Pasar pagi di hari minggu, memang special, ramai, banyak orang membeli kebutuhan untuk satu minggu. Pasar menjadi arena hiburan sambil jalan santai bisa langsung berbelanja. Sungguh nikmat.
Di beberapa pemda di Bali kini, sebagian pasar tradisional di transformasi menjadi pasar yang megah. Sebut saja yang saya tahu, karena sering lewat, pasar Banyuasri Singaraja (kab Buleleng) dan Gianyar. Keduanya sedang dibangun dan hampir selesai. Sebelumnya pasar tradisional di tempat lain, biasanya kalau terjadi kebakaran barulah di bangun.
Pasar dengan bangunan megah, banyak pedagang yang khawatir, akan biaya operasional, dan harganya sewa mahal, pedagang banyak menjerit, karena biaya itu tinggi, jelas saja, karena pakai lift dan juga penerangan dengan listrik, serta taman yang indah ada air mancur segala. Semua itu perlu biaya tinggi.
Dan, nampak masyarakat pedagang masih tradisional, tak hirau keindahan, yang penting untung. Pedagang juga berkicau, dari mana pembeli datang, kalau harga mahal. Kalau tidak dinaikkan, dari mana uang datang untuk membayar retribusi pasar yang tentu juga tinggi. Masyarakat pembeli dan pedagang selalu bertemu di wilayah "ingin murah", pembeli akan berbondong-bondong ke sana.
Di Bali pasar memiliki sisi unik, ada fenomena umum yang berkeliaran di benak pedagang yang berkompetisi atas nama uang. jejak cerita banyak bisa diungkapkan. Saya ingin mengungkapkan sisi ini.
Pagi yang cerah , dagang itu , berteriak dia kehilangan uangnya, sebab di dompetnya 1,8 juta, namun hilang 1 juta, begitulah keluhnya, dia hanya memberikan sebuah dugaan , vonis , bahwa ada dagang dekatnya melepas brerong, tuyul, Mata dagang tu melirik kesana kemari, dan dia berbisik dagang di sebelah itu, membawa 'brerong, pesugi han, dia melepasnya untuk mencari mangsa.
Sebuah tuduhan..... yang tentu tak jelas, hanya bisik,-bisik, diantara pedagang itu dengan pembelinya, dan saya adalah satu diantara yang dibisiki itu... wah.... saya tersenyum sambil mengernyitkan dahi....
Hari ini saya sial, Bli.....saya menjadi target, Dagang itu gelisah, ketika saya kaget, dia memberikan bukti dengan menunjukkan dompetnya, hanya ini Rp 800.000,- sisanya, Dompet plastik dengan buntelan padahal dompet itu saya bawa kemana pun saya pergi.
Saya kemudian memandangnya dengan serius. Dompet terbungkus dengan rapi, dilengkapi dengan berbagai pernak pernik, aksesoris penolak Tuyul/brerong, seperti ada cabai, bawang merah, jahe dan bumbu lain, cermin dan jarum, sebagai penghalang brerong beraksi.
Saya bayangkan betapa sulitnya membawa dompet yang ada ATM, Kartu Kredit, dan kartu yang lain dalam ramuan bumbu dapur itu. Tradisional bercampur dengan modern di dompet itu. satu berpijak ke masa depan, dan satu lagi masih bertahan di masa 'kuda gigit besi"
Ini semuanya tak mempan? Katanya, saya pagi-pagi sudah ke tempat balian, untuk menanyakan, Oh...... ternyata ciri-cirinya diberitahu, orang yang menyebar itu tidak pakai sandal.
Pedagang itu, menjadi agak tenang setelah balian memberikan gambaran, semacam nasihat, harus hati-hati. Balian menjadi obat pelipur lara dalam kasus seperti itu.
Saya menjawabnya, khan sudah ada beberapa bahan penangkal nya?, Kenapa tidak manjur? Padagang itu menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Apakah tuyul bermutasi, seperti layak virus Corona-19 bermutasi menjadi beberapa varian baru yang konon lebih ganas. Entahlah. Dagang itu tersenyum kecut.
Saya sadar, pasar tradisonal atmosfernya masih menggema aura tradisional, Nalar bercampur aduk, di zona itu, saling meramu menjadi semacam kultur pedagang yang berjarak dengan teori-teori bisnis modern. Bisnis modern tetap menjauh dari benak para pedagang yang masih kerap diliputi oleh aura mistis.
