang dikenal dengan agama Hindu adalah: (1)Agama Veda. (2) Agama Hindu. (3) Hindu Dharma. (4) Â Weda Dharma. (5) Sanatan Dharma. (6) . Agama India. (7) Agama Hindu Dharma.
Dalam Hindu, memang banyak sekte-sekte yang ada. Sekte ini  adalah  berbagai aliran dan pemikiran dalam Agama Hindu:
yaitu  (1) Shaivisme: Mereka yang mengikuti Shaivisme, menganggap Dewa Siwa sebagai Yang Mahatinggi. (2)  Shaktisme: Mereka yang mengikuti Shaktisme, menganggap Dewi (Devi) sebagai Yang Mahatinggi.
(3) Waisnawa: Mereka yang mengikuti Waisnawa, menganggap Dewa Wisnu sebagai Yang Mahatinggi (4) Smartism: Mereka yang mengikuti Smartism, percaya pada otoritas Veda dan mereka menerima semua dewa utama Hindu. (5) Advaitisme: Advaitisme adalah kesadaran bahwa keberadaan adalah non-dualisme, antara yang dipuja dan pemujanya bersatu. (6) Mahanubhav Panth: Sekte ini menganggap Sri Krishna sebagai Yang Mahatinggi.Â
(7) Agama Hindu modern: Ini adalah sekte tidak resmi baru yang diikuti oleh sebagian besar umat Hindu di seluruh dunia. Mereka tidak peduli tentang sekte apa pun. Mereka menyembah semua dewa dan berpikir bahwa mereka adalah bagian dari satu Tuhan. Mereka juga mengikuti paganisme. Kebanyakan dari mereka tidak menyadari apa yang sebenarnya dikatakan kitab suci Hindu. (8) Aghori: Aghori ingin mencapai keselamatan dengan metode, yang tidak diikuti orang normal. Jalan mereka sangat aneh bagi orang biasa.Â
(9) . Paganisme: Banyak penduduk asli di India mengikuti Paganisme, yaitu adalah agama leluhur seluruh umat manusia. Pandangan agama kuno ini tetap aktif di sebagian besar dunia saat ini, baik dalam peradaban yang kompleks seperti Jepang dan India, dan dalam masyarakat suku yang tidak terlalu kompleks di seluruh dunia. Â (10) Â Hinduisme Veda: Hal ini didasarkan pada Veda dan Upanishad dan mengikuti ajaran dan ritual yang dijelaskan dalam buku-buku ini saja.
BAGAIMANA KONSEP TUHAN DALAM AGAMA HINDU?
Menurut kitab suci , Hindu adalah agama monoteistik tetapi dalam praktiknya akan sulit dibedakan  dengan  agama politeistik,  di mana umat Hindu menyembah lebih dari satu dewa. Padahal,  dalam Weda jelas disebutkan bahwa Ekam Sat Wipra Bahuda Wadanti, Agnim Yamam Matariswanam.  (Reg Weda Mandala I Sukta 164, Mantra 46 )Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan dengan berbagai nama seperti: Agni, Yama, Matariswanam, dan lain-lain. Â
Dalam filsafat Adwaita Wedantadan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan. Ekam Ewa Adwityam Brahman. Â ( Upanishad IV.2.1.) Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya. Â
Narayanad Na Dwityo 'Asti Kascit. ( Narayana Upanishad.), Narayana tidak ada dua- Nya yang hamba hormati.
Menurut Veda, hanya ada satu Tuhan yang disebut Brahman, dan penyembahan berhala tidak diperbolehkan. Orang Hindu percaya bahwa dewa lain adalah manifestasi dari Brahman. Oleh karena itu, memuja para dewa sama dengan memuja Realitas Tertinggi.
Bhagavadgita juga menganjurkan monoteisme dan memberikan penekanan pada menyembah satu Tuhan, tetapi Bhagavadgita menganjurkan penyembahan kepada Tuhan Krishna yang merupakan inkarnasi dari Brahman, Realitas Tertinggi.
