Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Moeldoko dan "Teori Tumbukan"

16 Maret 2021   01:16 Diperbarui: 16 Maret 2021   08:41 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak spekulasi dari silang sengkarut Partai Demokrat  muncul akibat adanya KLB di Sibolangit, Deli Serdang.  Kini  belum ada tanda titik temu, sebuah kesepakatan  akan menjurus  untuk  bertemu di pengadilan.  

Berbagai alur drama tersaji ke publik, beritanya mengalahkan  substansi yang lebih penting, yakni pemulihan ekonomi karena  COVID-19 seakan tenggelam oleh berita euforia politik kudeta di Partai Demokrat.  

Rakyat bengong menyaksikan drama politik, dan pertanyaan dalam benak sang rakyat " kapan partai memikirkan nasib konstituennya yang telah memilih mereka. Tak sempat, atau sengaja diabaikan. Entahlah.

Alur cerita   drama KLB di partai Demokrat terus mengalir deras, ending-nya semakin tak jelas, namun  sejatinya menyisakan luka yang dalam karena  perpecahan.  

Banyak borok terungkap, sehingga kapal yang bernama Partai demokrat, semakin keropos dan bocor, dan   bisa jadi karam. 

Namun   para penumpang dan nakhoda berebut, menganggap paling benar, padahal air telah menyusup ke  geladak nya, oleh karena itu, jika tidak awas ,  kapal tenggelam tak bisa dihindari .

Dari sana kita melihat bahwa, "Dalam politik, absurditas bukanlah cacat." Kata  Napoleon Bonaparte mendekati kebenarannya. Mungkin itu adalah seni dalam memainkan dan membaca opini, sehingga publik yang menentukan, kemana nanti suara mereka akan berlabuh. Pertarungan bukan satu kali selesai namun bisa berkali-kali, akibatnya  kata Will Rogers, (aktor Amerika serikat), Politik telah menjadi begitu mahal sehingga butuh banyak uang bahkan untuk kalah atau mengalahkan.

Kakak saya ketika dikonfirmasi keadaan semakin riuh itu, dia tetap tersenyum, harus mundur kah Jenderal Moeldoko dari KSP, karena telah mengudeta Partai demokrat Lewat KLB? Tanya saya. Kakak saya tersenyum.

Sebelum menjawab saya sodorkan juga  berita bahwa,  Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Irwan, meminta Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, bersikap ksatria menyampaikan permintaan maaf ke Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam keterangannya, Sabtu (13/3), Dikutip dari CNN Indonesia .com.

Kakak saya mengernyitkan dahi, sambil menyandarkan punggungnya  pada "adegan" tiang  tempatnya duduk, adegan adalah tiang penyangga bangun "bale dangin" di tempatnya tinggalnya. 

Tidak perlu, sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Permainan belum usai, dibutuhkan napas panjang untuk bermain-main politik, dan Aku yakin katanya, Seorang Jenderal lapangan, mantan  Panglima TNI, bukan tanpa perhitungan, di pundaknya, permainan dan strategi, sudah biasa, Institusi TNI membuatnya matang, dan kita harus akui itu, TNI memiliki 'kemampuan 'menggodok' kepemimpinan ' seperti candradimuka' yang membuat tahan banting, supel, dan sulit dideteksi musuh. Katanya  serius.

Saya diam, dan mengamini itu, kalau tidak pintar tidak mungkin bisa menjadi jenderal, kata saya menimpali. Kakak saya mengangguk, dan berkata:  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non konstitusional.  

Catat katanya  non konstitusional juga boleh, katanya   terkekeh.  Banyak orang mengatakan in konstitusional, dan abal-abal, lalu apakah dasarnya? Katanya nada tinggi ke saya.

Harus kelar dahululah.....kata kakak saya lagi, lalu  dia menunjukkan tudingan kubu KLB demokrat yang dilakukan 2020 silam, ditemukan dokumen yang cacat formal. Hal ini tentu memperparah tuduhan sebelumnya yakni pemalsuan akta pendirian partai oleh AHY. Maka tak salah kalau kubu Cikeas keringat dingin hingga safari  ke banyak tokoh, dan salah satunya ke JK. Kata kaka saya sambil nyeruput  kopi Bali Banyuatis yang tersaji dengan pasang goreng hangat.

Wow..... seru kata saya lagi, Lihat dokumen berseliweran tentang AD ART Partai demokrat persi KLB 2020, itu dimana Ada yang tak lazim dengan AD/ART 2020 PD kubu AHY. Dimana yg TTD adalah Ketum dan Sekjen PD. Seharusnya pimpinan sidang yg menandatangani itu. Artinya AD/ART 2020 PD cacat formal karena disahkan diluar kongres dan melanggar UU No 2 Tahun 2011 tentang Parpol. Kata kakak saya  dengan menunjukkan salah satu dokumen yang lagi marak di sosial media.

Demokrat Kubu AHY, memang sangat  riskan karena dokumen itu, lalu, yang memang Jenderal Moeldoko memang sejatinya ingin partai Demokrat  yang sesungguhnya  sebagai partai paling depan  mengimplementasikan konsep demokrasi, sesuai dengan namanya. Maka Jenderal Moeldoko, dengan KLB Sibolangit, harus maju dan menunjukkan  sebuah komitmen untuk membangun kesadaran politik.