Lalu , banyak pemda ingin memperkenalkan pasar tradisional dengan keunikan nya, barangkali 'brerong dan tuyul' pun harus menjadi sisi yang menarik dikaji lebih dalam, agar pasar tradisional, meminjam ikon dari KFC, dengan Kolonel Sander,-nya mampu menjadi "simbol keramahan internasional"
KFC memopulerkan ayam di industri makanan cepat saji, mendiversifikasi pasar dengan menantang dominasi hamburger. Mungkin pasar tradisional di bali, 'Brerong bisa menjadi ikon pasar', pada sisi 'sosiologis masyarakatnya, lahan penelitian bagi film dokumenter, atau novel-novel yang berlabel fiksi ilmiah'
Maka. Brerong, adalah produk imajinasi budaya, yang masih kuat di percaya ada saat ini, entah sampai kapan?, Sebuah bentuk pesugihan, yang sedikit kerja namun dapat hasil yang besar. Trik-trik kepepet, yang salah arah imajinasi, menjadi jurus -jurus melakukan gerak ekonomi, cepat kaya, kerap merusak di tataran imajinasi. Prasangka dan praduga emosi menguasai bawah sadar banyak pihak.
Tentu cara demikian bertolak belakang dengan pesan kolonel Sander yang punya KFC itu, " Begitu Anda terbiasa, sangat senang bekerja keras "melakukan semua yang Anda bisa, dan melakukannya dengan sebaik-baiknya," Sanders mengemukakan keahlian memasaknya yang sederhana untuk digunakan dengan baik.
Nalarisasi perilaku, seakan berhenti, di sudut pasar yang berdebu, dan kumuh, yang adalah bagaimana mendapatkan untung dengan sedikit bekerja, faktor efisien menjadi tolak ukur nya, namun lebih condong kerah negatif.
Inilah cermin masyarakat kelas menengah ke bawah yang terus mencari jati diri untuk tetap eksis di masa pandemi, isu seperti ini amat sensitif, sebab kesusahan mencari rezeki, mudah masuk ke wilayah yang luar biasa membingungkan pasar.
Bukan seberapa banyak orang menghasilkan uang, melainkan untuk tujuan apa uang itu digunakan. Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen, jarang memang mereka lakukan, entahlah sampai kapan?
Mowen dan Minor (2013:249) menyebutkan bahwa istilah pembentukan sikap konsumen (consumer attitude formation) seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap dan perilaku.Â
Kepercayaan, sikap dan perilaku memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Ketiganya saling mempengaruhi, yang mana kepercayaan akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Sikap seseorang akan membentuk perilaku seseorang.
Perilaku kemudian menjadi tidak rasional, padahal rasional adalah langkah manusia, Rasional adalah hal yang bisa dilakukan dengan hal yang ada. Rasionalitas merupakan konsep normatif yang mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang untuk percaya, atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak. Aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis.
Optimisme lah yang menjadi musuh pembeli yang rasional. Warren Buffet, pengusaha asal Amerika, dia pun berkata, bijak" Peraturan No.1: Jangan pernah kehilangan uang. Peraturan No.2: Jangan lupa aturan No.1. Sebab katanya lagi, Jangan lakukan apa yang orang lain katakan, dengarkanlah mereka, namun lakukan apa yang menurut Anda baik. Jangan memaksakan diri untuk memiliki barang-barang bermerek, pakailah apa yang sekiranya nyaman bagi Anda.
Brerong menjadi salah satu iklim di dunia dagang tradisional , Sungguh menjadi ironi, karena orang sudah berebut  market place digital, masyarakat kita masih berebut , di zona mistis,
Tindakan ekonomi irasional yakni salah satu jenis tindakan ekonomi di mana seseorang atau perusahaan memiliki sebuah perkiraan menguntungkan tanpa memperhitungkan faktor rasional tetapi dalam suatu kenyataannya justru merugikan.
tetua berpesan bahwa, Singkatnya, jalan menuju kekayaan, jika engkau menginginkannya, sesederhana jalan ke pasar. Ia tergantung terutama pada dua hal: rajin dan hemat, jelasnya: janganlah menyia-nyiakan waktu (tidak rajin) ataupun uang (tidak hemat).
Kita berharap memiliki "Brerong bermutasi" menjadi  bijak yang dilandasi semangat , "sepanjang kita punya mimpi, punya rencana, walaupun kecil tapi masuk akal, tidak boleh sekalipun rasa sedih, rasa tak berguna itu datang mengganggu pikiran kita, Moga bermanfaat****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H