Upanishad menganjurkan simbol Aum sebagai satu-satunya bentuk Tuhan. Untuk memenuhi kebutuhan di dunia fisik, umat Hindu menyembah dewa yang berbeda. Jika Anda menginginkan kebijaksanaan, maka sembahlah Dewa Ganesha. Jika Anda menginginkan kekuatan, sembahlah Lord Hanuman. Jika Anda menginginkan uang, sembahlah Dewi Laksmi. Begitulah yang dipesankan dalam beberapa Upanisad.
Tuhan dianggap sebagai Saguna serta Nirguna yaitu, pribadi serta impersonal. Saguna berarti dengan beberapa karakteristik seperti tubuh dan kualitas manusia dan Nirguna berarti tanpa bentuk dan tanpa kualitas.
KITAB SUCI HINDU
 Kitab Suci Agama Hindu adalah Weda (Veda). Weda adalah kumpulan sastra kuno yang jumlahnya sangat banyak. Dalam Hinduisme Weda merupakan kumpulan besar literatur kuno, dan termasuk ke dalam ajaran Sruti, karena umat yang beragama Hindu percaya bahwa Weda merupakan kitab yang berisi kumpulan wahyu dari Brahma (Tuhan),  selain itu  ada  Upanishad, Bhagavadgita, Smritis, Brahmana, Aranyaka, dan Purana.  Ramayana dan Mahabharata juga memiliki kepentingan agama yang besar dalam agama Hindu tetapi tidak dapat dianggap sebagai kitab suci Hindu.
 Pengelompokkan kitab suci Hindu  antara lain, Ada empat Veda dan 18 Purana. Ada empat Upveda dan 18 Uppurana juga. Rgveda adalah buku paling suci dan berwibawa dari Agama Hindu. Rgveda adalah kitab suci tertua dari semuanya. Berikut ini adalah daftar kitab suci Hindu utama: Empat Veda, yakni  Rigveda, Atharvaveda, Samveda, Yajurveda.
 Smriti, bukan "wahyu", melainkan sastra utama. Termasuk kedalamnya adalah: Dharmasastra, atau sastra hukum dan perundang-undangan. Itihasa, atau sejarah. Purana, sastra keagamaan.Sutra. AgamaDarshana, filsafat Hindu. Yang termasuk didalamnya adalah apa yang disebut Sad Darshana, enam ajaran filsafat Hindu, yaitu: Samkhya, Yoga, Mimamsa, Vaisiseka, Nyaya dan Vedanta. Manusmriti, Narada Smriti,Brihaspati Smriti, Yajnavalkya Smriti
Wedangga (Vedanga) adalah alat bantu untuk memahami Weda. Wedangga terbagi 4 pula yaitu: Siksha (ik): fonetika dan fonologi (sandhi). Chanda (chandas): irama. Vyakarana (vykaraa): tata bahasa. Nirukta (nirukta): etimologi. Jyotisha (jyotia): astrologi dan astronomi. Kalpa (kalpa): ilmu mengenai upacara keagamaan.
Upanishad Upanishad (himpunan mantra berbagai teori dalam ketuhanan). Aitareya, Chandogy, kena, katha, Taittiriya, Svetasvatara, Maitrayani, isya, Brihadaranyaka, Mandukya dan Mundaka
Upaveda: Ayurveda (Ilmu Kedokteran), Dhanurveda (Ilmu Militer), Gandharvaveda (Pengetahuan Musik), Shilpveda (Ilmu Arsitektur)
Bhagavadgita (nyanyian Tuhan)
Ada 18 Purana: Wisnupurana, Shiv Purana,Skandhapurana Varaha Purana, Agni Purana, Bhagvatpurana, Bhavishyapuran, Brahmapurana, Brahmandapura, Brahmavaivartapuran, Kurma Purana, Lingpuran, Markandeyapuran, Matsyapuran, Narada Purana,padmapuran, Vamana Purana, Vayu Purana, Up-purana: Sanat-Kumara, Narasimha, Brihan-Naradiya, Siva-Rahasya, Durvasa, Kapila,VamanaBhargava baru, Kalika.Samba nandi.Surya.