Maka perjuangan menuju kesadaran politik beradab tentu bisa dibilang belum  selesai, Kata kaka saya tersenyum lagi, dia dengan  suara mantap  mengutip kata -kata Bung karno, "Politik bukanlah perebutan kekuasaan bagi partainya masing-masing, bukan persaingan untuk menonjolkan ideologinya sendiri-sendiri tetapi politik untuk menyelamatkan dan menyelesaikan revolusi Indonesia." Tentu revolusi  kini perubahan terhadap mental kita, katanya tertawa lepas.

Di terminal itu, saya amat  senang berdiskusi dengannya karena, dia juga  pernah berkecimpung tentang Partai demokrat diawal-awal partai itu mendeklarasikan  di Bali, walau kini, dia sebagai pengamat tak berbayar, paling saya datang memberikannya  satu bungkus rokok kesukaannya, dia sudah amat senang.

Jenderal Moeldoko seakan menghilang setelah KLB  Deli serdang itu, bisakah berikan satu argumentasi untuk itu? Tanya saya., Ya..... memang harus demikian,  mengatur nafas, dan menggunakan  tampaknya menggunakan 'strategis Kaizen "  katanya. Apa maksudnya,   perbaikan terus menerus "continuous improvement pada kelompoknya, Pak Moeldoko terus mengamati di timnya, menjaga soliditas, dan perbaikan terus menerus atas manuver pesaing.  Ini pada dasarnya menggabungkan bakat semua anggota tim dalam kelompoknya untuk menciptakan tim yang kuat yang terus membangun di atas dirinya sendiri.

Berbeda dengan TIM AHY, yang mengandalkan pihak lain, ayah saudara dan lain-lain, bukan dari dirinya sendiri.  Katanya tersenyum.

Dan dia bertanya ke saya, Lalu keinginan apalagi yang masih dikejar oleh Jenderal  Moeldoko sampai mau menjadi ketua umum Demokrat versi KLB?  Sesungguhnya sudah mapan, namun tentu ada niat lain, untuk membangun partai demokrat  lebih baik.  Maka dari sana, kakak Saya mengutip  pernyataan Ronald Reagan, "Politik bukanlah profesi yang buruk. Jika Anda berhasil ada banyak penghargaan, jika Anda mempermalukan diri Anda, Anda selalu dapat menulis buku." Ya... kisahnya bisa mendidik antar generasi. Diskusi  kami  terus berlanjut, sampai menemukan point-point yang menarik untuk ditulis. 

Ketika para kader partai mendatangi Jenderal Moeldoko, di sana sesungguhnya hanya ngopi-ngopi, dari ngopi itu menjalar kemana -mana, sampai di dapuk menjadi Ketua partai di KLB, dan disana kata-kata  Soe Hok Gie (seorang aktivis Indonesia Tionghoa yang menentang kediktatoran berturut-turut dari Presiden Soekarno dan Soeharto) menemukan momentumnya,  Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah."

Saat  terjun beneran, maka perpecahan itu terjadi,  kini saling klaim kekuatan AHY, dengan kekuatan Moeldoko, dan berusaha menganggap diri benar. Konsolidasi partai antar kader memang dibutuhkan.  Kalau boleh berandai andai, dalam pergulatan ini, maka seandainya benar pemerintah hanya mengesahkan  AHY, maka  kelompok Jenderal Moeldoko, akan saling gugat ke pengadilan. Walaupun begitu Jenderal Moeldoko akan tetap  menjadi sosok yang diperhitungkan, karena kemampuannya dalam menjaga 'kesabaran' dari amukan berbagai tuduhan-tuduhan.  

Kemenangan Moeldoko, sudah nyata dari sisi prinsip bahwa keberaniannya, mendobrak  politik dinasti, hegemoni pada figur tunggal, kondisi itu membuat Moeldoko menjadi sosok  yang mendapat tempat  di hati masyarakat. Mungkin sangat sedikit, jenderal dengan manta Panglima, dan posisi yang strategis, mau melakukan risiko pada aksinya, yang bisa jadi menggerus karakter nya, namun seorang jenderal  mantan panglima, bukanlah sembarangan, Posisi jenderal-nya telah melalui ' tantangan yang tidak mudah' atas dasar itu 'Moeldoko' memang sedang 'mengajarkan kepada kita' makna perjuangan sesungguhnya, berani nyerempet bahaya, dan muncul sebagai  solusi dari permasalahan.

Kini Jenderal Moeldoko , mengikuti teori tumbukan  (teori ini dikemukakan oleh Max Trautz pada tahun 1916 dan William Lewis pada tahun 1918) dalam terbentuknya reaksi kimia, sesungguhnya tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi yang sukses, tumbukan yang benar-benar tepat yang bisa membuat senyawa baru.

Jendral Moeldoko  kini tak tampak, tidak mengikuti konferensi pers , walau diadakan di rumahnya, sifat menghindar menjadi penting, dalam teori tumbukan. Tumbukan yang tepat   yang memiliki energi aktivasi  yang tepat  akan  bisa menghasilkan produk. Identik dengan itu,  tumbukan jitu sedang dipersiapkan oleh Moeldoko agar sekali tumbukan akan membuat Partai Demokrat menjadi sesuatu yang baru.

Sejalan dengan itu, Aristoteles mengatakan, bahwa Politisi juga tidak punya waktu luang, karena mereka selalu mengincar sesuatu di luar kehidupan politik itu sendiri, kekuasaan dan kemuliaan, atau kebahagiaan. Untuk mencapai itu kedua kubu kini siap berperang' entah di pengadilan atau di meja Kemenkumham, tak salah kata bijak ini,  

Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah." Oleh sebab itu, Winston Churchill. Berucap,   Dalam perang Anda hanya bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik Anda bisa mati berkali-kali." Moga bermanfaat***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun