Air jernih diantara pematang sawah yang rindang itu.
Padi menghijau menuju bulir yang terisi  bertahap, lalu  mulai  menguning.
Bisikan alam bersambut dalam riak-riak gelombang angin selatan.
Indah menawan menyusuri kehidupan di alam damai. Pesan indahnya adalah, untuk  menjalani kehidupan murni yang tidak mementingkan diri sendiri, seseorang harus tidak menganggap apapun sebagai miliknya di tengah kelimpahan.
Tak salah lah, mana kala hujan tak kunjung datang
Penghujung damai nan pasti, itu akan tiba jua,
Hadir untuk  memberikan  narasi  sisi kelam untuk hadir  menjadi kisah nyata. Kisah kehidupan, yang terus berubah, dan menuju titik akhir. Maka, dalilnya kerjakan keselamatanmu sendiri. Jangan bergantung pada orang lain. Itu resep sederhana.
Tak pantas untuk membuatkan naskah-naskah pujian, pujian kadang membuat  manusia  sombong, ego membuncah, untuk memasuki  dunia kehidupan, dengan sebuah diksi' nyapa kadi aku' (mempersamakan diri dengan badan)
Maka, belajar meneliti kehidupan dari aliran-aliran air, " percikan keras ke sungai tetapi kedalaman Samudra tenang.
Udara angin selatan itu seakan berbisik, Kebahagiaan itu bukan tergantung pada kejadian, namun tergantung pada pemikiran manusia. Di sana muncul, rumus baru bahwa melalui semangat, pengetahuan didapat; karena kurangnya semangat, maka pengetahuan akan  hilang.
Kebekuan sang aku membuat  nalar tak ter takar oleh  simpul-simpul lentera. Kadang  cahayanya redup, dan mengecil hingga sinarnya hablur , maka semua tampak buram, remang kemudian gelap (awidya). Pengetahuan didapat hanya bisa dikatakan "Kebahagiaan datang ketika pekerjaan dan kata-kata Anda menjadi manfaat bagi dirimu dan orang lain"
Lalu, dibalik narasi kehidupan  yang terus berjalan-jalan menyusuri bahtera hati, kegelapan itu bisa terkikis oleh dian pengetahuan yang berserak tak terbatas,  maka  kesepian tak  membuncah dalam keragaman kisah, itu semua memicu sang diri ayut ke pantai idaman menuju pesona, yang tak terucapkan oleh kata-kata.
Ragam  pertanyaan muncul  dalam benak, ke mana kita pergi setelah ini?  sudah tahukah alamatnya? atau dengan apa kita berangkat menuju alamat itu?
Pertanyaan  yang membingungkan namun nyata, sebab perjalanan  semakin  mendekati senja kala.
Ilalang di tanah itu berbinar menyambut akan  kehadirannya
Ingin bertemu sebagai pemuas  dahaga rindu, karena dia merupakan bagian yang tak terpisahkan ****
.
Sambangan , 17 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H