Ithiasa, Parasara, Vasistha, Devi-Bhagavata, Ganesha, Mudgala, Hansa, Ramayana  dan Mahabharata
HARI RAYA NYEPIÂ
Setiapa agama memiliki hari raya, untuk memeperingati pergantian tahun, Nyepi adalah salah satu hari raya Umat Hindu untuk pergantian tahun Saka. Tanggal  3 maret 2022, merupakan hari Ranya Nyepi , tahun baru Saka 1944, Nyepi dilaksanakan dengan tujuan permohonan kepada Tuhan untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta), sehingga perayaannya dimaknai dengan penuh keheningan.
Dalam laman resminya, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), menjelaskan rangkaian upacara Hari Suci Nyepi diawali dengan upacara Melasti. Upacara ini memiliki pesan spiritual agar manusia kembali membersihkan dan mensucikan dirinya sehingga memiliki kesiapan baik sekala dan niskala (jasmani-rohani).
Kemudian sehari sebelum Nyepi adalah Hari Tawur Agung Kasanga yang pada hakikatnya adalah untuk mendoakan, memohon keselamatan jagat, dunia beserta semua ciptaan-Nya. Sementara Nyepi sendiri dimaknai sebagai hari keheningan dan mendoakan, menyerukan terwujudnya kedamaian.
Merayakan Hari Raya  Nyepi  merupakan salah satu tangga untuk mencapau tujuan beragama Hindu, dalam kitab Suci Weda  disebutkan Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah", yang berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia, yaitu  dharma, artha , kama , dan moksha.
Keempat dasar tujuan itu, sesungguhnya dibingkai dalam tiga kerangka  dasar, yakni tiga kerangka dasar pedoman dalam ajaran Agama Hindu yang meliputi: (1) filsafat agama (tatwa); (2) kesusilaan agama (etika); dan (3) upacara agama (ritual).
Dalam aspek dharma. dharma berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama. Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup berikutnya. Segala aktivitas kehidupan bagi umat Hindu wajiblah dilandasi oleh dharma. Perlu diketahui bahwa kata dharma  adalah konsep kunci dengan berbagai makna dalam agama-agama India, seperti Hindu, Buddha, Jainisme, Sikhisme, dan lainnya. Meskipun tidak ada terjemahan kata tunggal langsung untuk dharma dalam bahasa Barat, dharma umumnya diterjemahkan sebagai "kebenaran", "jasa" atau "kewajiban agama dan moral" yang mengatur perilaku individu.
Kedua, artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang, secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga, pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama? Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan sesuai dengan moral agama atau dharma.
Oleh karena itu, didemensi itu  Artha  adalah sebagai sebuah konsep, ia memiliki banyak arti, yang kesemuanya menyiratkan "sarana hidup", aktivitas dan sumber daya yang memungkinkan seseorang berada dalam keadaan yang diinginkan.
Artha berlaku untuk individu dan pemerintah. Dalam konteks individu, artha mencakup kekayaan, karier, aktivitas mencari nafkah, keamanan finansial, dan kemakmuran ekonomi. Pengejaran artha yang tepat dianggap sebagai tujuan penting kehidupan manusia dalam agama Hindu. Di tingkat pemerintahan, artha mencakup urusan sosial, hukum, ekonomi, dan duniawi. Arthashastra yang tepat dianggap sebagai tujuan penting dan perlu dari pemerintah
Ketiga Kama, Kama dalam arti sempit dimaksudkan kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi (regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali, kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni. Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman : Jiwa yang Kekal), manusia terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini, memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga dan badan kita. Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita. Pada hakiki  kama adalah pemuasan keinginan untuk  memuluskan tercapainya pembebasan (Moksha)
Keempat, Moksha Adalah tujuan hidup yang ke empat dalam catur purusa artha. Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang. Moksha juga disebut vimoksha, vimukti dan mukti, adalah istilah yang  mengacu pada kebebasan dari dukkha dan sasra, siklus kematian dan kelahiran kembali, melalui pengetahuan tentang diri sejati (Atman-jnana), kurangnya esensi permanen, dan pelepasan dari keinginan dan kemelekatan pada nafsu dan pikiran duniawi.
