Saat  terjun beneran, maka perpecahan itu terjadi,  kini saling klaim kekuatan AHY, dengan kekuatan Moeldoko, dan berusaha menganggap diri benar. Konsolidasi partai antar kader memang dibutuhkan.  Kalau boleh berandai andai, dalam pergulatan ini, maka seandainya benar pemerintah hanya mengesahkan  AHY, maka  kelompok Jenderal Moeldoko, akan saling gugat ke pengadilan. Walaupun begitu Jenderal Moeldoko akan tetap  menjadi sosok yang diperhitungkan, karena kemampuannya dalam menjaga 'kesabaran' dari amukan berbagai tuduhan-tuduhan. Â
Kemenangan Moeldoko, sudah nyata dari sisi prinsip bahwa keberaniannya, mendobrak  politik dinasti, hegemoni pada figur tunggal, kondisi itu membuat Moeldoko menjadi sosok  yang mendapat tempat  di hati masyarakat. Mungkin sangat sedikit, jenderal dengan manta Panglima, dan posisi yang strategis, mau melakukan risiko pada aksinya, yang bisa jadi menggerus karakter nya, namun seorang jenderal  mantan panglima, bukanlah sembarangan, Posisi jenderal-nya telah melalui ' tantangan yang tidak mudah' atas dasar itu 'Moeldoko' memang sedang 'mengajarkan kepada kita' makna perjuangan sesungguhnya, berani nyerempet bahaya, dan muncul sebagai  solusi dari permasalahan.
Kini Jenderal Moeldoko , mengikuti teori tumbukan  (teori ini dikemukakan oleh Max Trautz pada tahun 1916 dan William Lewis pada tahun 1918) dalam terbentuknya reaksi kimia, sesungguhnya tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi yang sukses, tumbukan yang benar-benar tepat yang bisa membuat senyawa baru.
Jendral Moeldoko kini tak tampak, tidak mengikuti konferensi pers , walau diadakan di rumahnya, sifat menghindar menjadi penting, dalam teori tumbukan. Tumbukan yang tepat  yang memiliki energi aktivasi  yang tepat  akan  bisa menghasilkan produk. Identik dengan itu,  tumbukan jitu sedang dipersiapkan oleh Moeldoko agar sekali tumbukan akan membuat Partai Demokrat menjadi sesuatu yang baru.
Sejalan dengan itu, Aristoteles mengatakan, bahwa Politisi juga tidak punya waktu luang, karena mereka selalu mengincar sesuatu di luar kehidupan politik itu sendiri, kekuasaan dan kemuliaan, atau kebahagiaan. Untuk mencapai itu kedua kubu kini siap berperang' entah di pengadilan atau di meja Kemenkumham, tak salah kata bijak ini, Â
Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah." Oleh sebab itu, Winston Churchill. Berucap, Â Dalam perang Anda hanya bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik Anda bisa mati berkali-kali." Moga bermanfaat***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H