Kita harus mengakui, selama ini telah terjadi akulturasi  China dan Budaya orang Bali, dari sana saya sepakat dengan  Thung Ju Lan, akulturasi adalah proses yang panjang. "Mulai dari kontak, interaksi, integrasi, baru akulturasi. Tahap akhir baru asimilasi.Â
Lalu akulturasi itu tersendat-sendat, karena  integrasi dihalangi dengan politik segregasi masa lalu, atau kini dihembuskan dengan politik aliran yang kian menguat. Namun demikian, kita harus belajar banyak pada 'kearifan lokal' oleh para leluhur kita bahwa mereka hidup sangat damai dan harmoni. Selamat tahun baru China, Gong Xi Fa Cai!****
Referensi
- Adiawan, I. P. S., & Sendratari, L. P. (2015). Sinkretisme Hindu-Buddha (Konghuchu) di Pura Batu Meringgit, Desa Candikuning, Tabanan, Bali (Studi tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 3(2).
- Adnyana, P. E. S. (2020). Karya Prof. Phalgunadi "Sekilas Sejarah Evolusi Agama Hindu": Menelisik dan Memahaminya dalam Bingkai Filsafat Sejarah Hindu. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 11(2), 153-166.
- Suija, I. W. (2018). Imlek tradition of the Hindu community in Gunungsari Village, Seririt, Buleleng Regency, Bali. In Proceeding Book: International Seminar, Bali Hinduism, Tradition and Interreligious Studies, Hindu University of Indonesia, Denpasar, Bali (pp. 215-220).
- Hendrawan, F., & Beynon, D. (2019). An Evaluation of the Implementation of Chinese Temple Layout Principles in Bali, Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H