Dalam tradisi Hindu, moksha adalah konsep sentral dan tujuan utama kehidupan manusia; tiga tujuan lainnya adalah dharma (kebajikan, kepatutan, kehidupan moral), artha (kemakmuran materi, keamanan pendapatan, sarana hidup), dan kama (kesenangan, sensualitas, pemenuhan emosional). Bersama-sama, keempat konsep ini disebut Pururtha dalam agama Hindu.
Agama Hindu sama sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak mengajarkan kita hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai melalui perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma, artha dan kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha. Bagaimana kita memperoleh ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan artha dan kama akan menentukan apakah kita akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.
Dalam masyarakat Hindu, khususnya di Bali, ada tiga kerangka, yang selalu menjadi bingkai dalam kegiatan perayaaan agama hindu di bali, yaitu Nilai-nilai tersebut pada intinya terkonsentrasi pada kehidupan masyarakat Bali lebih didominasi oleh kerangka dasar yang terakhir (ketiga), dijadikan dasar dalam mencapai tujuan kehidupan beragama bagi masyarakat Bali. Dalam kerangka dasar ketiga (upacara agama atau ritual) itu terakumulasi nilai-nilai keikhlasan dalam melakukan yadnya (pengorbanan suci) untuk mencapai tujuan. Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia (jagadhita) dan di akhirat (moksartham).
RANGKAIAN HARI RAYA NYEPI
Dalam perayaan Nyepi perlu dilihat pada waktu pelaksanaannya,  yakni  diselengarakan pada sasih kesanga  (bulan ke Sembilan) dan sasih kedasa ( bulan ke sepuluh )  sekitar bulan maret tiap tahunnya. Makna Sasih Kasanga dan Sasih Kadasa pada Rangkaian Nyepi Upacara pangrupukan dalam rangkaian Hari Raya Nyepi dilaksana[1]kan pada bulan mati (Tilem) sasih kesembilan (Sasih Kasanga) karena 11 pada hari ini (Tilem) merupakan hari yang bertepatan dengan bulan mati.
 Pada hari Tilem merupakan hari baik terakhir melakukan upacara bhuta kala, kemudian beralih ke hari baik untuk melakukan upacara dewa yadnya (korban suci kepada Dewa).
Sesungguhnya, upacara pangrupukan yang jatuh pada hari Tilem Sasih Kasanga itu memiliki makna fisiologis yang sangat dalam bagi umat Hindu di Bali, yaitu kasanga berarti kesembilan. Angka sembilan merupakan angka terakhir untuk selanjutnya berganti dengan angka yang mengandung nol (0), misalnya setelah sembilan akan disusul oleh angka sepuluh, setelah sembilan belas akan disusul oleh dua puluh, dan seterusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah sembilan akan terjadi peralihan perhitungan.
 Kecuali itu, menurut kosmologi umat Hindu bahwa angka sembilan juga mengacu kepada ke sembilan penjuru arah mata angin. Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa di sembilan arah mata angin itu bersemayam para Dewata, yaitu di arah timur Dewa Iswara, di tenggara Dewa Maheswara, di selatan Dewa Brahma, Dewa Rudra di barat daya, Dewa Mahadewa di arah barat, Dewa Sangkara di barat laut, Dewa Wisnu di arah utara, Dewa Sambu di timur laut, dan Dewa Siwa bersemanyam di tengah-tengah. Hal ini lazim dikenali dengan istilah Dewata Nawa Sanga (artinya sembilan dewa yang bersemanyam di masing-masing arah mata angin).
Masyarakat Hindu di Bali juga mengenal konsep Kala Ya Dewa Ya. Konsep ini mengandung makna bahwa kala atau waktu itu terdiri atas waktu (hari) baik dan waktu buruk. Hari baik dihubungkan dengan turunnya para Dewa, sedangkan hari buruk diasosiasikan dengan berkeliarannya para Bhuta Kala.
Oleh karena itu, di samping di sembilan arah mata angin itu bersemanyam para dewa, juga di sembilan arah mata angin itu dihuni para Bhuta Kala.
Dari dimensi makrokosmos, umat yang menganut Agama Hindu di Bali hanya memandang penting dan pokok: (1) arah timur dengan urip 5, warna putih; (2) arah selatan dengan urip 9, warna merah; (3) arah barat dengan urip 7, warna kuning; (4) arah utara dengan urip 4, warna hitam, dan; (5) arah tengah dengan urip 8, warna brumbun (campuran dari kelima warna itu). Jika dijumlahkan urip-nya menjadi 33. Dari dimensi mikrokosmos, para Dewa itu juga dapat bersema[1]nyam di dalam tubuh manusia; Dewa Wisnu di empedu, Dewa Sambu di pancreas, Dewa Iswara di jantung, Dewa Maheswara di paru-paru, Dewa Brahma di hati, Dewa Rudra di usus, Dewa Mahadewa di ginjal, Dewa Sangkara di limpa, dan Dewa Siwa ditumpukan hati. Dengan demikian, pada hari raya Nyepi, para dewa itu disemanyamkan dan dipuja pada diri manusia. Di samping itu, menurut persepsi Umat Hindu bahwa baik alam semesta (makrokosmos) yang disebut bhuana agung maupun diri ma nusia (mikrokosmos) yang disebut bhuana alit pada hakikatnya terwujud dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta, yang terdiri atas: (1) zat padat/ prthiwi; (2) zat cair / apah; (3) cahaya / teja; (4) udara / bayu; (5) akasa/ ether. Pada hari raya pangrupukan unsur-unsur itu diupacarai agar bebas dari gangguan bhuta kala.
Ditinjau dari dimensi waktu bahwa pada hari Tilem Kasanga bertepatan dengan waktu pergantian tahun menurut aka. Pada hari tilem kasanga ini menjadi peralihan tahun aka menurut perhitungan Hindu. Bali. Keadaan ini yang menyebabkan bahwa Hari Nyepi merupakan tahun aka baru yang jatuh pada Sasih Kadasa. Kata kadasa pada sasih kadasa di samping berarti ke sepuluh juga dapat diinterpretasikan dengan kata yang berarti bersih. Oleh karena itu, Hari Raya Nyepi diadakan pada paroh terang pertama (penanggal pisan) masa kesepuluh (sasih kadasa), merupakan hari pertama yang dipandang hari bersih untuk memulai dengan lembaran hidup baru pada tahun baru aka.
FUNGSI DAN MAKNA RANGKAIAN UPACARA NYEPIÂ
Pada masyarakat Bali, upacara inisiasi umumnya dilakukan pada saat masa peralihan, baik pada diri manusia (bhuana alit) maupun alam semesta (bhuana agung). Hal ini disebabkan karena masyarakat Bali memandang masa peralihan itu merupakan hal sensitif, saat yang mudah mendatangkan bahaya atau hal-hal yang tidak diinginkan sehingga pada masa peralihan itu perlu diadakan upacara inisiasi. Proses pelaksanaan rangkaian upacara Nyepi di Bali dikoordinasi[1]kan dan diawasi oleh masing-masing Kepala Desa Adat bersama stafnya dengan berpedoman pada pedoman umum yang dibuat oleh Parisada Hindu Dharma Tingkat I Bali. Perayaan Hari Raya Nyepi itu sudah men[1]jadi hari libur nasional yang diselenggarakan setiap tahun sekali, tepat nya pada pergantian tahun baru aka dengan rangkaian upacara sebagai berikut
UPACARA MELASTI ATAU MEKIIS
 Upacara melasti atau mekiis, bahkan ada juga yang menyebut upa[1]cara ini dengan nama upacara melis, biasanya dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum pelaksanaan Nyepi. Fungsi upacara melasti ini adalah untuk melakukan penyucian peralatan upacara dan personal masing-masing umat yang akan melaksanakan ritual catur brata penyepian pada hari Nyepi. Pada hari melasti ini, pretima dan sarana atau perlengkapan upacara lainnya diarak ke pantai atau sungai. Namun, kebanyakan warga Bali yang beragama Hindu menyucikan pretima dan perlengkapannya ke pantai. Di sini, adanya suatu pandangan bahwa laut, danau, atau sungai merupakan sumber air suci dan dipercaya kecemaran atau keletehan (kekotoran) tersebut bisa disucikan.
UPACARA PANGRUPUKAN
 Upacara Pengrupukan ini memiliki beberapa sebutan, antara lain upacara tawur kesanga atau tawur agung. Seperti telah disebutkan di atas sepintas bahwa ritual pangrupukan ini diselenggarakan sehari sebelum merayakan Nyepi, tepatnya pada bulan mati (tilem) Sasih Kasanga terakhir untuk melaksanakn upacara bhuta yadnya. Upacara ini diadakan pada waktu pergantian tahun menurut perhitungan Hindu Bali dengan upacara yang disebut tawur agung kasanga, yakni upacara yang dipersembahkan kepada bhuta kala. Dengan demikian, pelaksanaan upacara ini di Bali disebut upacara korban (mecaru) yang berfungsi menjaga keseimbangan alam semesta maupun diri manusia dari gangguan bhuta kala.
Upacara pangrupukan memiliki fungsi antara lain: (1) untuk pembersihan (penyupatan) unsur-unsur panca maha bhuta yang membentuk alam semesta maupun diri manusia dari gangguan dan pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh bhuta kala; (2) untuk pembersihan (penyupatan) terhadap bhuta kala itu, dengan maksud menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada padanya sehingga sifat baik dan kekuatannya dapat berguna bagi kesejahteraan umat manusia dan alam semesta ; (3) untuk meningkatkan derajat hidup bhuta kala dan binatang yang digunakan sebagai caru/korban, karena derajat hidup bhuta kala maupun binatang lebih rendah dari pada manusia, dan (4) untuk melakukan kewajiban  atau yadnya sebagaimana ditunjukkan oleh ajaran agama Hindu.Â
Oleh karena itu, pelaksanaan upacara pangrupukan dapat meningkatkan rasa sentimen keagamaan di kalangan umat yang beragama Hindu. Di dimensi  itulah, harapan  yang  ideal dan tujuan umat Hindu adalah untuk mencapai kesejahteraan lahir (jagadhita) dan rohani (moksartham).
 Harapan dan tujuan ini dapat diwujudkan atau menjadi kenyataan apabila memiliki pikiran yang jernih dan bebas dari dosa. Salah satu cara untuk mewujudkan pikiran yang jernih adalah harus membebaskan diri dari gangguan bhuta kala.
 Sesuai dengan fungsi upacara itu, maka pada upacara pangrupukan para bhuta kala disuguhi sesajen yang berupa caru/korban agar tidak berkeliaran lagi dan kembali ke tempat asalnya, sehingga pada Hari Raya Nyepi umat Hindu dapat melaksanakan brata penyepian dengan baik. Hal ini terbukti, karena pada Hari Raya Nyepi umat Hindu mengadakan pemujaan dan menyemanyamkan dewa pada organ-organ tertentu dari tubuhnya.
Masing-masing tingkatan upacara itu ada ditingkat rumah tangga, desa , kabupaten provinsi dan seterusnya.
HARI NYEPI
 Hari raya Nyepi , berasal dari kata sepi. Kata sepi di sini mengandung arti hening, senyi-senyap, "sipeng". Hari Nyepi dirayakan pada tanggal 1 bulan ke 10 Caka, atau dengan sebutan lain "Penanggalan Apisan Sasih Kedasa". Ketika merayakan hari raya nyepi itu, umat Hindu di Bali mem peroleh pembelajaran untuk mengendalikan diri dengan cara tidak be[1]pergian, tidak beraktivitas/bekerja, berpuasa (tidak makan dan minum), tidak melakukan aktivitas yang dapat mencemarkan badan. Pengendalian diri ini dilakukan dengan cara mengadakan catur brata penyepian. Dengan melaksanakan catur brata penyepian ini, umat Hindu di Bali bisa konsentrasi atau fokus dengan tenang dan khusuk untuk kembali ke jati diri, yang ditempuh dengan cara meditasi, shamadi, perenungan diri sendiri di suasana yang sunyi-senyap atau "keheningan". Catur Brata penyepian (pengendalian diri) dilaksanakan selama 24 jam, yakni sehari setelah Tilem Sasih Kasanga (Tilem Kasanga), tepatnya pada paroh terang pertama masa kesepuluh/panaggal sasih kadasa.
Pelaksanaan catur brata penyepian itu mulai pukul 05.00 sampai pukul 05.00 besok pagi harinya, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.
- Amati geni Dalam bahasa Bali, geni artinya api. Dengan demikian, amati geni berarti tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh me[1]ngumbar/mengobarkan hawa nafsu.
- Â Amati karya Kata karya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kerja. Amati karya berarti tidak melakukan kerja/kegiatan fisik, tidak ber[1]setubuh, melainkan tekun melakukan penyucian rohani.
- Â Amati lelungan Kata lelungan berasal dari bahasa Bali, yakni dari akar kata lunga yang berarti pergi. Oleh karena itu, amati lelungan mengandung arti tidak berpergian kemana-mana, melainkan senantiasa mawas diri di rumah serta melakukan pemusatan pikiran ke hadapan Tuhan, dalam berbagai prabawa-Nya (perwujudan-Nya) yang telah disemayamkan di dalam organ-organ manusia sepeti telah disebutkan di atas.
-  Amati lelanguan Kata lelanguan juga termasuk bahasa Bali, yakni berasal dari kata langu yang berarti hiburan atau rekreasi. Dengan demikian, amati  lelanguan berarti tidak mengadakan hiburan/rekreasi atau bersenang[1]senang, termasuk tidak makan dan tidak minum.
Pada Hari Raya Nyepi, suasana di Bali sepanjang hari menjadi sunyi-senyap, dan pada malam harinya gelap gulita. Tidak ada orang yang lalu lalang, semua orang tinggal di rumahnya masing-masing menjalani brata penyepian sampai menjelang matahari terbit besok hari[1]nya, tepatnya pada hari mulai Ngembak Geni.
Pada Hari Raya Nyepi umat Hindu secara rohaniah menghentikan gerak tubuhnya yang dibentuk oleh unsur-unsur panca maha bhuta dan menginginkan pikiran untuk dapat menerima petunjuk-petunjuk atau ilham-ilham dari Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga pada hari berikutnya dapat berpikir, berkata, dan berbuat baik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Kaya Parisuda, yang meliputi (1) manacika berpikir yang baik, (2) wacika berkata yang baik dan benar, (3) kayika, artinya berbuat yang baik. Fungsi Hari Raya Nyepi menjadi momentum yang sangat penting artinya, karena apa yang telah dirasakan, diperbuat, dan dialami pada tahun sebelumnya diingat, direnungkan, dan dipertimbangkan kembali pada Hari Raya Nyepi.Â
Dari sini umat Hindu dapat mengetahui kelebihannya, kekurangannya, dan kesalahanya serta rencana-rencana yang perlu dilaksa-nakan di masa-masa mendatang. Dengan adanya kesadaran atas segala kesalahan yang pernah dirasakan, dialami, atau dan dilakukan maka pada Hari Ngembak Geni, besok harinya, tiba kesempatan untuk saling memaafkan.
NGEMBAK GENIÂ
Sehari setelah NYepi, adalah hari Ngembak Geni yang dirayakan pinanggal ping kalih (tanggal 2) Sasih Kadasa (bulan X), yaitu pada ini Tahun Caka ini memasuki hari kedua. Hari Ngembak Geni ini mengandung makna telah berakhirnya catur brata penyepian. Pada hari ngembak geni seluruh umat Hindu  bersuka ria  dengan melaksanakan acara saling mengunjungi keluarga/kerabat, teman dekat, teman seprofesi, dan yang lainnya. Esensinya adalah saling memaafkan, semoga di tahun baru ada harapan baru dan semangat kekeluargaan untuk melangkah lebih maju.
Pada Hari Ngembak Geni umat Hindu memohon maaf atas kesalahannya dan memaafkan kesalahan orang lain yang dialami pada tahun sebelumnya. Melalui kesempatan itu tercipta hubungan keseimbangan dan keselarasan yang berlandaskan kemanusiaan. Selain itu, pada waktu hari Ngembak Geni secara psikologis dirasakan memperoleh kekuatan baru untuk mengisi lembaran hidup baru. Hal ini dapat mem[1]berikan sumbangan untuk mencapai keseimbangan atau keharmonisan sistem kehidupan masyarakat yang beragama Hindu khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Di beberapa daerah di Pulau Bali ada yang memiliki atraksi-atraksi yang sudah mentradisi sejak dahulu kala, secara khusus hanya dipertunjukkan atau digelar pada Hari Ngembak Gni. Misalnya, pertama di Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar melaksanakan ritual, yaitu suatu pertunjukan yang disebut dengan nama omed-omedan. Jadi, ritual omed-omed ini yang hanya ada di desa tersebut hanya bisa disaksikan setahun sekali, yaitu sehari setelah Hari Raya Nyepi.
 Yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi mebuug-buugan ini adalah 1000 orang dari enam Desa Adat Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Mereka melakukannya di hutan mangrove di sebelah timur dengan cara memolesi diri dengan lumpur sebagai tanda raga dan jiwa yang masih kotor.Â
Setelah semuanya memolesi dirinya dengan lumpur, mereka mengitari Desa Adat Kedonganan menuju ke barat atau membersihkan diri ke Pantai Pemeliasan. Makna lumpur ini yang berada di timur adalah ibarat keburukan, sehingga untuk ritual pembersihannya, mereka menuju ke barat. Jadi, makna yang terkandung dalam tradisi mebuug-buugan ini, yaitu lumpur diumpamakan sebagai perlambang keburukan yang dibuat, kemudian masyarakat setempat menutupnya atau membasuh keburukan untuk ke dapannya.Â
Dengan demikian, pada dasarnya makna tradisi mebuug-buugan tersebut adalah ritual pembersihan diri untuk menyongsong proses kehidupan yang baru di Tahun Caka yang baru. Berdasarkan uraian di atas, sumbangan rangkaian Hari Raya Nyepi tampak mendukung tercapainya kesejahteraan hidup umat Hindu di dunia fana (jagadhita), baik lahir maupun batin. Hal ini dapat menjem[1]batani tujuan umat Hindu dalam mencapai kesejahteraan di akhirat (moksartham). Dengan demikian, pelaksanan ritual Nyepi dalam agama Hindu dipandang sebagai gejala budaya yang dipelajari melalui analisis simbol, ritus, dan praktek-praktek religius.
PENUTUPÂ
Pada rangkaian upacara yang dilaksanakan pada Hari Raya Nyepi oleh umat Hindu di Bali merupakan upacara inisiasi yang diselenggarakan menjelang pergantian tahun Caka. Dalam konteks ini, pelaksanaan Nyepi sebagai rangkaian ritual Hari Raya Nyepi bermakna untuk mengadakan pengendalian diri melalui pelaksanaan ritual catur brata penyepian.Â
Puncaknya pada pelaksanaan Nyepi ini, umat Hindu melakukan shamadi dan memuja Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk memohon ilham-ilham dan petunjukpetunjuk-Nya dalam upaya mengarungi lembaran hidup baru di tahun Caka yang baru dengan  mewujudkan suasana kebersamaan dan kemanusiaan yang menjadi simbol kehidupan selaras, seimbang, dan harmonis. Selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Caka 1944. Moga Rahayu****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H